Search
Menu
Mode Gelap

Lepas Karier Perbankan, Alumni UMS Bangun UMKM Egg Roll Bekatul Beromzet Jutaan

Lepas Karier Perbankan, Alumni UMS Bangun UMKM Egg Roll Bekatul Beromzet Jutaan
Yuliani Setiawati memamerkan produk Dbroo Kitchen yang penghargaan dalam ajang Industry Innovation Award 2022 dari Pemerintah Kota Surakarta. Dok.Pribadi
pwmu.co -

Aroma lezat egg roll yang kelar dipanggang oleh salah satu karyawan Dbroo Kitchen, Laweyan, Surakarta memenuhi tiap sudut dapur mungil rumah itu.

Di meja, kemasan-kemasan ziplock berwarna putih dan kuning bertumpuk rapi, siap dikirim ke reseller dan pusat oleh-oleh Solo.

Begitulah keseharian Yuliani Setiawati (37 tahun), mengelola Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) miliknya, Dbroo Kitchen.

“Ini memang yang paling laris, egg roll bekatul,” ujar alumni Pendidikan Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) itu, akhir November 2025.

Lepas Karier Perbankan, Alumni UMS Bangun UMKM Egg Roll Bekatul Beromzet Jutaan
Proses pemanggangan egg roll bekatul setengah matang di dapur produksi Dbroo Kitchen. Foto: Gede Arga Adrian/UMS

Buka Waralaba Makanan

Sebelum dikenal sebagai pemilik Dbroo Kitchen, Yuli bekerja selama hampir satu dekade di dunia perbankan. Hidupnya stabil dan bergaji tetap, hingga suatu ketika pikiran untuk mengundurkan diri melandanya.

Suami Yuli, yang sama-sama bekerja di salah satu bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) wilayah Surakarta, lebih dulu mengundurkan diri pada 2018. Ia menyusul setahun kemudian.

“Awalnya bukan keputusan yang direncanakan. Sebelum saya benar-benar resign, saya dan suami mencoba peruntungan dengan membuka usaha franchise atau waralaba makanan yang saat itu sedang viral sekali,” kenang ibu tiga anak itu.

Dalam empat bulan pertama, omzetnya bagus. Cukup membuat pasangan suami-istri tersebut tergoda membuka dua gerai tambahan sekaligus.

Tapi lagi-lagi bisnis tak melulu soal ramainya pasar, melainkan soal kesiapan mental, manajemen, dan keberlanjutan.

“Semua tiba-tiba berantakan. Ada miskomunikasi, penjualan turun, dan akhirnya tiga gerai harus ditutup. Utang masih jalan, biaya karyawan masih harus dibayar,” tutur Yuli menceritakan pengalamannya kala itu.

Pada masa itu, Yuli mengaku hidup berada dalam tekanan. Pulang bekerja dari bank bukan lagi terasa lega, melainkan sesak. Hingga akhirnya, Yuli benar-benar hengkang dan membantu suami.

“Gaji saya dari bank tidak ada apa-apanya dibanding tanggungan. Rasanya hanya kerja buat menutup lubang,” keluhnya.

Selepas berhenti dari dunia perbankan, tabungan Yuli dan suami mulai menipis. Satu per satu barang rumah dijual. Bahkan motor pun dilepas demi membayar kewajiban.

Di tengah kebingungan itu, Yuli menemukan titik terang, bukan melalui seminar, bukan melalui modal besar, tetapi dari kebaikan seorang mantan karyawan waralabanya.

“Saya saat itu nggak punya alat masak yang memadai. Mantan karyawan saya bilang, ‘Mbak, sewa saja alat dari teman saya, nanti saya ajarin buat donat’,” cerita Yuli.

Yuli mulai belajar membuat donat rumahan. Satu resep gagal, ia coba lagi. Jika satu formula belum pas, puluhan resep lainnya akan ia uji sampai tekstur dan rasa benar-benar sesuai ekspektasinya.

“Donat-donat percobaan itu dicicipi sendiri dulu, kemudian juga orang-orang terdekat sebagai tester sebelum akhirnya dilempar ke pasar atau toko kelontong milik tetangga. Saat itu belum ada mereknya,” ujarnya.

Pandemi datang tak lama setelah usaha rumahan itu berjalan. Semua akses toko dan pasar tutup. Alih-alih terpukul, Yuli justru menemukan momentumnya.

“Awalnya saya posting di WhatsApp, baru Instagram. Ada saja tetangga yang pesan,” katanya. Terutama kala aktivitas pasar mulai dibatasi dan masyarakat beralih ke belanja online. Bahan baku pun selalu tersedia, meski situasi saat itu tidak mudah.

Kesadaran untuk menata usaha secara lebih profesional mulai tumbuh pada tahun 2020. Di bawah bimbingan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kota Surakarta, Yuli mulai mengurus legalitas secara bertahap, mulai dari Nomor Induk Berusaha (NIB), Sertifikasi Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, hingga pendaftaran HAKI untuk merek Dbroo Kitchen.

