Syamsuddin Namugur S.H.I, kini dikenal sebagai Sekretaris Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Sorong. Selain itu, ia juga mengemban amanah di Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat sebagai anggota Majelis Tabligh.
Namun, perjalanan pengabdiannya di Muhammadiyah memiliki kisah yang menarik untuk disimak. Awal mula perjalanannya bermula ketika ia pulang ke Sorong setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya.
Saat itu, ia sebenarnya belum memiliki ikatan dengan Muhammadiyah. Justru sang ayah lah yang memperkenalkannya pada organisasi ini.
“Kenapa bapak harus kenalkan saya ke Muhammadiyah? Kita tidak sama,” tanya Syamsuddin kala itu dengan penuh heran.
Mendengar ucapan anaknya, sang ayah langsung menegur, “Bodoh kamu, kamu tidak mengerti tentang kehidupan ini sesungguhnya.”
Syamsuddin sempat bingung dengan ucapan keras itu. Namun, ayahnya kemudian memberi penjelasan mendalam.
“Kalau kamu mau cari kehidupan yang sesungguhnya, kamu harus masuk organisasi, yaitu Muhammadiyah,” ucap sang ayah.
Lebih lanjut, sang ayah menegaskan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi yang bergerak di berbagai bidang, terutama pendidikan.
Baginya, Muhammadiyah adalah jawaban dari keresahan panjang dari diskriminasi pendidikan yang pernah dialami leluhur mereka.
“Ingat kata-kata saya, anak-anak cucu saya jangan sampai mengalami apa yang dialami oyangmu, kakekmu, dan saya, yaitu diskriminasi pendidikan,” pesan sang ayah dengan penuh penekanan.
Pesan itulah yang kemudian menancap dalam hati Syamsuddin. Ia pun menyadari bahwa Muhammadiyah bukan hanya organisasi, melainkan gerakan besar yang berupaya menghadirkan pendidikan berkualitas bagi seluruh umat, termasuk muslim Papua.
Syamsuddin sendiri mengaku terkagum pada filosofi Muhammadiyah yang konsisten mencerdaskan kehidupan bangsa.
Melalui Muhammadiyah, banyak muslim Papua memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan tinggi, baik di Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong maupun di kampus lain seperti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
“Alhamdulillah Muhammadiyah memang welcome (terbuka) kepada kami, khususnya kami Kokoda, muslim yang ada di tanah Papua yang menginginkan pendidikan layak dan bersaing,” ungkapnya penuh rasa syukur.
Kini, perjalanan dakwah Syamsuddin semakin membuahkan hasil. Kampung asalnya bahkan telah mendeklarasikan diri sebagai Kampung Muhammadiyah Kokoda.
Kampung yang juga dikenal dengan nama Kampung Warmon menjadi istimewa karena menjadi satu-satunya di dunia yang resmi mendeklarasikan diri sebagai Kampung Muhammadiyah.
Kampung Warmon terletak di Sorong, Papua, dan menjadi tempat tinggal komunitas Suku Kokoda. Di kampung inilah Muhammadiyah aktif melakukan pendampingan dan pemberdayaan, terutama dalam bidang pendidikan dan dakwah.
Kini, Syamsuddin melanjutkan perjuangan itu dengan penuh semangat. Baginya, setiap langkah bersama persyarikatan adalah ikhtiar agar generasi mendatang tidak lagi terhambat dalam menggapai cita-cita melalui pendidikan.


0 Tanggapan
Empty Comments