Search
Menu
Mode Gelap

Dari Guru Muhammadiyah untuk Bangsa

Dari Guru Muhammadiyah untuk Bangsa
Oleh : Umam Rojiin, S.Pt Guru / Humas SD Aisyiyah Kamila Malang
pwmu.co -

Muhammadiyah merupakan organisasi keagamaan dan sekaligus menjadi pilar pendidikan di Indonesia, telah memainkan peran sentral dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

Selain sebagai gerakan dakwah, Muhammadiyah juga menjadi kawah candradimuka para pemimpin besar yang berkontribusi dalam membentuk arah bangsa.

Para tokoh ini tidak sekadar berperan sebagai guru di dalam ruang kelas, tetapi juga menjadi guru bangsa, pembimbing moral, pemikir strategis, dan pejuang kemerdekaan serta kedaulatan bangsa.

Pendidikan sebagai perlawanan terhadap kolonialisme

Kiai Haji Ahmad Dahlan, tokoh utama berdirinya Muhammadiyah, adalah sosok pembaharu yang menjadikan pendidikan sebagai alat perjuangan.

Beliau menyadari bahwa kebangkitan umat Islam harus dimulai dari pembebasan pikiran dari kejumudan dan kebodohan.

Dengan mengintegrasikan ilmu pengetahuan modern dan nilai-nilai Islam, beliau menciptakan sistem pendidikan yang rasional dan progresif.

KH Ahmad Dahlan menanamkan semangat kebangkitan dan perlawanan nonfisik terhadap penjajahan melalui jaringan sekolah Muhammadiyah.

Beliau berkeyakinan bahwa kemerdekaan sejati berakar dari kesadaran intelektual dan spiritual.

Tokoh bangsa yang pernah berkiprah dalam pendidik Muhammadiyah:

Ir. Soekarno

Sang Proklamator Kemerdekaan RI, Ir. Soekarno memiliki peran yang signifikan dalam Muhammadiyah, terutama saat masa pengasingannya di Bengkulu pada tahun 1938-1942.

Peran utamanya mencakup bidang pendidikan, kepengurusan organisasi, dan pengembangan pemikiran Islam progresif.

Soekarno menjadi tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan, pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Pendidikan Muhammadiyah di Bengkulu dan sekaligus mengajar di sekolah Muhammadiyah Bengkulu.

Pengalaman ini menguatkan pandangan ideologinya, terutama dalam memahami Islam sebagai landasan perjuangan melawan imperialisme.

Nilai-nilai progresif yang beliau pelajari dari lingkungan Muhammadiyah menjadi pendorong utama dalam perjuangannya.

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 menjadi puncak dari proses panjang yang berawal dari pendidikan, diskusi, dan refleksi mendalam tentang kebangsaan.

Warisan Soekarno adalah simbol keberanian intelektual yang dipupuk dalam tradisi pendidikan Muhammadiyah.

Jenderal Soedirman 

Jenderal Soedirman adalah seorang kader tulen Muhammadiyah yang perannya sangat sentral, terutama dalam pendidikan dan kepanduan (Hizbul Wathan) di era sebelum kemerdekaan Indonesia.

Sebelum menjadi komandan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), beliau adalah guru di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Muhammadiyah di Cilacap.

Ia membuktikan bahwa pendidikan dan perjuangan fisik harus dan bisa berjalan beriringan.

Saat terjadi Agresi Militer Belanda II, Soedirman memimpin perang gerilya dengan penuh pengorbanan dan strategi.

Semangat juang yang ia praktikkan, yang bersumber dari nilai-nilai keikhlasan, keberanian, dan pengabdian yang diajarkan di Muhammadiyah, menjadikan dirinya sebagai simbol perlawanan yang tetap berakar pada pendidikan dan moralitas.

Ir Djuanda

Iklan Landscape UM SURABAYA

Ir. H. Djuanda Kartawidjaja dikenal luas sebagai tokoh nasional dan kader Muhammadiyah yang memiliki peran signifikan dalam organisasi tersebut, terutama di bidang pendidikan.

Setelah lulus dari Technische Hoogeschool (sekarang ITB) pada tahun 1933, Ir. Djuanda memilih untuk mengabdikan dirinya di dunia pendidikan Muhammadiyah daripada bekerja di perusahaan Belanda.

Beliau menjadi Kepala Sekolah Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan Algemeene Middelbare School (AMS) Muhammadiyah di Jakarta.

Djuanda adalah konseptor utama pendirian Sekolah Tinggi Sosial Ekonomi Muhammadiyah.

Proposal perencanaannya bahkan sempat disetujui dalam Kongres Seperempat Abad Muhammadiyah pada tahun 1936, meskipun rencana tersebut terhambat akibat Perang Dunia II.

Djuanda adalah tokoh teknokrat yang memahami pentingnya wilayah laut bagi kedaulatan Indonesia.

Pengalamannya belajar di pemerintahan Belanda memberikan wawasan tentang strategi kolonial dalam menguasai sumber daya alam.

Melalui Deklarasi Djuanda tahun 1957, ia memperluas wilayah laut Indonesia dan memperkuat posisi negara dalam pengelolaan sumber daya.

DJuanda adalah simbol perjuangan diplomatik dan teknokratik yang lahir dari pendidikan Muhammadiyah—perjuangan yang tidak menggunakan senjata, tetapi strategi dan pengetahuan.

Tantangan baru guru bangsa baru

Muhammadiyah telah memberikan bukti bahwa dari ruang kelas bisa lahir pemimpin besar.

Dari KH Ahmad Dahlan hingga Ir Juanda, para guru bangsa Muhammadiyah telah memberikan kontribusi nyata dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan Indonesia.

Di era modern, tantangan bangsa telah bergeser dari penjajahan fisik menjadi penjajahan ekonomi, budaya, dan teknologi.

Maka, “guru bangsa” masa kini harus mampu menjawab tantangan global dengan kecerdasan, integritas, dan keberpihakan pada rakyat.

Guru tidak hanya dituntut membangun karakter generasi muda, tapi juga menjaga kedaulatan sumber daya alam, meningkatkan kemajuan teknologi, dan memperkuat identitas nasional.

Tokoh bangsa seperti Buya Syafii Maarif (almarhum), Din Syamsuddin dan Haedar Nashir menjadi bukti nyata bahwa tradisi guru bangsa Muhammadiyah terus berlanjut.

Namun, tantangan masa kini menuntut lahirnya lebih banyak pemimpin dari ruang kelas—dari proses pendidikan yang membebaskan dan membangun karakter bangsa yang berdaulat.

Oleh karena itu, harus kita sadari bersama bahwa menjadi guru bangsa bukan sekadar mengajar, melainkan membentuk karakter, menyebarkan nilai, dan memperjuangkan kebenaran.

Dalam dunia yang terus berubah, Indonesia membutuhkan lebih banyak guru bangsa, yakni pemimpin yang lahir dari pendidikan, berakar pada nilai, dan berpihak pada rakyat.

Harapan itu jelas ada pada pendidik muda di sekolah Muhammadiyah–Aisyiyah, yang berpotensi besar menjadi penerus perjuangan guru Muhammadiyah terdahulu.

Pertanyaannya kini bukan lagi siapa tokoh berikutnya, melainkan kesiapan kita untuk menjadi bagian dari barisan guru bangsa yang menentukan masa depan Indonesia.

Selamat Milad ke-113 Muhammadiyah dan Selamat Hari Guru Nasional.***

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments