PWMU.CO – SD Muhammadiyah 6 Gadung (SD Musix) Surabaya menggelar acara Gen Q Award dan Pentas Seni sebagai bagian dari penutupan tahun ajaran. Acara ini menjadi momen istimewa bagi para siswa, terutama bagi mereka yang menjalani program Study From Home (SFH), karena dapat bertemu langsung dengan teman-teman sekelasnya, Kamis (26/6/2025).
Pada kegiatan ini, hingar-bingar dentuman musik, gemerlap cahaya lighting, dan videotron super lebar menghiasi panggung utama yang didirikan di halaman SD Musix. Suasana meriah ini menjadi latar penganugerahan bagi siswa-siswa yang aktif melakukan update pada aplikasi Gen Q.
Setiap kelas telah menyiapkan pertunjukan kreatif mereka masing-masing untuk ditampilkan di panggung bergengsi. Selain itu, para siswa SD Musix juga beradu penampilan demi menarik perhatian dewan juri, yang akan memilih peserta terbaik untuk memperebutkan trophy bergilir.
Dari setiap kelas yang tampil, sebagian besar menampilkan pertunjukan seni, seperti tari modern, seni bela diri, seni tradisional Reog, hingga drama kolosal.
Namun, ada satu kelas yang tampil berbeda. Mereka tidak menyanyi, apalagi menari.
“Kali ini, kelas 3-B tampil dengan konsep kebersamaan,” ujar Wali kelas 3-B, Nurun Naharo SAg MAg.
Nur, sapaan akrab Nurun Naharo, menjelaskan bahwa dirinya ingin mengakomodasi semangat kebersamaan seluruh siswa, termasuk mereka yang sejak masa pandemi COVID-19 hingga kini masih menjalani SFH.
“Kami ingin ananda Lala Fatah bisa tetap ikut serta dalam ajang ini,” tuturnya.
Dengan kostum berupa jaket berwarna biru yang dipadukan dengan lengan putih, siswa kelas 3-B tampil kompak di atas panggung. Di dada sebelah kanan jaket, tertera inisial nama masing-masing siswa. Melalui penampilan ini, mereka mengajak para audiens untuk selalu menjaga persatuan dan saling bahu membahu dalam segala situasi.
Merajut Jembatan Asa
Dalam penampilan tersebut, masing-masing siswa merangkai beberapa stik ice cream menjadi bentuk persegi panjang. Duduk berjejer di atas panggung, mereka menyatukan rangkaian tersebut satu sama lain hingga membentuk sebuah lingkaran oval.
Setelah dipastikan semua rangkaian saling terhubung, mereka mengangkatnya bersama-sama sebagai simbol kekompakan dan kebersamaan.
“Satu, dua, tiga! Ayo, teman-teman, jembatan ini kita angkat sama-sama!,” seru salah satu siswa dengan semangat.
Salah satu siswa, Lala Fatimah tampak berusaha berdiri sekuat tenaga. Ia sangat berhati-hati menjaga keseimbangan kedua kakinya.
Lala Fatimah adalah salah satu siswa yang masih mengikuti pembelajaran secara online karena kondisi fisiknya. Saat ini, ia sedang dalam masa pemulihan setelah menjalani operasi akibat deformitas kaki (kelainan bentuk kaki) yang dialaminya sejak kecil.
“Ayo, Lala, semangat!,” seru salah satu siswa lainnya, Noufal Hafiz Ramadhan memberi semangat kepada Lala. Seruan itu pun disusul oleh teman-temannya yang lain.
Dengan sangat berhati-hati, akhirnya Lala bisa berdiri dengan sempurna meskipun ia harus tetap menjaga keseimbangan. Tepuk tangan meriah pun mengiringi keberhasilannya berdiri tegak. Ia tampak bersemangat, hal itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya yang penuh semangat.
“Alhamdulillah, dia sangat rindu bertemu dengan teman-temannya,” ujar Komang Sri Hastuti, ibu Lala Fatimah.
Lala, lanjutnya, sudah lama ingin masuk sekolah, tetapi karena kondisi fisiknya yang belum optimal, ia belum bisa sepenuhnya hadir. Namun, dia sudah mulai belajar meninggalkan kursi rodanya.
“Dia hanya tinggal menjalani operasi implan ortopedi saja. Insyaallah, jika pen sudah diambil, dia bisa masuk sekolah seperti biasa,” kata Widianyo, ayahnya, dengan optimis. (*)
Penulis Basirun Editor Ni’matul Faizah
0 Tanggapan
Empty Comments