
PWMU.CO – Adalah sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT dengan mengucapkan “Alhamdulillahirabbil Alamin” karena kita telah diberikan berbagai macam kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu persatu.
“Bukan kebahagian yang membuat kita bersyukur, namun bersyukurlah yang membuat kita bahagia”
Kita perlu mengevaluasi diri (muhasabah) secara jernih dan objektif, serta berupaya sungguh-sungguh, agar amal ibadah yang telah dilaksanakan mendapatkan ridha Allah SWT dan memiliki nilai limpah pasca bulan Ramadan.
Pada saat ini, kita bersama-sama bisa merasakan kebahagiaan tiada tara. Kita sudah sampai pada hari dimana kita kembali fitri dan kita bisa menunaikan shalat Id bersama dengan keluarga tercinta ditempat yang mulia. Hari ini adalah hari kemenangan bagi insan beriman yang menjalankan Ibadah puasa Ramadan selama 1 bulan penuh. Hari ini pula adalah hari dimana orang beriman yang berpuasa satu bulan penuh dikembalikan kepada fitrahnya, kepada kesuciannya laksana bayi yang baru terlahir kembali ke dunia.
Hal ini sesuai dengan yang ditegaskan oleh Nabi Kuhammad SAW dalam Haditsnya:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang berpuasa di bulan Ramadan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”.
Maka pesan Allah dalam Quran serta Hadis-Hadis Nabi Muhammad SAW kelak menjadikan kita teladan dan acuan diri kita selaku umatnya menjalankan apa yang menjadi perintahnya yaitu:
1. Ramadan bulan al Quran
Di mana, di antara kebaikan yang sangat penting dan perlu diperhatikan dalam bulan suci Ramadan ini adalah memperbanyak interaksi dengan al Quran. Yah, di bulan al Quran harus memperbanyak waktu dengan al Quran. Karena Ramadan adalah bulan al Quran maka seharusnya kita memberikan porsi waktu terbanyak untuk al Quran.
2. Kisah Abu Lahab dan istrinya yang ditakdirkan masuk neraka
Sejarah Abu Lahab dan turunnya QS al-Lahab, Surat ini merupakan salah satu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Di mana Allah menurunkan surat ini dalam kondisi Abu Lahab dan istrinya masih hidup, sementara keduanya telah divonis sebagai orang yang akan disiksa di dalam api neraka, yang konsekuensinya mereka berdua tidak akan menjadi orang yang beriman.
Dan apa yang dikabarkan Allah Swt Dzat Yang Maha Mengetahui perkara yang gaib pasti terjadi. Tidak berguna sedikitpun harta benda (untuk melindungi) seseorang dari azab Allah ketika ia melakukan perbuatan yang mendatangkan murka Allah Swt.
Tidak bermanfaat sedikitpun hubungan kekerabatan seorang musyrik, dimana Abu Lahab adalah pamannya Nabi tetapi ia di dalam neraka.
Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi Saw dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
3. Pesan Nabi Saw Tentang Suraqah Mengenakan Pakaian Kebesaran Raja Persia
Ada satu fase dalam kehidupan Suraqah bin Malik yang tak mungkin dilupakannya. Dahulu, ia masih kafir sehingga berupaya membunuh Nabi Muhammad Saw. Saat itu, Rasulullah Saw dalam perjalanan hijrah bersama Abu Bakar ash-Shiddiq.
Suraqah berhasil menemukan Nabi Saw yang sedang berdiri seorang diri di padang pasir. Dalam benaknya, terbayang 100 unta betina sebagai hadiah dari pemuka Quraisy bagi siapa pun yang berhasil menangkap sang pembawa risalah Islam itu, hidup atau mati.
Dengan semangat, pemuda dari Kampung Madlaji itu memacu kudanya untuk mengejar target buruan. Namun, seperti ada tembok tak kasat mata, seketika kuda Suraqah terkapar. Ia pun terempas ke pasir gurun. Tiba-tiba, ia melihat sosok yang diburunya itu mendekat. Nabi SAW tersenyum kepadanya, lalu mengulurkan tangan, membantunya berdiri.
Khutbah Salat Idul Fitri
Demikian disampaikan Datu Abi Audah dari Banjarmasin dalam khotbahnya pada Salat Idul Fitri 1 syawal 1446 H, dengan tema “Aktualisasi Iman Bahwa Quran Adalah Wahyu Allah Swt.”
Salat Idul Fitri diselenggarakan oleh Masjid Al Mujahidin di Halaman SMK Muhammadiyah Jl. A Yani KM. 06 Desa Panggung Pelaihari yang dihadiri oleh tiga ratusan warga muhammadiyah yang mengikuti Salat id tersebut, Senin (31/03/2025).
Dikatakan Datu Abi Audah Ramadan, bukan saja ajang rutinitas tahunan semata, melainkan adalah sarana aktualisasi diri serta muhasabah diri agar keimanan serta ketakwaan semakin meningkat.
Maka itu perlu aplikatif diri terus dan perlu ditingkatkan agar diri meraih derajat takwa kepada Allah swt.
Oleh karenanya, kita berhari raya hari ini, yang kita rayakan adalah terbebasnya kita dari belenggu hawa nafsu yang dulu menguasai kita. dan selesai berhari raya kita menjadi manusia yang bersih serta bisa menerapkan kegiatan dibulan ramadahan itu menjadi benteng aksi dalam menjelankan 11 bulan kedepan. Karena penerapan aktual itu adalah menjalankan dan menerapkan apa yang sudah dilakukan sesudahnya.
Kita bukan lagi hamba keinginan, bukan lagi budak syahwat. Kita telah belajar mengendalikan diri, dan dengan itu, kita benar-benar merdeka serta kualitas iman kita makin teruji. Salat Idul Fitri 1 syawal 1446 hijriah diikuti pula Jajaran Pengurus PDM Pelaihari, beserta Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah, keluarga besar Muhammadyah, simpatisan serta sejumlah kaum muslimin dan muslimat.
Menurut Larsono selaku pengurus masjid serta Kepala Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Muhammadiyah Pelaihari, sekaligus Sekretaris PDM Pelaihari mengungkapkan dirinya merasa bersyukur dan berterimakasih atas terselenggaranya kegiatan Salat Id ini dengan penuh ke khusuq’an karena kita dapat kembali merefleksikan dan mengaktualisasikan diri kita agar menjadi manusia yang baik, agar bisa bermanfaat bagi umat dan bangsa ini.
“Makanya kita bisa terus mendorong agar pelaksanaan seperti ini terkelanjutan dan makin terjalin terus ukhuwah islamiah, baik yang sekarang terlebih lagi untuk yang akan datang,” tutupnya. (*)
Penulis Agus Diannor Editor Amanat Solikah


0 Tanggapan
Empty Comments