PWMU.CO – Bangsa Indonesia pada tahun 2030 akan mengalami kemajuan. Ada yang memperkirakan Indonesia akan menjadi peringkat kelima dunia. Juga ada yang menyebut akan masuk peringkat ketujuh dunia. Hal ini terjadi karena Indonesia mendapatkan bonus demografi, yaitu jumlah penduduk usia produktif lebih banyak daripada yang non-produktif.
Hal itu disampaikan oleh Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan Kemendikbud RI Kurniawan ST MBA pada Seminar on Education and National Conference, di Dome UMM, Sabtu (21/9/19).
Dia mengatakan, apabila bisa mengelolanya dengan baik maka insyaallah betul-betul menjadi bonus demografi. “Tetapi kalau tidak dikelola dengan baik maka bisa mengakibatkan bencana demografi,” ujarnya.
Dalam hal ini bidang pendidikanlah yang berperan penting dalam pemanfaatan bonus demografi ini. Maka kualitas sumber daya manusia (SDM) harus meningkat.
“Negara maju itu bukan karena sumber daya alamnya (SDA). Di dunia ini banyak negara dengan SDA melimpah tetapi tidak maju. Tetapi sebaliknya ada negara dengan SDA biasa saja tapi mengalami kemajuan,” ungkapnya.
Negara maju itu karena mereka memiliki SDM yang unggul. Dunia pendidikanlah yang bisa meningkatkan kualitas SDM. Diperkirakan tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia 317 juta orang dengan usia produktif 35-45 tahun mendominasi. “Saat ini mereka itu masih pada usia pendidikan dasar dan menengah. Sehingga peran dunia pendidikan dan bapak-ibu guru sangat besar sekali,” tegasnya.
Maka Kemendikbud ada program wajib belajar 12 tahun dan Kurikulum 2013 harus terus dilaksanakan. “Juga pendidikan tinggi yang berkualitas dan berdaya saing, pendidikan dasar menengah berkualitas merata dan pendidikan karakter serta memastikan semua anak usia sekolah harus sekolah,” urainya.
Kondisi capaian pendidikan 2015-2019 ada peningkatan lulusan SD yang melanjutkan 83 persen dan SMP yang melanjutkan 106,1 persen. Ini berarti hampir semua lulusan SMP melanjutkan ditambah dengan Kejar Paket. “Angka putus sekolah mengalami penurunan yakni SD 0,06 persen dan SMP 0,16 persen,” terangnya.
Saat ini, menurutnya, Jumlah sekolah se-Indonesia 218.000 dengan total 44.831.000 siswa. Tenaga pendidik sebanyak 3.400.000 orang. Jumlah rombel 1.800.000 dan ruang kelas 1.767.000. “Saat melakukan penilain sekolah maka hasilnya masih sekitar 28 persen yang bermutu baik. Ini tantangan untuk terus meningkatkan kualitas sekolah kita,” imbuhnya.
Tantangan pendidikan di Indonesia terkait mutu pendidikan maka hasil belajar siswa dalam sepuluh tahun terakhir belum ada peningkatan. “Dalam hal akses pendidikan masih ada anak usia sekolah yang tidak bersekolah terutama menengah. Infrastruktur sekolah juga masih banyak yang belum baik,” tuturnya.
Belum meratanya pendidikan dimana 2,6 juta anak usia 16-18 tahun tidak berskolah. 394 kecamatan belum memiliki SMP atau MTs Negeri dari total 7000 kecamatan. 1375 kecamatan belum memiliki sekolah menengah negeri. “Sebanyak 8197 SMA dan SMK merupakan sekolah kecil dan berkualitas rendah yang siswanya kurang dari 100,” rincinya.
Kemendikbud mempunyai rencana strategis 2020-2024 dengan visi terbentuknya SDM Indonesia sebagai insan yang berkarakter dan sebagai sumber daya pembangunan yang produktif. “Misinya, yang pertama, memastikan semua anak Indonesia tanpa membedakan latar belakang apapun mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas, mulai dari pendidikan usiia dini samap dengan wajib belajar 12 tahun,” terangnya.
Kedua, lanjut Kurniawan, mengembangkan potensi anak secara harmonis menjadi insan berkarakter melalui keseimbangan olah hati (etik), olah pikir (literasi), olah rasa (estetik), dan olah raga (kinestetik) baik yang dilakukan melalui satuan pendidikan maupun melalui pendidikan keluarga.
Ketiga memastikan hasil pendidikan dan kebudayaan berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui penyediaan tenaga kerja berkualitas dan mendukung sektor-sektor unggulan termasuk industri kreatif berbasis seni budaya.
“Dan terakhir, keempat, membangun komitmen semua tingkatan pemerintah dan masyarakat untuk membangun pendidikan dan kebudayaan dalam pengelolaan dan pembiayaan,” ujarnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.