Search
Menu
Mode Gelap

Kemandirian Ekonomi AUM dan Tantangan Kesejahteraan SDM

Kemandirian Ekonomi AUM dan Tantangan Kesejahteraan SDM
Anas Febriyanto. Foto: Dok/Pri
Oleh : Anas Febriyanto Anggota KM3Nas DPP IMM dan Guru SMP Muhammadiyah 1 Surabaya
pwmu.co -

Muhammadiyah dikenal sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, dengan jaringan sekolah, universitas, rumah sakit, panti asuhan, dan lembaga sosial yang tersebar di seluruh penjuru negeri.

Namun di balik kemajuan struktural tersebut, terdapat realitas yang layak menjadi perhatian serius: kesejahteraan karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) belum semuanya berada pada posisi ideal.

Di banyak daerah, guru, tenaga kependidikan, pelatih ekstrakurikuler, dan staf pendukung bekerja dengan penuh dedikasi meski honorarium yang diterima masih terbatas.

Mereka menjadi tulang punggung pelayanan pendidikan, kesehatan, dan sosial, tetapi belum sepenuhnya mendapatkan jaminan hidup layak.

Situasi ini menunjukkan adanya kesenjangan antara perkembangan institusional Muhammadiyah yang semakin besar dan kemampuan finansial internal dalam memastikan kesejahteraan SDM yang menjalankan roda organisasi.

Karena itu, sudah saatnya Muhammadiyah memperkuat orientasi kemandirian ekonomi melalui pengembangan unit usaha produktif.

AUM tidak boleh hanya bergantung pada pendanaan berbasis pembayaran masyarakat, seperti SPP sekolah atau biaya layanan kesehatan.

Model pembiayaan semacam itu rawan stagnasi, sulit berkembang, dan tidak mampu menjawab kebutuhan peningkatan kesejahteraan jangka panjang.

Penguatan usaha produktif dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan strategis. Pertama, optimalisasi aset Muhammadiyah yang belum menghasilkan.

Banyak tanah, gedung, atau fasilitas yang belum difungsikan secara maksimal, padahal berpotensi menjadi sumber pendapatan baru.

Kedua, membangun model bisnis yang relevan dengan kebutuhan masyarakat modern, seperti koperasi digital, layanan ritel pendidikan, pelatihan profesional, atau integrasi rantai pasok internal.

Ketiga, menghubungkan AUM dengan dunia industri melalui skema kemitraan, CSR, atau inkubasi wirausaha berbasis komunitas.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Selain itu, profesionalisasi manajemen ekonomi organisasi menjadi sebuah keharusan. Muhammadiyah memiliki sumber daya intelektual besar dari kalangan akademisi, ekonom, praktisi hukum, hingga pegiat bisnis yang dapat menjadi motor penggerak transformasi ini.

Dengan tata kelola yang transparan, akuntabel, dan berbasis sistem, pengelolaan usaha Muhammadiyah dapat berkembang layaknya korporasi sosial modern yang berkelanjutan.

Investasi dalam pengembangan usaha bukan semata-mata untuk memperbesar aset organisasi, melainkan untuk memastikan keberlangsungan dakwah dan pendidikan yang berkeadilan.

Kesejahteraan karyawan bukan hanya tanggung jawab administratif, tetapi bagian dari etos kemanusiaan dan nilai dakwah yang dijunjung persyarikatan.

Muhammadiyah telah membuktikan dirinya mampu membangun lembaga besar yang diakui secara nasional.

Kini, tantangan berikutnya adalah memastikan bahwa mereka yang menjaga, mendidik, melayani, dan bekerja untuk AUM dapat menikmati kehidupan yang layak dan bermartabat.

Dakwah tidak hanya hidup dalam ceramah, tetapi juga dalam kemampuan organisasi memberi nafkah yang baik bagi orang-orang yang menggerakkannya.

Sudah saatnya Muhammadiyah benar-benar menghidupi mereka yang telah lama menghidupkan persyarikatan.

Jika penguatan usaha produktif ini dapat diwujudkan, maka memajukan kesejahteraan bangsa tidak lagi sekadar narasi, tetapi menjadi bukti konkret kontribusi Muhammadiyah dalam mensejahterakan masyarakat. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments