
Jamaah pengajian rutin PRA Pepelegi Waru Sidoarjo saat menyimak pemaparan Ustadz Dr Ir Jamaaluddin MM, Sabtu (05/07/2025). (Yantie/PWMU.CO).
PWMU.CO – Siang yang terik tidak menyurutkan langkah kaki ibu-ibu Aisyiyah Ranting Pepelegi, Waru, Sidoarjo untuk menimba ilmu.
Dengan penuh semangat ibu-ibu memakai seragam ranting berjalan kaki, mengayuh sepeda onthel dan sebagian kecil bersepeda motor mendatangi rumah ibu Partini.
Sabtu (05/07/2025) pukul 13.00 WIB menjadi jadwal yang sudah ditentukan bagi Pimpinan Ranting Aisyiyah Pepelegi. Mereka berada di dalam wilayah Pimpinan Cabang Aisyiyah Waru untuk mengadakan pengajian rutin.
65 Jamaah Pengajian Ranting
Pengajian sekaligus pertemuan ranting tersebut berlangsung setiap bulan bergantian di rumah jamaah.
Terdapat sekitar 65 Jamaah yang hadir pada hari itu, jumlah tersebut tergolong banyak untuk pengajian kelas ranting.
Dari PCA Waru terwakili oleh Bu Marga sebagai koordinator Majelis Tabligh dan ketarjihan. Pengajian kali ini terisi oleh Dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, ustadz Dr Ir Jamaaluddin MM.
Walaupun baru sembuh dari sakit, tepatnya baru keluar dari rumah sakit setelah perawatan 3 hari, ustadz Jamaaluddin tetap semangat memberikan materi.
Acara bermula dengan membaca al-Quran bersama, yaitu QS Albaqoroh ayat 253-256. Ketua PRA Pepelegi Khotimah dalam sambutannya mengatakan bahwa amalan yang paling Allah cintai adalah amalan yang memberi manfaat untuk umat secara luas.
Bisa diibaratkan seperti sumur dan sungai. Jadilah seperti sungai yang bisa diambil dan dimanfaatkan oleh siapapun tanpa syarat. Sedangkan sumur hanya bisa dimanfaatkan oleh sebagian orang dan ada syaratnya.
Misalnya harus seizin pemiliknya jika hendak mengambil air, juga harus memakai timba serta tidak boleh dikencingi. Untuk itu jadilah orang Aisyiyah yang bisa memberi manfaat secara luas untuk masyarakat.
Ustadz Jamaaluddin mengajak jamaah untuk merenungi dua konsep dasar dalam islam yang tak lekang oleh waktu, yaitu iman dan takwa. Selain itu, ia juga mengupas secara mendalam tentang makna, hubungan dan implementasi keduanya dalam kehidupan sehari-hari orang islam.
Iman, secara bahasa berarti percaya, sedangkan secara istilah adalah keyakinan dalam hati, pengakuan dengan lisan, serta pembuktian melalui amal perbuatan.
“Orang beriman tidak hanya meyakini Allah dalam hati, tapi juga mencerminkannya dalam ucapan dan perilaku nyata. Seperti shalat, jujur, dan amanah” ujar Ustadz Jamaaluddin.
Sementara itu, lanjut Jamaaluddin, taqwa bermakna sebagai usaha untuk menjaga diri dari murka Allah dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
“Taqwa lahir dari rasa cinta dan takut kepada Allah. Inilah yang menjadikan seorang Muslim senantiasa hati-hati dalam tindakannya” tambahnya.
Bawakan Kisah Keimanan Para Nabi
Ustadz Jamaaluddin juga membawakan kisah-kisah keimanan para nabi sebagai teladan luar biasa, mulai dari Nabi Adam AS yang segera bertaubat usai berbuat salah.
Kemudian Nabi Nuh AS yang sabar meski kaumnya menolaknya selama ratusan tahun, hingga keteguhan iman Nabi Ibrahim AS yang berani menghadapi Raja Namrud.
Selain itu, juga Kisah Nabi Musa AS yang yakin akan pertolongan Allah saat terjepit oleh Fir’aun, dan kesabaran Nabi Isa AS menghadapi fitnah, juga diangkat sebagai inspirasi. Puncaknya, keteladanan iman Nabi Muhammad ﷺ menjadi sebagai rujukan utama dalam menjalani kehidupan penuh tantangan.
Ustadz Jamaaluddin menekankan pentingnya hubungan erat antara iman dan taqwa. “Iman adalah fondasi keyakinan, sedangkan taqwa adalah buah dari keimanan itu. Tidak ada taqwa tanpa iman, dan iman sejati akan mendorong lahirnya taqwa” ungkapnya.
Lebih lanjut, menurut Jamaaluddin, iman membentuk motivasi batin, sementara taqwa adalah bentuk aktualisasi dari motivasi tersebut. Bahkan, dalam menghadapi naik-turunnya iman, taqwa berperan sebagai penjaga agar seorang Muslim tetap berada di jalan Allah.
Ceramah yang mengangkat berbagai dalil Al-Qur’an ini berakhir dengan kesimpulan yang kuat: “Iman adalah akar, taqwa adalah pohon dan buahnya. Keduanya tidak bisa dipisahkan, dan menjadi kunci keberuntungan dunia dan akhirat” pungkasnya.
Dengan gaya penyampaian yang lugas namun menyentuh, ceramah ini berhasil membuka mata para jamaah bahwa iman dan taqwa bukan hanya konsep teologis. Melainkan pedoman hidup yang harus terus dipupuk dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis Yantie, Editor Danar Trivasya Fikri


0 Tanggapan
Empty Comments