Lepas Karier Perbankan, Alumni UMS Bangun UMKM Egg Roll Bekatul Beromzet Jutaan
Kemasan terbaru egg roll bekatul yang menjadi produk unggulan Dbroo Kitchen. Gede Arga Adrian/UMS

Diversifikasi Produk

Iklan Landscape UM SURABAYA

Titik balik terpenting dalam hidup Yuli datang pada 2022. Saat ia mengikuti pelatihan UMKM dan bertemu peserta yang membawa susu bekatul.

“Saya kepo itu produk apa, rasanya bagaimana. Eh, pulangnya malah diberi dua sampel susu,” kata Yuli.

Hal pertama yang terpikirkan dalam benak Yuli ialah membuat kue kering dari bekatul. Hanya saja, ia berpikir jika kue kering hanya akan ramai saat bulan-bulan puasa dan lebaran.

Pada percobaan berikutnya, seorang teman UMKM juga mengajari Yuli membuat egg roll. Resep pertama tidak enak, yang kedua gosong, yang ketiga egg roll terlalu rapuh.

“Bahkan dalam tiga bulan, saya sudah menghabiskan sekitar 20 kilogram telur hanya untuk RnD (research and development) resep,” keluh dia.

Tahun 2022 pula, produk Dbroo Kitchen Yuli ikutkan lomba ajang Bedah Desain Kemasan (BEDAKAN) Batch 11 yang diselenggarakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) di Hotel Lorin, Surakarta.

Tanpa ekspektasi besar, ia justru keluar sebagai pemenang dan mendapatkan 1.000 kemasan premium gratis.

“Saya membawa produk donat dan egg roll bekatul. Saya berniat melombakan yang donat, tapi juri menyarankan yang egg roll saja. Waduh! Padahal belum siap produksi massal,” katanya.

Keberuntungan itu seperti membuka pintu berlapis. Masih di tahun yang sama, nama Dbroo Kitchen kembali muncul dalam daftar penerima Industry Innovation Award 2022 dari Pemerintah Kota Surakarta.

Yuli mengaku aktif mengikuti program inkubasi, pelatihan UMKM, hingga kompetisi lainnya. Selain untuk belajar, ia sadar bahwa setiap panggung yang dimasukinya ialah peluang emas untuk memperkenalkan Dbroo Kitchen kepada publik.

Sejak saat itu, pesanan egg roll bekatul meningkat drastis. Produk tersebut kini dipasarkan di 28 titik toko oleh-oleh Solo dan Jogja, masuk jaringan Brownies Amanda, hingga dikirim ke luar negeri oleh pembeli luar secara hand carry.

Kemasan terbaru egg roll bekatul yang menjadi produk unggulan Dbroo Kitchen. Humas UMS/Gede Arga Adrian
Pendapatan yang masuk diputar perlahan untuk membeli alat produksi, kemasan, freezer, hingga oven besar. Bahkan untuk memperluas varian produk, ia memilih skema pre-order agar modal tak perlu keluar di depan.

Kini, Dbroo Kitchen memiliki dua karyawan tetap dan dibantu ibu-ibu sekitar ketika permintaan meningkat. Dengan ritme produksi yang stabil, omzet bulanannya berada di kisaran Rp5-10 juta.

Momentum terbesar datang menjelang Idulfitri. Lebaran menjadi golden time bagi Dbroo Kitchen, terutama untuk penjualan hampers dan produk egg roll bekatul yang kini menjadi ikon merek tersebut.

“Permintaan bisa melonjak, omzet pernah mencapai Rp 25 juta di bulan itu,” sebut Yuli.

Meski egg roll bekatul menjadi produk andalan dan pintu masuk ke pasar yang lebih luas, Yuli belum berhenti bereksperimen. Sejak akhir 2024, ia mulai mengembangkan beberapa varian baru.

Diversifikasi produk Dbroo Kitchen di antaranya Bekatul Cookies dengan tepung singkong sebagai alternatif rendah gluten, Egg Roll varian gluten free untuk anak-anak berkebutuhan khusus dan konsumen intoleransi gluten, serta rencana camilan dengan bahan berbasis bekatul sebagai ciri khas merek tersebut.

Yuli juga menyediakan layanan snack box dan nasi kotak untuk berbagai acara formal. Untuk memenuhi permintaan tersebut, biasanya ia menggandeng para pelaku UMKM di lingkungan tempat tinggalnya.

Diversifikasi bukan sekadar menambah katalog penjualan, melainkan strategi Yuli dalam mempertahankan usaha saat pola konsumsi berubah. “Inovasi itu tidak bisa tergesa-gesa. Kalau produk hanya ramai saat launching saja, artinya saya masih harus banyak belajar,” pungkasnya. (*)

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments