Empat perkara yang dapat menghancurkan kebahagiaan dan keselamatan hidup seorang hamba menjadi fokus pesan keagamaan yang disampaikan dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Dr. Zainal Arifin, M.PdI, dalam ceramah ba’da zuhur di Masjid Al-Khoory UM Surabaya, Rabu (3/12/2025).
Empat perkara itu sebagaimana tercantum dalam doa Rasulullah yang diriwayatkan banyak ulama hadis, yang berisi permohonan perlindungan dari ilmu yang tidak bermanfaat, amal yang tidak diangkat, hati yang tidak khusyuk, dan doa yang tidak didengar.
“Doa ini bukan sekadar permohonan, melainkan pedoman kehidupan,” tegas Zainal dalam ceramah usai salat zuhur di Masjid Al-Khoory UM Surabaya, Rabu (3/12/2025),
.
Pertama, berlindung dari hati yang tidak khusyuk. Zainal menjelaskan bahwa hati adalah pusat kendali amal manusia. Mengutip hadis terkenal tentang segumpal daging: “Jika hati itu baik, maka seluruh perbuatan baik; jika hati itu rusak, maka rusaklah seluruh perbuatan,”
Dia menyebut hati sebagai raja yang memerintahkan seluruh anggota tubuh. Karena itu, kebersihan hati menjadi kunci keberkahan.
“Sungguh beruntung orang yang menyucikan hati. Hati menjadi baik ketika kita melaksanakan perintah Allah dan menjauhi maksiat. Iman itu bertambah dan berkurang. Maka tugas kita adalah terus memperbaiki dan merawatnya,” ujarnya.
Zainal juga mengingatkan firman Allah tentang hati yang keras: “Celakalah mereka—hati mereka itu keras seperti batu—dan mereka berada dalam kesesatan yang nyata.”
Menurutnya, kerasnya hati adalah tanda jauh dari hidayah.
Kedua, berlindung dari doa yang tidak didengar. Perkara kedua yang perlu diwaspadai adalah doa yang tidak dikabulkan. Padahal Allah sendiri menjanjikan: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya Aku kabulkan.”
Namun, menurut Dr. Zainal, ada faktor-faktor yang membuat doa terhalang. Doa menyinggung hadis tentang orang yang berdoa dalam keadaan bersafar, namun makanannya haram, pakaiannya haram, dan nafkahnya dari yang haram.
“Ini evaluasi besar bagi kita. Jangan sampai doa tidak dikabulkan hanya karena kita mengonsumsi dan memakai sesuatu yang tidak halal,” jelasnya.
Zainal menekankan pentingnya menjaga kehalalan makanan, harta, dan pakaian agar doa tidak tertolak.
Ketiga, berlindung dari jiwa yang tidak pernah puas. Zainal mengutip pendapat Imam As-Suyuthi mengenai dua bentuk ketidakpuasan: Ketidakpuasan dalam menuntut ilmu, ini baik, karena ilmu memang harus dicari tanpa batas.
Ketidakpuasan dalam mencari dunia, ini mencelakakan, karena bisa menjerumuskan seseorang pada kerakusan dan kelalaian.
“Jiwa yang tidak puas dalam mencari dunia akan menjerumuskan. Tapi jika tidak puas dalam mencari ilmu, itu adalah kemuliaan,” ujarnya.
Keempat, berlindung dari ilmu yang tidak bermanfaat. Perkara terakhir adalah ilmu yang tidak bermanfaat. Dr. Zainal menegaskan, ilmu adalah panduan dalam setiap amal. Karena itu, dalam Islam, ilmu harus mendahului ucapan dan perbuatan.
“Jika ilmu tidak membuat seseorang semakin dekat kepada Allah, maka itu bukan ilmu yang bermanfaat,” ungkapnya.
Zainal memperingatkan bahaya ilmu yang hanya digunakan untuk pamer (riak), untuk memperdebatkan orang-orang awam, atau untuk mencari kedudukan.
“Ilmu yang tidak diamalkan atau disalahgunakan justru menjadi ancaman bagi pemiliknya,” pungkasnya. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments