Hall Hotel Aston Sidoarjo pagi itu terasa berbeda. Musik ringan, senyum ramah panitia, dan semangat peserta memenuhi ruangan, (18/10/2025). Para guru dan tenaga kependidikan SD Muhammadiyah 1&2 Taman (SD Mumtaz) hadir dalam kegiatan Workshop School Excellent Service bertajuk Sekolah Hebat Melayani dengan Hati, Membangun Prestasi.
Kegiatan ini menjadi wujud nyata komitmen SD Mumtaz dalam membangun budaya pelayanan unggul di dunia pendidikan. Tidak hanya menyiapkan generasi berprestasi secara akademik, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang hangat, penuh empati, dan profesional.
Sekolah Hebat Dimulai dari Pelayanan Hebat
Ketua K3S Swasta Kabupaten Sidoarjo, Muhammad Anas Fikri, S.Pd., M.AP., dalam sambutannya menyampaikan pesan kuat tentang pentingnya peran sekolah swasta dalam memberikan layanan terbaik bagi masyarakat
“Sekolah swasta harus mampu memberikan pelayanan prima agar diterima, dipercaya, dan dicintai masyarakat. Pelayanan adalah wajah pertama yang dilihat sebelum prestasi,” ujarnya di hadapan peserta.
Beliau juga menambahkan bahwa guru dan tenaga kependidikan memiliki peran strategis dalam membangun citra positif sekolah. Satu senyum, satu sapaan tulus, dan satu tindakan penuh perhatian dapat meninggalkan kesan mendalam bagi siswa dan orang tua.
Belajar dari Praktisi Profesional
Workshop ini menghadirkan narasumber inspiratif, David Pranata, Koordinator Training di Toastmaster International, seorang trainer komunikasi yang telah membimbing berbagai lembaga pendidikan dan korporasi nasional.
Dalam sesi pertamanya, David membahas Service Excellent Foundation — dasar pemahaman tentang apa itu pelayanan prima dan mengapa hal itu menjadi fondasi kesuksesan lembaga pendidikan.
Ia menegaskan bahwa pelayanan prima bukan hanya urusan prosedur, tetapi tentang perasaan dan pengalaman yang ditinggalkan.
“Pelayanan yang hebat lahir dari hati. Ketika hati kita hadir dalam setiap interaksi, maka pelanggan — dalam hal ini siswa dan orang tua — akan merasakannya,” jelasnya.
Komunikasi Efektif: Jantung Pelayanan
Sesi berikutnya berfokus pada Effective Service Communication, di mana peserta diajak memahami bahwa komunikasi adalah jantung dari pelayanan.
David menekankan pentingnya komunikasi verbal (kata-kata, intonasi, tulisan) dan nonverbal (kontak mata, gestur, ekspresi wajah) dalam membangun hubungan positif. Ia bahkan mengajak peserta melakukan simulasi menyapa orang tua dengan intonasi yang hangat, kontak mata yang sopan, dan senyum yang tulus.
“Greeting yang baik bukan sekadar formalitas, tetapi ekspresi ketulusan,” ujarnya sambil memberi contoh nyata yang disambut tawa peserta.
Selain itu, peserta juga diajak untuk memahami cara menangani keluhan (handling complaints) dengan sikap empatik dan profesional. Menurut David, keluhan bukan ancaman, tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri dan menunjukkan ketulusan pelayanan.
Filosofi Omotenashi dan Mindset Tulus
Bagian yang paling berkesan adalah ketika David memperkenalkan konsep “Omotenashi”, filosofi Jepang tentang pelayanan tanpa pamrih. Omotenashi berarti melayani dengan sepenuh hati, memperhatikan detail, dan bersikap antisipatif terhadap kebutuhan orang lain — bahkan sebelum diminta.
Ia mengajak guru menanamkan owning mindset, yakni merasa memiliki visi sekolah dan bertanggung jawab penuh terhadap keberhasilannya.
“Kalau kita ingin sekolah hebat, mulai dari diri sendiri. Pikirkan bukan hanya apa yang harus kita lakukan, tapi apa yang bisa kita berikan lebih,” pesannya dengan nada penuh motivasi.
Refleksi dan Inspirasi Peserta
Antusiasme peserta terlihat dari semangat mereka mengikuti setiap sesi. Banyak guru yang mencatat, berdiskusi, dan terlibat aktif dalam simulasi. Salah satu peserta, Prasidhi Sunusurya Widiarsa, S.Sos., M.Pd., mengaku sangat terinspirasi oleh kegiatan ini.
“Pelatihan ini membuka cara pandang baru tentang bagaimana melayani dengan hati. Kami belajar bahwa pelayanan terbaik dimulai dari ketulusan dan sikap profesional,” ungkapnya dengan senyum semangat.
Beberapa guru lainnya juga berharap kegiatan seperti ini dapat rutin diadakan, karena memberikan dampak nyata terhadap peningkatan kualitas komunikasi dan interaksi di lingkungan sekolah.
Membangun Budaya Melayani
Melalui workshop ini, para guru SD Mumtaz menyadari bahwa pelayanan prima tidak hanya menjadi tugas tenaga administrasi, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah. Setiap guru adalah wajah sekolah, dan setiap interaksi adalah bentuk pelayanan.
Pelayanan yang tulus, komunikatif, dan profesional akan menciptakan suasana belajar yang nyaman serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sekolah.
Kegiatan Workshop School Excellent Service ini menjadi langkah nyata bagi SD Mumtaz untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan tuntutan zaman. Pelayanan yang baik bukan sekadar strategi, tetapi merupakan nilai hidup dan budaya kerja yang harus ditanamkan di setiap lini pendidikan.
Dengan semangat “Melayani dengan Hati, Membangun Prestasi,” para guru SD Mumtaz siap menjadi garda terdepan dalam menghadirkan pelayanan pendidikan terbaik bagi generasi bangsa. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments