PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA mendorong Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) untuk meningkatkan porsi kajian ketadjidannya masuk dalam dimensi pengembangan pemikiran Islam dan sains.
Menurut dia, peningkatan itu penting supaya dapat membawa sains memiliki ruh dan dimensi teologis. Sebab perkembangan sains modern saat ini memiliki kecenderungan meniadakan dimensi ketuhanan.
“Nah, kita (Muhammadiyah) punya kepentingan untuk bisa menghadirkan sains Islami di era ini,” ujarnya di hadapan ratusan ulama tarjih Muhammadiyah se-Jatim dalam Kajian Dua Bulanan bedah buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Jilid III yang diadakan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) PWM Jatim di Aula Mas Mansyur Gedung Muhammadiyah Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (6/7/19).
Saad menerangkan, inti dari ketarjihan itu tidak lain adalah menekankan al ruju’ ila quran wa sunah. Dan itu terkait dengan tarjih masa lampau. Sedangkan, ketajdidan yang terkait dengan masa depan seharusnya bisa difungsikan menjadi perimbangan untuk memproyeksikan masa depan peradaban Islam.
“Sekarang ini bidang yang masih banyak digarap oleh para ulama tarjih Muhammadiyah adalah dimensi ketarjihannya. Sebaliknya, kajian terkait dimensi ketajdidan masih sangat kurang,” terangnya.
Kondisi itu, sebutnya, membuat produk ketajdidan dari ulama tarjih masih kurang. Bahkan, hingga kini rumusan ketajdidan masih belum ada. “Kita masih berada dalam kecenderungan lama,” tuturnya.
Maka, Dosen Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang itu mengharapkan, para ulama tarjih serius untuk meningkatkan porsi kajian ketajdidan menyentuh dimensi pengembangan pemikiran Islam dan sains.
“Kajian ketajdidan harus mendapatkan porsi lebih. Sebab sains Islami itu adalah tanda ketajdidan dari sebuah peradaban Islam,” tegasnya.
Saad pun berkeyakinan, dengan banyaknya hasil kajian ketajdidan akan mampu membawa pengaruh besar bagi perkembangan bangunan peradaban Islam di masa depan.
“Semua itu bisa kita wujudkan melalui kajian ilmiah dunai akademis. Nah, itu harusnya berada di bawah asuhan MTT. Gerak ini harus dilakukan secara bersama-sama,” tegasnya.
Ia lalu mencontohkan teori penciptaan alam semesta “Big Bang”, misalnya, jika diamati itu sebenarnya sudah tersirat dalam Alquran. Sayangnya, teori dari Barat tersebut tidak ada dimensi teologisnya sama sekali.
“Kita harusnya mampu mengkompilasikan Alquran dengan sains modern. Atau dengan kata lain kita melakukan sainstifikasi nas alquran terhadap sains ini,” urainya.
Saad di akhir paparannya mengingatkan, peran penting majelis tarjih dan tajdid sebagai ruh atau jiwanya Persyarikatan Muhammadiyah.
“Maka maknanya adalah Majelis Tarjih dan Tajdid itu haruslah menjadi terdepan dalam memproyeksikan masa depan Islam,” tandasnya. (Aan)
Discussion about this post