Kesehatan mental juga rentan terganggu akibat tekanan untuk tampil sempurna di media sosial. Banyak orang merasa perlu membagikan setiap momen hidup mereka dalam bentuk yang terbaik.
Terkadang, hal ini melelahkan dan menciptakan tekanan tambahan, terutama jika harus berpura-pura atau menyembunyikan kenyataan demi menjaga citra baik di media sosial.
Untuk memerangi standar media sosial yang tidak sehat, tentunya kita harus menyadari bahwa setiap orang mempunyai porsinya masing-masing. Terkadang setiap melihat suatu pencapaian, kita rawan terpancing secara emosional.
Akan tetapi, dengan merenungi dan menyadari kemampuan kita, pada akhirnya kita dapat memahami bahwa bentuk kesuksesan itu relatif dan datang dari berbagai aspek. Potensi yang kita miliki belum tentu dimiliki orang lain.
Kemudian, batasi screen time media sosial. Namanya juga rebahan seharian dan scrolling HP, siapa yang tidak suka? Akan tetapi, dalam menjaga kesehatan mental, kebiasaan ini harus diminimalkan. Sebagai manusia tentu butuh hiburan, tetapi jangan mentok dengan bermain HP saja.
Sibukkan diri dengan membaca, olahraga, menulis, dan beragam aktivitas lainnya yang tidak hanya mencerahkan suasana hati tetapi juga bisa menambah skill baru. Kita akan jauh lebih tenang dan tidak ikut pusing memikirkan standar media sosial yang ada.
Stoicism Mindset
Stoicism mindset juga menjadi solusi untuk menjalani hidup lebih tenang. Mengapa demikian? Stoicism mindset adalah mengubah pola pikir yang mengajarkan kita untuk fokus pada hal-hal yang bisa kita kendalikan dalam hidup dan menerima dengan lapang dada hal-hal yang tidak bisa kita ubah. Dengan menerapkan cara tersebut, kita dapat memandang dunia dengan lebih bersyukur dan menerima hal-hal yang kita punya sekarang.
Jadi, apakah hidup dengan standar media sosial merupakan keharusan? Tentunya tidak. Menjadikan seseorang sebagai role model dalam artian yang positif diperbolehkan. Misalnya, ingin mengembangkan diri menjadi lebih bijaksana dengan menonton konten yang membahas tentang self-improvement.
Namun, jika sudah mencapai tahap yang obsesif dan membuang jauh potensi diri kita demi standar yang disetir media sosial, hal itu harus dihindari.
Standar orang bukanlah acuan hidup kita. Hidup mengikuti standar media sosial tidak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga menciptakan siklus ketidakpuasan di masyarakat.
Dengan memilih untuk hidup sesuai nilai dan tujuan pribadi, kita bisa mencapai kebahagiaan dan kepuasan yang lebih sejati, tanpa terjebak dalam standar semu yang ditetapkan media sosial.
Editor Zahra Putri Pratiwig


0 Tanggapan
Empty Comments