Suasana Pasar Demangan, Kemantren Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Ahad pagi (14/12/2025), tampak berbeda dari biasanya. Di sela aktivitas jual beli, kader-kader perempuan ‘Aisyiyah berkeliling menyapa pedagang dan pembeli. Mereka membagikan tas guna ulang, menempelkan stiker kampanye, serta mengajak masyarakat mengurangi penggunaan plastik sekali pakai.
Kegiatan tersebut merupakan puncak kampanye “Pasarku Tempat Ibadahku”, sebuah inisiatif Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah yang didukung Lembaga Amil Zakat, Infaq, dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Pusat. Kampanye ini menjadi bagian dari Program Pasar Tradisional Bebas Plastik yang menggunakan pendekatan keagamaan untuk mendorong perubahan perilaku pedagang dan konsumen.
Program tersebut melibatkan berbagai unsur, mulai dari Dewan Kemakmuran Masjid (DKM), Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, hingga Cabang dan Ranting ‘Aisyiyah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga didukung Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.
Koordinator Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP ‘Aisyiyah, Surria Dwiwahyu, menyampaikan bahwa kepedulian terhadap lingkungan merupakan bagian dari nilai keagamaan.
“Menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah. Ketika pasar tradisional menjadi lebih bersih dan bebas dari plastik sekali pakai, kita tidak hanya melindungi bumi, tetapi juga menjalankan nilai keagamaan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa pasar merupakan ruang strategis untuk menanamkan kesadaran ekologis secara kolektif.
Ketua Umum PP ‘Aisyiyah, Salmah Orbayinah, yang hadir dalam kegiatan tersebut, menegaskan bahwa menjaga kebersihan, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, serta membiasakan penggunaan kantong dan wadah guna ulang merupakan bagian dari tanggung jawab keimanan sebagai khalifah di bumi. Menurutnya, merawat lingkungan adalah amanah bersama.
Salmah berharap kampanye ini dapat menjadi contoh praktik yang dapat diterapkan di pasar tradisional lainnya.
“Semoga gerakan ini mampu menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa merawat lingkungan adalah bagian dari ibadah, dan bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah-langkah kecil yang dilakukan secara konsisten,” ujarnya.
Selama sekitar dua jam, sekitar 40 kader ‘Aisyiyah yang telah mengikuti pelatihan lingkungan melakukan sosialisasi langsung di area pasar. Setiap kader menjangkau empat hingga lima pedagang atau pembeli untuk menjelaskan manfaat penggunaan tas guna ulang serta dampak plastik sekali pakai terhadap lingkungan.
Selain membagikan tas, panitia menyediakan tiga titik cantolan tas belanja guna ulang di beberapa sudut pasar. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan pengunjung yang tidak membawa tas belanja, sekaligus memberi kesempatan bagi pengunjung lain untuk menyumbangkan kantong belanja agar dapat digunakan bersama.
Supinah, pedagang cabai di Pasar Demangan, mengaku mulai membiasakan diri menawarkan pilihan kepada pembeli. “Sekarang saya selalu tanya, perlu plastik atau tidak. Kalau pembeli bawa tas sendiri, pasar jadi lebih bersih. Saya siap mendukung karena manfaatnya untuk semua,” ujarnya. Ia berharap kebiasaan tersebut dapat diikuti pedagang lainnya.
Dukungan juga disampaikan Pemerintah Kota Yogyakarta. Ketua Tim Kerja Kebersihan dan Keamanan Pasar Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta, Kelik Novidwyanto, menyatakan bahwa kegiatan ini sejalan dengan program MASJOS (Masyarakat Jogja Olah Sampah).
“Pasar adalah ujung tombak pengelolaan sampah kota. Keterlibatan masyarakat, seperti yang dilakukan ‘Aisyiyah hari ini, menjadi contoh praktik baik yang perlu direplikasi di pasar-pasar lain,” ujarnya.
Ke depan, ‘Aisyiyah berencana melakukan pemantauan dan evaluasi untuk menjaga keberlanjutan program. Melalui kampanye “Pasarku Tempat Ibadahku”, Pasar Demangan diarahkan menjadi contoh bahwa pasar tidak hanya berfungsi sebagai ruang ekonomi, tetapi juga ruang sosial tempat nilai keagamaan diwujudkan melalui kepedulian terhadap lingkungan. (*)


0 Tanggapan
Empty Comments