PWMU.CO – Street Food Festival meriahkan Milad Ke-44 Smamda Sidoarjo. Selain menggelar bazar, ada juga lomba makanan tradisional bercita rasa global.
Stan-stan bazar dikemas seperti street food yang ada di China Town Amerika Serikat. Juru masak dan pembeli langsung bertemu di lokasi dan mencicipi masakan dari stand. Lebih mirip seperti sebuah pasar.
Klepon, sunduk urut, dan tahu tek yang dianggap makanan tradisional oleh masyarakat, menjadi berbeda di tangan para siswa Smamda Sidoarjo. Makanan-makanan tersebut ‘naik kelas’dengan varian cita rasa global. Seperti yang tampak dalam festival bazar jajanan tradisional yang digelar di halaman sekolah, Kamis (30/1/20).
Anggota Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Sidoarjo Putri Aurellia mengatakan, konsep kegiatan kali ini mengarah pada dua hal.
”Selain lomba memasak yang dinilai juri, juga ada produk yang dijual dalam bazar. Namun, seluruh makanan tidak boleh keluar dari tema lomba, yaitu tradisional bercita rasa global,” ujar Putri Aurellia.
Lomba ini, lanjut dia, bertujuan untuk mengingatkan kembali masakan tradisional yang hampir dilupakan masyarakat, atau yang sudah hilang di pasaran.
“Generasi milenial sekarang ini, mungkin lupa atau bahkan tidak tahu makanan tradisional. Maka, perlu kami angkat dalam lomba ini,” terangnya.
Untuk menyesuaikan tema dengan para peserta, kata dia, maka masakan tradisional tadi diolah dalam balutan menu internasional. “Agar para siswa Smamda Sidoarjo lebih cinta pada masakan tradisional. Generasi zaman now kadang lebih tertarik dengan makanan yang berbau internasional,” ungkap Putri Aurellia.
Beragam menu tampak unik bahkan terdengar asing di telinga. Perpaduan antara tradisional dan internasional tampak dalam makanan yang disajikan. Sebut saja Sushi Rendang, Ceker Mozzarella, atau Dori Nasi Liwet.
Penilaian Lomba Memasak
Tak kalah meriah dengan kegiatan bazar yang ada di halaman sekolah, di Laboratorium Fisika, tempat penilaian lomba memasak, sebanyak tiga juri penilai tampak serius menilai beragam panganan yang disajikan.
Moh. Ernam, Ernawati Cristiningrum, dan Purwita Chirnicalia, tiga guru yang didapuk sebagai juri silih berganti mencicipi masakan. Sebanyak tiga puluh sembilan menu harus dicicipi untuk menentukan para juara.
Purwita mengatakan, tidak mudah untuk menentukan pemenang dari lomba memasak tersebut. Selain rasa, penampilan, bahan yang sehat, juga harus sesuai tema. “Banyak masakan enak dan berpenampilan menarik, tapi belum memenuhi unsur internasional,” ungkap Purwita.
Selain itu, Guru Kesenian Smamda Sidoarjo ini juga menyaratkan bahwa makanan harus buatan sendiri. “Boleh dibuat di rumah sampai setengah jadi, tapi harus tetap menyelesaikan masak di stan,” tambah Purwita.
Dia lalu mencontohkan kelas XII IBB. Kelas tersebut membuat menu andalan ceker mozarela. Saat presentasi, perwakilan peserta lomba dari kelas tersebut minta waktu khusus kepada juri. “Karena pada tahap akhir setelah dimasak, ceker itu kemudian dibakar sebelum disajikan. Maka, itu kreasi masing-masing kelas,” ujar Purwita.
Street Food Festival merupakan rangkaian Milad ke-44 Smamda Sidoarjo. Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap almamater sekolah. (*)
Penulis Ernam. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.