
PWMU.CO – Di tengah harga kebutuhan pokok yang terus melambung dan tekanan ekonomi yang tak kunjung reda, banyak orang memilih untuk menunda sedekah. Dalihnya sederhana,“Saya saja belum cukup, bagaimana bisa memberi?” Pemikiran semacam ini tampaknya wajar, bahkan logis. Namun, Islam memandangnya dengan lensa yang lebih dalam dan lebih luas. Sedekah bukan semata soal jumlah, melainkan keikhlasan niat dan keyakinan pada janji Allah.
Al-Qur’an memuji orang-orang yang tetap gemar memberi, bukan hanya di saat berlimpah, tapi juga saat di kala sempit. Allah Ta’ala berfirman:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit…” (QS Ali ‘Imran 134)
Ayat ini hadir sebagai jawaban atas keraguan banyak jiwa. Allah tidak menilai dari besarnya harta yang disedekahkan, tapi dari ketulusan di balik sedekah itu. Orang kaya yang menyumbang sejuta mungkin biasa saja, tapi seorang buruh harian yang menyisihkan dua ribu rupiahnya untuk sedekah — itu jauh bisa mengguncang langit.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ تَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ
“Lindungilah diri kalian dari api neraka, meski hanya dengan separuh kurma. Jika tidak mampu, maka dengan ucapan yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini menegaskan bahwa sedekah bukan soal angka, tapi kemauan. Bahkan setengah kurma —yang tampak remeh dalam pandangan manusia — bisa menjadi penyelamat di akhirat, jika dalam memberikannya dengan keikhlasan.
Dalam satu riwayat tentang keutamaan sedekah, Rasulullah juga bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ… وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Tujuh golongan yang akan Allah naungi pada hari tidak ada naungan selain dari-Nya… Salah satunya adalah seseorang yang bersedekah lalu menyembunyikannya, hingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Bisa kita bayangkan, Allah menyiapkan naungan khusus di hari kiamat bagi mereka yang ikhlas bersedekah. Ikhlas dalam konteks ini adalah tanpa pamer, tanpa keluhan, hanya ingin ridho Allah. Bahkan ketika dompet tipis, ketika iman masih tebal maka akan bisa menebus banyak hal.
Lalu, dari mana harus memulai sedekah jika gaji benar-benar pas-pasan? Jawabannya sederhana: dari niat dan keberanian untuk percaya bahwa harta tidak akan habis karena memberi. Justru keberkahan datang dari apa yang kita sisihkan, bukan dari apa yang kita simpan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)
Ungkapan ini bukan sekadar motivasi, tapi janji dari Sang Pencipta. Banyak orang telah membuktikannya. Mereka yang memberi justru diberi lebih. Bukan selalu dalam bentuk uang, tapi ketenangan batin, kesehatan, anak-anak yang berbakti, dan rezeki yang datang dari arah tak disangka-sangka.
Allah pun menjanjikan balasan yang tak terhingga bagi hamba yang bersedekah:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai; pada tiap-tiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)
Itulah keajaiban logika langit, satu menjadi tujuh ratus. Bahkan bisa lebih, jika Allah menghendaki.
Jadi, masihkah kita beralasan bahwa sedekah hanya untuk orang kaya? Sementara dalam sejarah Islam, sahabat miskin pun berlomba memberi. Ada yang membawa sekeranjang kurma, ada yang hanya satu butir. Tapi tak seorang pun merasa bahwa sedekah hanya milik orang berada.
Mulailah dari yang kecil. Sebungkus makanan untuk tukang sapu jalan, sebotol air untuk pengantar paket, atau bahkan senyum tulus untuk menguatkan yang lemah. Bila tak bisa memberi secara materi, cukup dengan kata-kata baik pun merupakan bagian dari sedekah.
فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kemampuanmu.” (QS. At-Taghabun: 16)
Mari kita bangun kesadaran bahwa keterbatasan materi bukan penghalang untuk memberi. Justru di situlah letak ujian dan kemuliaannya. Karena Allah tidak melihat besar atau kecilnya harta kita, tapi besar kecilnya hati yang percaya.
اللهم ارزقنا قلوباً سخية، ونفوساً راضية، وأرزاقاً مباركة، واجعلنا من المتصدقين المخلصين في السر والعلن، آمين.
Editor Notonegoro


0 Tanggapan
Empty Comments