PWMU.CO – Nilai segala perbuatan yang kita lakukan di hadapan Allah tergantung niatnya. Niatnya apa, itu yang menyertai apa yang kita lakukan.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kabupaten Gresik Uswatun Hasanah saat memberi penguatan organisasi kepada Pengurus dan Koordinator Kelas Ikatan Wali Murid (Ikwam) SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, Sabtu (16/11/19).
Uswatun mengatakan, semua sekolah yang menjadi amal usaha Muhammadiyah itu bukan untuk orang Muhammadiyah saja. Sekolah Muhammadiyah mulai dari TK Aisyiyah, SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, dan perguruan tinggi Muhammadiyah, tidak ada yang khusus untuk anak orang Muhammadiyah. “Dari kita, untuk umat dan bangsa,” tegasnya.
Ia kemudian menceritakan kilas balik pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan yang jauh sebelum merdeka, tepatnya tahun 1912, sangat ingin mendirikan Muhammadiyah.
Hal itu karena Ahmad Dahlan meresapi makna Alquran Surat Ali Imran ayat 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung,” ujarnya menerjemahkan.
Guru SMA Muhammadiyah 1 Gresik itu melanjutkan, makna segolongan berarti terdiri dari banyak orang. Atau arti bebasnya sebuah komunitas. Kalau diterjemahkan lagi sebuah organisasi.
“Segolongan orang yang kumpul punya satu tujuan dan bekerja sama, bukan bekerja bersama-sama. Kalau kerja sama ada job desc (pembagian tugas) masing-masing, ada sinergi, gak tumpang tindih,” tuturnya.
Segolongan umat yang dimaksud, lanjutnya, mereka yang punya aktivitas beramar makruf nahi mungkar. Kegiatan ini bukan seperti ibu-ibu sosialita yang jilbabnya harga sekian juta, berpikirnya berkutat dalam masalah dunia, misalnya. Tetapi sekumpulan orang ini yang aktivitasnya adalah berdakwah.
Menurutnya, berdakwah itu tidak identik dengan orang yang ada di depan, pegang mikrofon. Tetapi diartikan secara luas yaitu menyampaikan kebaikan Alquran, kebaikan sunah rasul, atau bisa diartikan mengajak kepada kebaikan, menyampaikan kebaikan.
“Apapun aktivitas yang kita lakukan dan itu nuansanya baik menurut Alquran, bukan baik menurut setempat, bukan baik menurut kita, maka itu dinamakan dakwah baik secara jamaah maupun secara pribadi,” tuturnya.
Uswatun melanjutkan, selain itu juga mencegah kemungkaran, bukan menghindari. Apapun bentuk kemungkaran itu, sekecil apapun, baik di lingkungan sekitar maupun rumah tangga.
Dia menegaskan, jaminan Allah bagi orang yang mau bergabung dalam sebuah komunitas organisasi, yang kegiatannya amar makruf nahi mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung, diberikan voucher bisa masuk surga Allah.
“Kalau Jenengan bergabung di Ikwam ini untuk menyampaikan kebaikan, menyuruh kepada kebaikan, dan mencegah kemungkaran, insyaallah, tapi harus nata hati,” ungkapnya.
Lebih spesifik ia menyampaikan, Muhammadiyah mendirikan amal usaha bukan sekadar untuk merekrut para sarjana yang menganggur; bukan sekadar untuk bagaimana Muhammadiyah bisa mendapatkan gedung yang banyak. Tapi Muhammadiyah mendirikan amal usaha apapun bentuknya termasuk sekolah, adalah sebagai media dakwah.
Ia mencontohkan, Muhammadiyah Cabang Manyar mendirikan SDMM ini adalah sebagai media dakwahnya. Lewat SDMM bisa ada ibu-ibu pengajian. Lewat SDMM bisa membudayakan anak-anak shalat berjamaah di Masjid At Taqwa.
Lewat SDMM bisa membudayakan anak-anak untuk bermurajaah surat-surat pendek. Lewat SDMM bisa membudayakan anak-anak peduli sosial, berinfak, peduli kepada teman-teman yang membutuhkan bantuan, dan macam-macam.
Maka ia menyarankan, segala aktivitas yang dilakukan oleh Ikwam juga harus seiring seirama dengan apa yang dicita-citakan Muhammadiyah, yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Uswatun mengapresiasi dan mengucapkan terima kasih kepada ibu-ibu wali murid yang mempunyai banyak tanggung jawab peran yang ada di rumah dan lain sebagainya, namun masih mengalokasikan waktu untuk bergabung di Ikwam.
Ia meyakini apa yang Ikwam lakukan semata-mata menjadi kepanjangan tangan dari sekolah. “Dan itu pasti ada sinergi dan komunikasi,” ujarnya.
Ia menguatkan, sejauh mana keyakinan kita melakukan sebuah amal saleh apapun yang kita kerjakan, yang nuansanya hanya mengharap ridha Allah, maka Allah akan menjamin kehidupan kita, anak-anak, suami, dan rumah tangga.
“Ngurusi Ikwam dengan tenanan (serius), bagaimana cara mengkoordinasi, memberikan edukasi kepada pengurus untuk bisa berkomitmen yang tinggi menjadi pengurus Ikwam di SDMM adalah amal saleh,” tuturnya.
Uswatun menyarankan Ikwam untuk menjadi sebuah organisasi kecil yang berkemajuan. Karena Ikwam ada di lingkaran organisasi Muhammadiyah, maka apa yang ada di Ikwam harus seindah warna asli Muhammadiyah.
“Tidak boleh ada warna lain. Apa warnanya, menegakkan dan menjunjung tinggi ajaran Islam dan niatkan masuk di Ikwam untuk berdakwah, menyampaikan kebenaran, dan mengajak kepada kebenaran,” jelasnya.
Ia berpesan, organisasi berkemajuan itu menuliskan apa yang akan dilakukan dan melaporkan apa yang sudah dilakukan. “Ada pertanggungjawaban dan selalu bisa mencari solusi dari semua masalah yang ada,” ungkapnya. (*)
Kontributor Fithratul Uyun dan Indah Nur Rohmah. Editor Mohammad Nurfatoni.