PWMU.CO–Lazismu Pacitan perhatikan dua pasien anak yang kini sedang opname di rumah sakit. Mereka anak-anak didik sekolah Muhammadiyah dari keluarga duafa yang butuh bantuan.
Pasien pertama Arka Nanta Valendro. Siswa kelas 2 Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bandar Pacitan ini harus operasi di kepala dan opname di sebuah rumah sakit Ponorogo.
Isnen, ayah Arka, tidak mampu apabila harus menyediakan dana besar membiayai putra tunggalnya. Pekerjaannya hanya buruh tani yang belum bisa ikut BPJS.
Pasien kedua, Hafiz Nur Rohma, siswa TK Aisyiyah Pacitan. Tangannya patah, karena terjatuh. Harus menjalani operasi pemasangan pen di Rumah Sakit Surakarta.
Ayah ibu Hafiz bekerja sebagai guru tetap yayasan. Keduanya juga belum tidak mampu menyediakan biaya operasi putranya.
Kedua pasien kecil ini harus segera mendapatkan perawatan yang maksimal, karena masa depannya masih sangat panjang.
“Alhamdulillah, penggalangan dana yang kami lakukan berjalan lancar dan cukup untuk membantu biaya operasi dan perawatan keduanya,” kata Minhatul Hani’ah, pengurus Lazismu Pacitan dihubungi Kamis (16/1/2020).
Respon Donatur
Meskipun bersamaan dengan penggalangan dana untuk kegiatan rutin yang sudah terprogram, namun kejadian mendadak seperti ini, ternyata masih cukup mendapat respon dari donatur.
“Kita yakin langkah yang kami lakukan bisa mencukupi kebutuhan operasi dan perawatan yang mencapai puluhan juta rupiah,” kata Indah Kurnia Dewi, pengurus Lazismu yang juga guru hafidz di TK ABA Pacitan.
Penggalangan dana untuk dua anak ini bersamaan dengan Lazismu menghimpun bantuan untuk korban banjir dan longsor di Jabodetabek dan ikut mengirimkan seorang relawan di sana. “Ketika kami yakin untuk membantu, ternyata Allah swt menjawab dengan datangnya donatur di luar yang kami perkirakan,” tambah Indah.
Saat ini kedua pasien kecil ini masih menjalani perawatan dengan melakukan kontrol rutin. Harapan untuk sembuh semakin besar. Karena tahapan pertama, operasi, bisa dijalankan dengan biaya yang dihimpun oleh Lazismu Pacitan.
“Seandainya kami tidak melangkah, untuk menggalang dana, mungkin kami akan menyesal, karena tidak bisa melihat tawa ceria keduanya setelah sembuh,” kata Minhatul yang juga guru agama di SD ini. (*)
Penulis Muh. Isa Ansori Editor Sugeng Purwanto