Search
Menu
Mode Gelap

Santri Karangasem Bertaruh Kelulusan di Ujian Pondok

Santri Karangasem Bertaruh Kelulusan di Ujian Pondok
pwmu.co -
Santri Karangasem saat mengerjakan ujian pondok (Zulfatus Salima/PWMU.CO)
Santri Karangasem saat mengerjakan ujian pondok (Zulfatus Salima/PWMU.CO)

PWMU.CO – Santri Karangasem Paciran Lamongan, sebelum lulus, ditantang kejujurannya dalam mengerjakan ujian tulis.

Dimulai pada hari Rabu (23/3/2022) hingga Jumat (26/3/2022) sebanyak 149 santri kelas VI Pondok Pesantren Karangasem ini mengikuti ujian. Mereka terdiri dari 65 santri putra dan 84 santri putri.

Aula Abdurrahman Syamsuri yang berkapasitas seribu orang tersebut menjadi tempat santri putra dan santri putri melaksanakan ujian. Sehingga antar santri harus saling menjaga jarak untuk mengerjakan soal. Santri putra di depan sedangkan santri putri berada di belakangnya.

Pukul 15.30 WIB santri mulai mengerjakan soal ujian pada jam pertama. Sedangkan jam kedua mulai pukul 16.30 WIB. Setiap ujian dimulai, panggung Aula diberikan timer untuk mengingatkan santri batas waktu untuk mengerjakan soal.

Agar menambah kenyamanan para santri yang mengikuti ujian, enam kipas besar dipasang di dalam ruangan sehingga menjadi sejuk. Namun demikian, meski sejuknya ruangan, beberapa santri mengalami tremor atau gemetar saat akan memulai mengerjakan ujian.

“Deg-degan banget mau ngerjakan ujian, karena ini pertaruhan kalau tidak lulus ya sudah tidak dapat ijazah pondok. Selama tiga tahun dipertaruhkan pada ujian ini,” terang Ageng Pinatih Firdaus santri kelas enam.

Nilai Kejujuran

Ageng juga menyampaikan, nilai dari ujian diniyah merupakan nilai yang sebenarnya. Maksudnya apabila santri mendapatkan nilai lima maka yang tertulis dalam rapot juga lima.

Begitu juga dengan kelulusan, apabila tidak lulus maka santri juga tidak mendapatkan Syahadah atau ijazah dari pondok.

Iklan Landscape UM SURABAYA

Hal tersebutlah yang membuat dia merasa ditantang sekaligus grogi. Baginya akan sia-sia apabila tiga tahun tidak mendapatkan ijazah dari pondok.

“Semoga lulus dan dapat syahadah. Masa iya, selama tiga tahun tidak mendapatkannya. Aku yang tiga tahun aja merasa sia-sia, bagaimana temanku yang sudah enam tahun di sini,” lanjutnya.

Ketua panitia sekaligus bagian kurikulum Madrasah Diniyah Ponpes Karangasem, Nasrudin MPd menceritakan, setiap ujian, santri harus jujur dalam mengerjakannya walaupun pengawas tidak melihat di depannya.

“Dari dulu saya santri, telah menjadi kebiasaan, tidak ada yang namanya nyontek dengan teman, ngerpek, dan lain-lain. Di sini harus jujur walaupun tidak di depan persis pengawasnya, tapi ada Allah yang selalu mengawasi lebih dekat. Bahkan sedekat nadi manusia,” ujarnya mengingatkan.

Selanjutnya, Nasrudin sapaan akrabnya menyampaikan, selain kejujuran, santri juga ditantang pemahamannya tentang kitab kuning. Baik dari pemahaman nahwu, shorof dan makna dalam kitab yang diajarkan diniyah pagi maupun diniyah sore. (*)

Penulis Zulfatus Salima Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni

Iklan pmb sbda 2025 26

0 Tanggapan

Empty Comments