PWMU.CO – Untuk mewujudkan Indonesia yang berkemajuan, negara ini memerlukan dukungan dari semua pihak. Tidak terkecuali dari dua organisasi kemasyarkatan (Ormas) terbesar di negeri ini, yakni Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Jika keduanya bisa bersatu, barang tentu akan bisa menjadikan Indonesia semakin kuat. Demikian salah satu poin ungkapan Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah DR Abdul Mu’ti, dalam Tabligh Akbar sekaligus Pelantikan bersama, PCM Palang, PCA dan Ortom, serta PRM se-Palang, Tuban.
”Jangan lagi persoalkan, apalagi dipertentangkan perbedaan antara Muhammadiyah dan NU. Terutama karena jargon NU dengan sebutan Islam Nusantara dan Muhammadiyah dengan sebutan Islam Berkemajuan. Seharusnya itu dijadikan sebagai sebuah kekuatan tersendiri untuk membangun bangsa. Bahkan kalau perlu jargon itu dijadikan Islam Nusantara yang Berkemajuan,” kata Mu’ti di hadapan 1000-an warga Muhammadiyah yang hadir mamadati Perguruan Muhammadiyah Cendoro, Kacamatan Palang, Kabupaten Tuban, Ahad (24/7).
(Baca: Jangan Paksakan Logika NU untuk Nilai Muhammadiyah! Begitu juga Sebaliknya dan Ketika Dua Ormas Besar Berbagi Tugas: Muhammadiyah Urus Milad dan NU Urus Haul)
Mu’ti menambahkan, antara Muhammadiyah maupun NU memang harus diakui ada perbedaan. Yang namanya perbedaan, tentu saja harus dihargai tanpa harus dipaksakan untuk sama. Namun, tambahnya, Muhammadiyah maupun NU juga terdapat banyak persamaannya. Maka tidak ada salahnya, jika NU maupun Muhammadiyah saling meniru dalam hal tertentu.
Bahkan dengan bercanda, Mu’ti mempersilahkan NU untuk meniru hal-hal yang dilakukan Muhammadiyah semisal dalam jumlah rakaat shalat tarawih. ”Jika NU mau shalat tarawih menggunakan 8 rakaat dan kemudian ditambah dengan sahalat witir, ya monggo silahkan saja,” ujar Mu’ti yang disambut tawa para hadirin.
Dalam kesempatan itu, Mu’ti juga menyinggung tentang persentase umat Islam di Indonesia yang cenderung turun dalam beberapa tahun terakhir. Mu’ti khawatir jika kondisi ini dibiarkan terus, maka persentase umat Islam akan semakin turun. Bahkan memungkinkan suatu waktu bisa tersaingi oleh pemeluk Nasrani.
(Baca: Dalam Fiqih, Muhammadiyah Itu Bukan NU dan Inilah Penyebab Menurunnya Prosentase Umat Islam di Indonesia)
”Kondisi ini dibuktikan dengan beberapa fenomena yang terjadi. Salah satunya dengan munculnya komunitas seperti IJS (Ikatan Jomblo Sakinah) yakni para pria atau wanita yang takut menikah,” terang Mu’ti. Komunitas semacam ini, tambahnya, jika banyak digemari oleh para pemuda-pemudi Muslim, tentu akan berperan dalam mengurangi jumlah umat Islam Indonesia.
Dalam pelantikan bersama tersebut, serangkaian acara disuguhkan untuk menyemarakkan ajang lima tahunan itu. Diawali dengan penampilan kreasi seni siswa dari MTs, kemudian disusul dengan Deklarasi Garansi (Gerakan Berjamaah Melawan Narkoba dan Prostitusi) dan diakhiri dengan Halal Bihalal warga Muhammadiyah. (Rifqi/aan)