Suasana Ahad pagi (30/11/2025) di Kompleks PCM Mulyorejo terasa berbeda dari biasanya. Di balik senyum tamu undangan dan riuh rendah warga yang berdatangan, ada nuansa kebanggaan yang sulit disembunyikan.
Puncak Milad Muhammadiyah ke-113 bukan sekadar seremoni tahunan, tahun ini menjelma menjadi saksi lahirnya babak baru dalam gerakan dakwah dan pelayanan sosial di lingkungan PCM Mulyorejo.
Acara dibuka dengan pengajian akbar yang menghadirkan Prof. Dr. Khoirudin Bashori, M.Si, Wakil Ketua LPPM PP Muhammadiyah. Tausyiahnya mengingatkan kembali bahwa Muhammadiyah berdiri di atas tiga pilar gerakan: iman, ilmu, dan amal, tiga energi yang sejak satu abad lebih menjadi penopang langkah Persyarikatan.
Setiap kalimat yang beliau sampaikan seolah meneguhkan bahwa gerakan Muhammadiyah bukan hanya tentang organisasi, tetapi juga peradaban.
Ranting Baru: Penantian Panjang yang Terbayar Tuntas
Momen paling mengharukan terjadi ketika Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kejawan Putih Tambak resmi dilantik. Perjalanan ranting ini bukan kisah semalam; butuh bertahun-tahun hingga akhirnya di puncak Milad ke-113, pengakuan itu datang juga.
Ketua PCM Mulyorejo, Najib Sulhan, melantik PRM Kejawan Putih Tambak, yang sekaligus menjadi ranting terakhir yang akhirnya terbentuk di wilayah PCM Mulyorejo. Di saat yang sama, Ketua PCA Mulyorejo, Hj. Zaenab Nailiyah, juga melantik Pimpinan Ranting Aisyiyah di wilayah yang sama.
Pelantikan itu disambut hangat oleh warga. Ada rasa bangga, rasa lega, sekaligus harapan baru yang menyala.
Ketua Baru Panti Asuhan Al-Ma’un
Peristiwa penting berikutnya datang dari ranah pelayanan sosial. Ketua LKSA Kota Surabaya, Ferry Yudi, membacakan SK pengangkatan Ketua Panti Asuhan Al-Ma’un Muhammadiyah Mulyorejo. Tidak lama kemudian, K.H. Hamri Al-Jauhari secara resmi melantik Fathurrahim, SE sebagai ketua baru panti tersebut.
Pelantikan ini menjadi pengingat bahwa dari panti-panti asuhan Muhammadiyah, banyak generasi hebat lahir, mereka yang tumbuh dalam kasih, kedisiplinan, dan nilai kebermanfaatan.
Salah satu bagian yang membuat hadirin terperangah datang dari Majelis Wakaf. Dari sepuluh sertifikat wakaf yang diserahkan, satu di antaranya membuat banyak orang mengangguk kagum: wakaf tanah makam.
Bukan masjid, bukan langgar, bukan sekolah,, melainkan wakaf untuk pemakaman umum. Wakaf yang menunjukkan bahwa dakwah Muhammadiyah tidak hanya mengurusi kehidupan, tetapi juga mengawal manusia hingga akhir perjalanan duniawinya.
Langkah ini menjadi bukti nyata bahwa gerakan filantropi Muhammadiyah terus menemukan bentuk-bentuk baru yang relevan dan bermanfaat.
113 Paket Sembako dan 113 Kupon Kesehatan Gratis
Suasana semakin semarak dengan kegiatan pelayanan sosial. Majelis Pelayanan Kesejahteraan Sosial (MPKS) membagikan 113 paket sembako yang didistribusikan ke seluruh ranting di PCM Mulyorejo, angka 113 yang sengaja disesuaikan dengan usia Persyarikatan.
Sementara itu, Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) membuka layanan kesehatan gratis dengan 113 kupon pemeriksaan, menjadi wujud kepedulian Muhammadiyah terhadap kesehatan warga.
Antrian yang rapi, senyum para petugas medis, dan rasa syukur dari warga yang menerima layanan membuat suasana pagi itu penuh hangat dan humanis.
Rangkaian acara ini menjadi cermin betapa dinamisnya Muhammadiyah di Mulyorejo. Melalui majelis-majelisnya, Persyarikatan terus menghidupkan semangat memberi manfaat dari pendidikan, kesehatan, hingga pelayanan sosial.
Dalam satu hari, PCM Mulyorejo menunjukkan bahwa Milad bukan hanya soal ulang tahun. Ia adalah momentum untuk meneguhkan kembali komitmen: “Bergerak, Beramal, dan Menebar Kemanfaatan bagi Umat dan Bangsa.” (*)
0 Tanggapan
Empty Comments