PWMU.CO –Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM) Mulia Babat Lamongan mengadakan buka puasa bersama dan pembagian paket Lebaran bertempat di aula kantor, Selasa (28/5/2019).
Hadir keluarga besar karyawan, perwakilan nasabah juga Pimpinan Ranting dan pimpinan amal usaha di lingkungan PCM Babat.
Ketua PCM Drs H Abdul Ghoffar MM mengatakan, kegiatan ini merupakan program positif yang dilaksanakan sehingga setiap tahun dapat dilaksanakan.
”Kita mensyukuri pencapaian yang berkembang pesat. Kita terus berusaha dan berdoa sebab dengan kemajuan perbankan syariah ini diharapkan dapat menghapus praktik riba,” kata Abdul Ghoffar yang juga menjadi ketua Dewan Pengawas BTM.
Mengutip surat Al Baqarah ayat 275, dia mengatakan, orang-orang yang makan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu disebabkan mereka berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Rabbnya, lalu berhenti, maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu dan urusannya kepada Allah. Siapa yang mengulangi, maka mereka itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.
Dalam Tausiyahnya Drs H Ghufron MAg mengatakan, Islam adalah agama yang diturunkan Allah untuk menebar rahmat, cinta kasih, bagi alam semesta. Pesan kerahmatan dalam Islam benar-benar tersebar dalam teks-teks Islam, baik dalam Quran maupun hadits.
Fungsi kerahmatan ini, sambung dia, disampaikan Nabi Muhammad saw dengan pernyataannya yang terang benderang inni buitstu li utammima makârim al-akhlâq. Aku diutus Tuhan untuk membentuk moralitas kemanusiaan yang luhur.
”Atas dasar inilah, Nabi Muhammad saw selalu menolak secara tegas cara-cara kekerasan, pemaksaan, diskriminatif,” ujarnya.
Menurut dia, Nabi Muhammad menegaskan misinya dengan mengatakan, Aku tidak diutus sebagai pengutuk, melainkan sebagai rahmat bagi semesta. Allah telah memberikan kesaksian sekaligus merestui cara-cara atau metode penyebaran Islam yang dijalankan Nabi sambil menganjurkan agar dia meneruskannya dalam Alquran surat Ali Imron 159.
”Maka disebabkan rahmat (kasih sayang) Tuhanlah, kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekitarmu, maka maafkanlah mereka dan mohonkan ampunan bagi mereka dan bermusyawaralah dengan mereka dalam segala urusan.”
Pernyataan ini , kata Ghufron, tentu saja seharusnya menginspirasi setiap muslim untuk melakukan langkah-langkah kemanusiaan yang tegas dalam menegakkan keadilan yang menjadi esensi ajaran Islam. Yakni mewujudkan suatu tatanan kehidupan manusia yang didasarkan pada pengakuan atas kesederajatan manusia di hadapan hukum (al-musâwah amâma al-hukm), penghormatan atas martabat (hifdh al-‘irdl), persaudaraan (al-ukhuwwah), penegakan keadilan (iqâmat al-‘adl), pengakuan atas pikiran dan kehendak orang lain, dialog secara santun, serta kerjasama saling mendukung untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.
”Ini adalah pilar-pilar kehidupan yang seharusnya ditegakkan oleh setiap umat Islam, tanpa harus mempertimbangkan asal usul tempat kelahiran, etnis, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, orientasi seksual, gender, keturunan, keyakinan agama,” katanya. (M. Faried Achiyani )