PWMU.CO – Dalam sebuah riwayat Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya boleh kuperintahkan seseorang untuk bersujud kepada seseorang maka niscaya kuperintahkan isteri untuk bersujud kepada suaminya.” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah).
Apakah kamu tiada mengetahui, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki. (Al Haj 18).
Dari dua rujukan tersebut sebenarnya sudah jelas, hanya kepada Allah semua makhluk—termasuk manusia—bersujud. Bukan kepada yang lain. Kalau ada yang bersujud kepada selain Allah, itu termasuk menyekutukan Allah dengan yang lain.
Kasus manusia bersujud kepada manusia menjadi bahan pembicaraan. Ada rakyat bersujud kepada pemimpinnya. Tidak jelas apa motivasinya. Apakah sujudnya sebagai bentuk penyembahan seperti yang dilakukan saat bersujud kepada Allah. Atau karena tidak tahu. Hanya spontanitas dan rasa takjub bisa bertemu dengan pemimpin idolanya. Tapi rasa takjub itu tidak boleh diwujudkan dalam bentuk sujud kepada idolanya.
Apapun alasannya sujud kepada selain Allah adalah tindakan terlarang. Sujud adalah bentuk penyembahan seorang mahluk kepada Sang Khalik. Kalau manusia mengesakan Sang Khalik, maka sujud itu hanya dipersembahkan kepada Tuhannya, bukan kepada yang lain.
Kita bersprasangka baik saja, bahwa orang yang bersujud kepada presiden itu karena dia tidak tahu itu perbuatan terlarang. Maka kita minta dia untuk segera bertobat, karena itu termasuk dosa besar. Kemudian yang tak kalah pentingnya, tidak mengulang perbuatan tersebut.
Sebenarnya ini tugas pemimpin, membimbing rakyatnya ke jalan yang benar. Jangan justru sebaliknya, malah merasa bangga disembah oleh rakyatnya. Tugas pemimpin adalah memberi pelajaran agar rakyatnya terjerembab dalam kemusyrikan.
Inilah pentingnya punya pemimpin yang berilmu yang bisa menjadi rujukan bagi rakyatnya. Dengan bijaksana bisa mengarahkan agar rakyatnya tidak sampai menyembah padanya. Karena penyembahan, terutama dalam bentuk sujud, itu hanya ditujukan kepada Allah penguasa alam ini, bukan kepada sesama makhluk. (*)
Kolom oleh Husnun N Djuraid, Anggota Corp Muhammadiyah (CMM) Malang, pendidik di UMM