PWMU.CO – Rumah sakit Siloam membelanjakan Rp 172 M selama semester pertama tahun 2014 untuk investasinya. Angka ini jauh diatas dana yang diperoleh dari operasi dalam periode itu sebesar Rp 119 M dengan omset Rp 1,5 T lebih.
Kekurangannya dibiayai dari persediaan kas yang terkumpul dari periode sebelumnya. Salah satu investasi yang dilakukan oleh perusahaan yang tercatat di lantai bursa dengan kode saham SILO ini adalah mengakuisisi PT Rashal Siar Cakra Medika yang mengelola Rumah Sakit Asri di Jakarta.
(Baca: Spirit Toyota Camry L 1 MH serta Alphard, Mobilitas Dakwah, dan Muhammadiyah Madura)
Sejak periode-periode sebelumnya, rumah sakit miliki Lippo Group ini memang rajin melakukan akuisisi. Rumah sakit Budi Mulya Surabaya dan Rumah Sakit BIMC Nusa Dua dan BIMC Kuta adalah sebagian contohnya.
Inilah yang membuat jaringan rumah sakit terbesar di Indonesia ini tumbuh dengan kencang dan terdepan dalam jaringan rumah sakit. Apalagi perusahaan bernama lengkap PT Siloam International Hospitals ini sudah go pulblic. Jadi brandingnya kuat sekali dari berbagai aspek secara nasioanal.
(Baca: Bisri Ilyas: Saudagar Sukses Bermodal Kejujuran dan Gurihnya Bisnis Soto Pak Besar)
Apa yang dilakukan Siloam bisa disejajarkan dengaan McD atau KFC pada bisnis resto cepat saji, Alfamart atau Indomaret dalam bisnis minimarket, K24 dalam bisnis apotek, Starbucks dan Exelso dalam bisnis warung kopi. Menjadi yang pertama dan utama di bidangnya secara masif di seantero negeri. Mengalahkan siapapun yang tidak siap.
Tidak adakah rumah sakit lain yang punya potensi seperti Siloam? Jaringan rumah sakit Muhammadiyah dari sisi jumlah mestinya jauh lebih besar dari pada Siloam. Di Jawa Timur saja omset tahunannya bisa mencapai 700-800 M pertahun alias sekitar seperempatnya Siloam nasional.
Masyarakat pun sudah paham untuk sektor rumah sakit, Muhammadiyah adalah dedengkotnya. Ada ratusan rumah sakit besar dan kecil di seluruh Indonesia. Hanya saja Muhammadiyah memiliki masalah mendasar: tidak adanya konsolidasi, baik secara finansial maupun manajemen secara umum.
(Baca: Lima Kali Usahanya Terbakar, Saudagar Muhammadiyah Timika Asal Lamongan Ini Kini Sukses)
Berbeda sekali dengan Siloam yang sepenuhnya terkonsolidasi. Seluruh unit Siloam sepenuhnya mengikuti kebijakan pusat. Kepala rumah sakit di berbagai daerah ditunjuk, dimutasi, dan dapat diberhentikan sepenuhnya oleh manajemen kantor pusat. Aliran arus kas ke seluruh rumah sakit terpantau dan sepenuhnya bisa dikendalikan dari pusat.
Dengan demikian manajemen kantor pusat punya kapasitas komando dan kemampuan penuh untuk menggerakkan bisnis seluruh unit rumah sakitnya. Punya kemampuan untuk mendayagunakan dana untuk berinvestasi mengakuisisi rumah sakit lain yang potensial misalnya.
(Baca juga: Ketika Muhammadiyah Jadi Tuan Rumah Kongres Boedi Oetomo dan Dua Kader Jatim Terpilih Jadi Sekjen Ortom Pusat)
Yang terakhir, saya sebut –akuisisi- adalah cara paling jitu menambah jaringan rumah sakit yang sudah berakar kuat di masyarakat dalam waktu cepat. Tinggal nama dan standarnya diubah mengikuti standar Siloam semua beres. Seperti yang terjadi pada Rumah Sakit Budi Mulya Surabaya yang memang sebelum masuk grup Siloam pun sudah berakar kuat di masyarakat.
Bahkan kantor pusat bisa tawar-menawar akuisisi melalui tukar guling saham. Saham pemilik rumah sakit target akuisisi diambil oleh PT Siloam International Hospitasl atau anak perusahaanya dan sebagai ganti pemilik lama memegang sebagian saham PT Siloam International Hospitals atau anak usahanya. Cara yang tidak terlalu membutuhkan uang. Hanya kemauan.
(Baca: Jangan Jadi Umat Islam Sontoloyo dan SMK Muhammadiyah yang Siswanya Diburu Dunia Kerja Sebelum Lulus)
Ini yang mestinya ditiru oleh jaringan rumah sakit Muhammadiyah jika tidak ingin tertinggal dari Siloam. Sebagai sebuah bagian dari konsolidasi kekuatan ekonomi Persyarikatan secara keseluruhan atau yang bisa disebut sebagai Muhammdiyah Incorporated secara keseluruhan. Agar manajemen persyarikatan berjalan efektif. Ranting, cabang, daerah dan wilayah semua terkendalikan dengan baik oleh pusat baik secara manajerial maupun finansial.
Ada laporan keuangan terkonsolidasi dan teraudit secara nasional yang dipublikasikan tiap triwulan seperti Siloam. Sesuatu yang sudah menjadi keniscayaan dalam alam persaingan bebas seperti sekarang ini agar tidak terkalahkan. Walau tentu saja tidak gampang sebagaimana ide saya dalam soal manajemen pemerintahan yang efektif pada pembukaan tulisan ini. Semoga bisa. Muhammadiyah Incorporated!
Kolom ini ditulis oleh Iman Supriyono ST MM,
Pendiri Konsultan Manajemen Bisnis PT. SNF Consulting dan Wakil Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan PW Muhammadiyah Jawa Timur