PWMU.CO – Di tengah kabut asap yang menyelimuti Kota Palangkaraya Kalimantan Tengah, 35 ustadz-ustadzah Taman Pendidikan Al-Quran (TPQ) mengikuti Pelatihan Menghafal Alquran Metode Tahfizh Quran Tematik (TQT) di Aula Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Tengah, Selasa-Rabu, (13-14/08/19).
Kegiatan yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Muhammadiyah Palangkaraya itu mengundang nara sumber Lailatul Fithriyah Azzakiyah SHI MPdI, penggagas metode TQT dari Malang, Jawa Timur.
Kepada PWMU.CO Ketua Pelaksana Lilik Kholishotin MPdI menyampaikan peserta yang hadir tidak sesuai target karena terkendala kabut asap yang beberapa hari menimpa Kota Palangkaraya.
“Sebenarnya target kami 100 peserta, begitu juga undangan yang kami sebar ada 100. Tapi yang hadir hanya 35 peserta. Meskipun begitu kami berharap kegiatan ini dapat dimanfaatkan dengan baik oleh guru-guru TPQ Se-Kota Palangkaraya,” tuturnya.
Dosen Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UM Palangkaraya tersebut menambahkan kegiatan ini sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat yang didanai oleh LP2M Universitas Muhammadiyah (UM) Palangkaraya.
“Program ini dibiayai oleh LP2M UM Palangkaraya. Ke depan kami berharap pembelajaran metode TQT ini dapat ditindaklanjuti dengan adanya Training of Trainer (TOT) atau boarding School seperti yang pernah diselenggarakan di Malang, Lamongan, dan Depok,” katanya.
Sementara itu Ketua LP2M UM Palangkaraya Dr Nurul Hikmah Kartini MPd menyampaikan pengabdian masyarakat merupakan kewajiban dosen yang harus dilakukan minimal sekali dalam setahun.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Mudah-mudahan pelatihan metode Tahfizh Quran Tematik tidak berhenti sampai di sini, tapi dapat ditindaklanjuti dan dikembangkan,” ungkapnya.
Lailatul Fithriyah Azzakiyah dalam materinya menyampaikan metode TQT merupakan metode menghafal Alquran paling mutakhir dengan cara mengumpulkan ayat sesuai tema tertentu. Metode ini sebagai hasil perenungan dan kepedulian melihat banyaknya masyarakat yang menghafal Alquran namun belum paham maknanya.
“Maka metode ini dapat menjadi alternatif menghafal Quran dengan cara yang mudah, menyenangkan, serta menjadikan seseorang paham akan apa yang dihafalnya,” tandasnya.
Laila mengutarakan kedatangan ke UM Palangkaraya dalam rangka sosialiasi dan pelatihan metode TQT ini terhitung sudah dua kali dan selalu mendapatkan respon positif dari pihak kampus maupun peserta pelatihan.
“Alhamdulillah kami selalu disambut positif dari UM Palangkaraya. Kedatangan kedua ini merupakan tindak lanjut dari sosialisasi yang pernah terlaksana tiga tahun lalu yaitu kegiatan Pesiat (Pelatihan, Sosialisasi,dan Seminar) metode TQT,” katanya.
Kegiatan yang pertama dulu, imbuhnya, rasanya kurang maksimal karena diikuti peserta yang sangat banyak yaitu 200 peserta. Selain itu dikonsep dengan metode seminar sehingga target capaian hafalan belum maksimal.
“Maka pertemuan yang kedua ini menjadi lebih intens. Beberapa peserta juga mampu menuntaskan satu tema hafalan beserta pemahaman serta mengetahui letak nomor ayat. Inilah keunikan dari metode TQT,” tuturnya.
Pelatihan menghafal Alquran metode TQT yang berlangsung dua hari tersebut diawali dengan menonton video kisah Nabi Nuh dan menyanyikan kosakata bahasa Arab.
Di hari kedua dilanjutkan dengan menghafalkan ayat per ayat, pemahaman, ice breaking, presentasi, dan diakhiri dengan tes. Peserta sangat antusias dan berharap kegiatan dapat dilanjutkan. (*)
Kontributor Nely Izzatul. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post