PWMU.CO-Keberadaan suatu institusi (company), profit atau non-profit seperti sekolah, selalu disertai dengan competitor dan customer-nya. Konsep ini dikenal dengan 3C.
Konsep 3C itu selalu dikelilingi oleh perubahan (change) sebagai C keempat. Perubahan harus dikelola dengan baik agar suatu institusi atau company bisa memenangkan kompetisi dan mendapat kepercayaan dari pelanggannya atau customer.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik Ir Dodik Priyambada dalam agenda Synergy Inside Forum 2019 di Cordoba Covention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB, Sabtu (18/5/2019).
Acara ini dihadiri oleh 88 peserta terdiri dari unsur kepala sekolah dan wakil kepala sekolah serta guru-guru star di empat sekolah Muhammadiyah GKB.
Dodik mengatakan, berbagai perubahan sudah terjadi di tengah-tengah kita yang harus dicermati oleh sekolah. Beberapa perubahan tersebut antara lain adanya UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) dan UTBK (Ujian Tulis Berbasis Komputer).
Sekolah harus menyiapkan dan membudayakan sistem belajar dan ujian secara online agar siswa siap menghadapi UNBK dan UTBK. Contoh perubahan yang lain adalah siswa yang saat ini kita didik berasal dari Generasi Z.
”Generasi Z memiliki banyak karakteristik. Tidak cukup hanya mengatakan Generasi Z adalah generasi HP. Salah satu karakter generasi Z adalah tangguh, ulet, kuat dalam berkompetisi daripada generasi sebelumnya. Ini perlu diakomodasi di kurikulum sekolah,” katanya.
Generasi Z memilik paham figital (fisik plus digital) blended (bercampur) menjadi satu. Mereka melihat sesuatu sebagai objek fisik sekaligus digital. Mereka memiliki keingintahuan yang sangat tinggi terhadap informasi terkini sehingga mereka memilik sifat FOMO (Fear of Missing Out) yang takut dengan ketertinggalan berita dan sosmed dan takut tidak up to date.
Konsep Figital dan FOMO membuat Generasi Z malas untuk berinteraksi dengan masyarakat dan alam sekitar. Maka sekolah perlu memperbanyak program agar siswa pergi keluar ruang kelas dan sekolah untuk lebih mengenal masyarakat dan alam sekitarnya.
Dia menekankan, guru sebagai pendidik dituntut harus bisa meng-upgrade dirinya agar bisa menjawab pertanyaan siswa yang sangat akrab dengan pengetahuan dan kemampuan teknologi terkini.
”Selamat melaksanakan sinergy meeting, jadikan cara ini sebagai pembaharu pola pikir dengan hasil 2+2 =25,” katanya. Maksudnya, sinergi ini menghasilkan jumlahan dari kapasitas asalkan dua pihak yang bersinergi hasilnya jauh lebih besar, disimbolkan angka 25, dari jumlah masing- masing kapasitas, simbol 4.
Dia berharap agar dakwah pendidikan di PCM GKB selalu menginspirasi sekolah-sekolah lain di Gresik. ”Terima kasih sekolah-sekolah GKB yang selalu memberikan obor semangat dakwah pendidikan Muhammadiyah di Kabupaten Gresik,” tandasnya. (Sonya)