Search
Menu
Mode Gelap

Becoming Indonesia

Becoming Indonesia
Ilustrasi Becoming Indonesia (ChatGPT/PWMU.CO)
Oleh : Azrohal Hasan Dosen UM Surabaya
pwmu.co -

Sejak Pemerintah Hindia Belanda menjajah bangsa kita, mereka tidak banyak membawa pasukan. Kekuatan uang dan jabatan mereka menjadi senjata paling mematikan. Dahulu, jumlah rakyat jauh lebih banyak dibanding penjajah, tapi mereka bisa dengan leluasa mengontrol dan menguasai Nusantara.

Seperti kasus bagaimana Daendels membuat proyek jalan pos Pantura dari Anyer sampai Panarukan, atau yang dikenal dengan Jalan Daendels, yang memperkerjakan rakyat. Pada awalnya, Herman Willem Daendels meminta para bupati untuk menyediakan pekerja dan menetapkan standar upah (sekitar 10 sen ditambah beras dan garam setiap minggu). Namun, tidak ada catatan sejarah yang menunjukkan bupati benar-benar membayar upah tersebut kepada para pekerja, sehingga uang tersebut tidak pernah sampai ke tangan rakyat. Selanjutnya, dilakukan kerja paksa.

Di masa revolusi, Soekarno dengan lantang mengatakan bahwa musuh terbesar bangsa ini nantinya adalah bangsa itu sendiri. Pergerakan massa di tahun 1966 menjadi bukti, di mana kemarahan bangsa ini kemudian ditunggangi dengan berbagai kepentingan. Puncaknya adalah munculnya SUPERSEMAR, yang sampai hari ini para sejarawan belum mampu membuktikan mana surat yang asli. Kemarahan massa ini dimanfaatkan oleh Soeharto untuk menggulingkan Soekarno.

Hingga tergulingnya Orde Baru tahun 1998 menjadi babak baru yang ditunggu bangsa ini untuk demokrasi yang lebih baik. Rakyat sudah bosan 32 tahun dijejali kepemimpinan Orde Baru yang otoriter. Istilah “Reformasi” pun digunakan untuk memperbaiki luka Ibu Pertiwi, dengan harapan tidak ada lagi pemerintah yang otoriter. Namun, nyata sekarang oligarki yang berkuasa. Peluh dan perjuangan ini belum usai.

Serangkaian peristiwa historis ini nyata. Bangsa ini harus terus belajar. Di tengah ekonomi yang tidak pasti dan perih driver ojek online atas keberingasan aparat menggilis Affan Kurniawan, rakyat harus kembali bersama menyatukan visi. Mulai dari rakyat yang punya etika, negeri ini akan bisa diperjuangkan. Rezim yang zalim harus belajar dari kegagalan—gagal dalam komunikasi, gagal dalam mediasi, dan gagal dalam mewujudkan visi negeri.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Becoming Indonesia memang tidak mudah. Indonesia akan menjadi negara besar di suatu saat nanti, dengan pemerintahan yang mengutamakan politik nilai dan mengutamakan kepentingan rakyat. Luka demokrasi hari ini adalah pelajaran berharga buat anak negeri: anak Gen Z, Gen Alpha, dan Gen Beta, yang melihat kekacauan di seluruh pelosok negeri terperangah dalam kebingungan.

Apa yang terjadi? Apa yang harus kita lakukan? Haruskah kita ikut turun ke jalan? Haruskah kita repost postingan penjarahan, pembakaran, dan pemukulan? Berbagai pertanyaan ini silih berganti muncul di benak anak negeri. Ada yang bingung, ada yang ragu, dan ada juga yang latah.

Wahai Ibu Pertiwi, anak-anakmu kini dalam kegundahan untuk melangkah; saling hina dan cecar tanpa dosa. Semoga luka ini segera sembuh dan merah putih kembali berkibar mempersatu.

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments