PWMU.CO-Handphone Nadjib Hamid berdering. Setelah diangkat terdengar suara seorang perempuan. Karyawan UIN Sunan Ampel Surabaya. Dia memberitahukan, dirinya ditelepon wanita dari Kuala Lumpur ada HP peserta Rihlah Dakwah tertinggal di Central Market.
Nadjib Hamid langsung meneruskan info itu ke anggota rombongannya yang sedang lawatan ke Malaysia. Selasa (20/8/2019) posisi mereka masih di Kuala Lumpur.
Mendengar info itu Arifah Wikansari, empunya HP yang hilang itu, langsung meluncur ke Central Market yang juga dikenal sebagai Pasar Seni. Naik bus kota. Sehari itu dia sudah bingung menerka-nerka kemana jatuhnya HP yang tiba-tiba raib.
Tiba di lokasi menuju kedai suvenir di Pasar Seni. Toko yang menjual makanan oleh-oleh dan pernik yang pernah dia singgahi. Bertemu pejaganya Firly Anggraini yang anak Lampung. Firly langsung gembira bertemu Arifah. Lalu menyodorkan HP yang dia temukan.
”Saya kasihan sama mbaknya. Saya ingat mbak yang punya HP yang saya temukan ini saat melihat foto wallpaper HP waktu ke sini,” ujar Firly.
Dia bercerita beberapa nomor di HP itu sempat dia hubungi untuk menemukan pemiliknya. Pertama, dia kontak nomor yang tertulis Ayah. Tak diangkat. Menurut Arifah, itu nomorsuaminya. Tidak diangkat karena pada saat itu suaminya sedang rapat.
Lantas Firly cari nomor lainnya. Dihubungi nyambung. Ternyata teman sekantor Arifah. Dari situlah akhirnya informasi HP hilang sampai ke pemiliknya.
Tenaga Kerja Wanita asal Lampung ini masuk Malaysia sejak 2013. Melalui Batam. Dia mengatakan, pemilik HP itu pasti kebingungan mencari-cari. ”Mbaknya hamil lagi, kasihan,” tuturnya.
Pertemuan itu langsung terjalin akrab. Seperti bertemu teman yang lama tak berjumpa. ” Aku wis nem tahun kerjo kene, Mbak. Tapi pindah-pindah,” katanya yang menyebutkan sudah enam tahun kerja di KL. Tapi pindah-pindah tempat kerja.
Shelly, panggilan akrabnya mengaku dia janda dengan satu anak. Mencari nafkah ke Malaysia demi menghidupi anaknya. ”Aku kerjo kene demi anakku, Mbak…, mengko lek wis berhasil tujuanku aku arep mulih usaha cilik-cilikan,” ujarnya lagi. Dia menyatakan, jika berhasil mengumpulkan uang ingin pulang buka usaha kecil-kecilan di kampungnya.
Ibu dari Fitri Anggraini ini menuturkan, baru satu bulan bekerja di kedai Central Market ini. ”Lagi satu bulan aku di sini. Yang penting aku cari duit halal buat anakku,” sambungnya.
Shelly yang lahir pada 17 Juni 1992 ini asli orang Jawa Tengah. Tapi dia lahir di Lampung karena bapak-ibunya ikut transmigrasi. ”Bapak-ibuku asli Jawa Tengah. Bapak Cilacap, ibuku Magelang,” ujar dia menjelaskan kenapa fasih bahasa Jawa. Di kampungnya warga masih pakai bahasa Jawa.
Bekerja menjaga toko di Pasar Seni Kuala Lumpur mendapat gaji 1.500 ringgit. Setara dengan Rp 4,9 juta. Dia juga punya kerja sembilan. Bisnis online. ”Aku juga jualan online. Opo wae tak jual. Parfum, sabun, kosmetik. Sing penting aku golek duit halal,” katanya.
Di akhir perbincangan Shelly minta didoakan agar dia segera bisa mengumpulkan uang yang banyak, dan segera pulang berkumpul dengan anak dan keluarga. ”Aku didoakan ya, mugo-mugo cepet berhasil, pingin mulih, kumpul anak,” tegasnya. (*)
Penulis Arifah Editor Sugeng Purwanto