PWMU.CO-SD Muhammadiyah 12 (SDM Dubes) Surabaya mengadakan pelatihan kemandirian di Desa Cembor Pacet Mojokerto, Kamis-Jumat (20-21 /2/2020). Kegiatan ikuti siswa kelas 3.
Selama dua hari peserta harus berjauhan dengan orangtua, sekolah, dan belajar di luar. Ustadzah Fatma Aulia wali kelas 3 al-Qomar mengatakan, kegiatan ini untuk melihat seberapa disiplin dan seberapa tanggung jawab saat anak-anak jauh dari orangtua.
”Peserta dibagi dalam beberapa kelompok. Seperti kelompok matahari, angin, air, energi gerak, energi kimia, energi listrik, energi cahaya, dan energi panas. Tiap kelompok didampingi para ustadz dan ustadzahnya,” ujarnya.
Kegiatan kemandirian SDM Dubes seperti disiplin dalam mengikuti pelatihan, disiplin dalam shalat, disiplin dalam makan dan istirahat. ”Peserta juga dilatih bertanggung jawab terhadap semua kebutuhan dan barang pribadi-pribadinya,” tambahnya.
Ustadzah Fitrotul Aini, guru agama kelas tiga mengatakan, peserta juga diajari merapikan pakaian yang dibawa. Baju yang yang sudah dipakai dan kotor harus ditaruh terpisah. Perlengkapan mandi dan perlengkapan alat tulis semuanya harus diletakkan di tempatnya.
Berbagai macam game dan kegiatan telah disiapkan. Seperti permainan puzzle peserta harus menyusun dan mencocokan antara hak dan kejawiban ke dalam kertas karton. Puzzle menjodohkan waktu antara lambang bilangan dan keterangan. Dan yang paling seru adalah lomba yel-yel antar kelompok.
Permainan yang harus dimainkan peserta adalah ada kecepatan memindah cone antar kelompok dari satu tempat ke tempat yang lain.
Belajar Berkebun Jahe
Usai senam pagi peserta jalan-jalan di sekitar pematang sawah. Tanaman padi yang menghijau sungguh pemandangan yang indah ditambah lagi cuaca yang dingin dan segar tanpa polusi.
Usai bersih diri dan sarapan peserta melanjutkan kegiatan bercocok tanam. Menuju perkebunan untuk menanam tanaman jahe yang telah disiapkan oleh Yatman, pengelola kebun yang ada di depan Villa Tirto Alir.
Ada dua macam tanaman jahe yang ditanam oleh peserta yaitu jahe merah dan jahe putih atau yang biasa disebut dengan jahe emprit.
Kalea Maritza, siswi kelas Al-A’la mengatakan, senang dengan kegiatan menanam jahe, meski harus berkotor-kotor dengan tanah tapi menyenangkan. ”Inilah pengalaman saya bercocok tanam dan tahu bentuk jahe itu seperti apa,” ujarnya.
Ustadzah Fatimah wali kelas 3 Asy-Syam menyampaikan, ingin memberikan pengalaman langsung kepada siswa dengan acara ini. ”Dengan begini murid langsung tahu bagaimana bercocok tanam. ini adalah pengalamam berharga yang akan dikenang dalam hidupnya,” tandasnya. (*)
Penulis Dzanur Roin Editor Sugeng Purwanto