PWMU.CO – Kemarin (27/7), Prof Muhadjir Effendy secara resmi telah ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), menggantikan Anies Baswedan PhD. Salah satu Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini dilantik bersama menteri baru lainnya dalam reshuffle jilid 2, Kabinet Kerja Jokowi-JK. Di dunia pendidikan, Muhadjir memang dikenal selalu mengembangkan konsep brand marking. Baginya, konsep ini akan mampu menentukan keunggulan produk yang sejati.
Bicara tentang sosok Muhadjir, sudah tentu tidak lepas dari perjalanan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Sukses yang diraih kampus ini boleh dibilang, salah satunya berkat sentuhan ‘tangan dingin’ Muhadjir. Maka tidak berlebihan kalau perguruan tinggi milik Muhammadiyah yang tergolong sangat difavoritkan di belahan Indonesia itu, sangat identik dengan pola manajemen dan kepemimpinan yang diterapkan Muhadjir selama ini.
(Baca: Inilah Perjalanan Karier Mendikbud yang Baru, Prof Muhadjir Effendy dan Sebelum Jadi Mendikbud, Prof Muhadjir Effendy Pernah Jadi ‘Notulen’ di Istana)
Karena ukuran standar yang digunakan berdasarkan level atau tingkatan yang telah disepakati bersama, baik pada skala regional, nasional, maupun internasional. Dari konsep ini, positioning suatu produk benar-benar bisa diakui oleh masyarakat atau pesaing. “Konsep inilah yang kami terapkan. Akhirnya, alhamdulillah, UMM bisa mengungguli perguruan tinggi lainnya,” tegas Muhadjir.
Bila kenal lebih dekat, Rektor UMM ini adalah sosok yang lugas, familiar dan energik. Karenanya, tak heran, berbagai sumbangsih pemikiran, gagasan dan kiprahnya, kerap jadi bahan rujukan di kalangan Muhammadiyah. Lebih-lebih, dalam berikhtiar untuk memajukan dunia pendidikan dalam lingkup Muhammadiyah.
Tak ayal, pria yang mengakhiri jabatan Rektor UMM pada awal 2016 ini, begitu ditokohkan dan cukup disegani di kalangan Muhammadiyah. Muhadjir adalah putra keenam (dari sembilan bersaudara) dari pasangan Soeroja dan Sri Soebita. Perjalanan karirnya boleh dibilang sukses.
(Baca: Mendikbud Prof Muhadjir, Ternyata Juga Penggemar Rhoma Irama)
Keberhasilan pria asal Kota Brem ini bukan mendadak bagai dapat durian runtuh. Apalagi, tanpa perjuangan. Tapi, memang merupakan buah dari kesungguhan ikhtiar hidupnya.
Bukankah hidup itu adalah sebuah proses? Sudah tentu, akan berlimpah tantangan. Dalam menghadapi semua halangan itu, perlu bekal diri yang mumpuni, baik fisik maupun mental. Di antara bekal diri itu, yakni binniat karena Allah swt semata, memiliki keyakinan yang kuat dan sebisa mungkin mengerahkan segala kemampuan diri yang terbaik. Lalu, bersabar, ikhlas, tawakkal, dan jangan lupa, ajeg berdoa.
Prinsip hidup seperti itulah yang diajarkan orangtuanya. Sebagai seorang pendidik di sebuah madrasah dan sekaligus kepala desa di Madiun, Soeroja – ayahanda Muhadjir Effendy – , tak pernah lelah untuk mendidik dan mengajari keagamaan. Tanpa kecuali, Muhadjir Effendy.
(Baca: Prof Muhadjir, Mendikbud Itu juga Seorang Qari’)
Kala itu, masa-masa sulit yang dialami oleh pegawai pemerintah yang bergaji kecil, seperti Soeroja ini, tak menyurutkan niatnya untuk tetap mencurahkan kasih sayang. Dan, juga kukuh membesarkan anaknya dengan membekali agama dan pendidikan sekolah. Barangkali, figur dan jiwa guru sang ayah itulah yang menular pada dirinya. Hal ini sekaligus bisa menjadi inspirasi Muhadjir dalam menekuni dunia pendidikan sampai sekarang.
Menapak jalan menuju sukses suami dari Suryan Widati SE Ak ini, telah dirintisnya kala menekuni pendidikan formal di tingkat dasar dan menengah. Kesemua jenjang pendidikan dasar dan menengah itu dilaluinya tiada hambatan yang berarti. Pada 1968, Muhadjir lulus SD Al Islam. Kemudian, tamat Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN) selama enam tahun. Keseluruhan pendidikan SD dan PGAN itu diselesaikan di kota asalnya.
(Baca: Prof Muhadjir jadi Mendikbud: Doa Jamaah Kajian Ramadan 1437 H yang Terkabul)
Sebagai anak yang dibesarkan di lingkungan Islam, Muhadjir berhasrat sekali agar bisa melanjutkan kuliah di IAIN Sunan Ampel, Malang. Pada 1978, ia telah mampu menamatkan Sarjana Muda Pendidikan Agama, Fakultas Tarbiyah. Selanjutnya meneruskan kuliah S1 di IKIP Malang. Dan,1978 berhasil diwisuda S1. Inilahlah awal langkah ikhitiarnya. Selain itu, Muhadjir juga aktif sebagai pengurus Muhammadiyah sehingga banyak melakukan kegiatan sosial, mulai dari ranting, daerah maupun wilayah. Selanjutnya halaman 2