PWMU.CO – Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah akan menggelar Cabang dan Ranting Muhammadiyah Expo (CRME) 2019, di Desa Limbung, Kecamatan Bajeng, Kebupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Salah satu ‘destinasi’ yang tak boleh dilewatkan para peserta saat berada di arena ekspo adalah Masjid Besar Limbung (MBL). Terletak di Jalan Poros Limbung tepat berada di depan Kantor Kecamatan Bajeng, menjadikan masjid ini sangat strategis sebagai pusat dakwah dan perekonomian umat.
Masjid dengan aksen merah marun ini menjadi salah satu masjid bersejarah bagi perkembangan Muhammadiyah di Kelurahan Limbung.
Ketua Yayasan Masjid Besar Limbung (YMBL) H Abdul Hidayat Daeng Ngerang SSos—atau lebih dikenal dengan sebutan Pak Haji Erang—menjelaskan pada masa sebelum masjid ini direnovasi, masyarakat Limbung kesulitan beribadah secara berjamaah karena tidak ada masjid yang cukup besar untuk menampung jamaah dalam jumlah besar.
Masjid yang berarsitektur modern minimalis ini dibangun oleh sesepuh Muhammadiyah Limbung pada tahun 1940 dan sempat mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran terakhir dilakukan takmir adalah pada tahun 2013.
“Pemugaran pertama dilakukan pada tahun 70-an kemudian dipugar lagi tahun 80-an,” ungkap Pak Haji Erang yang juga dikenal sebagai Daeng Desa Limbung ini. Daeng adalah panggilan untuk laki-laki suku Makassar yang dihormati atau dituakan. Dia juga salah satu sesepuh Muhammadiyah yang disegani di Desa Limbung.
Menurut Pak Haji Erang, saat ini ghirah dakwah MBL adalah dari Muhammadiyah untuk umat, sehingga masjid yang dulu dibangun oleh warga Muhammadiyah kini di hibahkan kepada umat Islam di Desa Limbung.
“Jamaahnya berasal dari banyak golongan. Ada Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, LDII, dan lain-lain,” jelasnya kepada PWMU.CO Selasa (26/11/29) malam.
Kendati demikian, Pak Haji Eram tetap menjaga ghirah bermuhammadiyah sebagai ketua pengurus YMBL sehingga tercapailah 95 persen warga Muhammadiyah di Desa Limbung.
Selain konsep dakwah, Pak Haji Eram juga menjelaskan pendanaan masjid. Di sini, ujranya, dana MBL tidak hanya mengalir dari warga Muhammadiyah saja, tapi juga datang dari masyarakat umum. “Kalau dulu dananya dari warga Muhammadiyah sendiri, sekarang datang dari masyarakat umum juga,” ujarnya
Kontributor Ahmad Nasafi. Editor Mohammad Nurfatoni.