PWMU.CO – Monev bilingual TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar, Gresik, berjalan lancar, Selasa (25/2/20).
Sebanyak tiga orang Tim Monitoring, Evaluasi, dan Supervisi (Monev) Centre ID 110 Yayasan BPLP Universitas Negeri Malang itu hadir sejak pagi di sekolah. Mereka adalah Dr Sri Rachmajanti Dip TESL MPd, Ayu Alif Nur Maharani Akbar SPd, dan Yuvita Aris Andriani SSi SPd.
Monev dilakukan di tiga sentra, yakni Sentra Main Peran, Sentra Musik dan Olah Tubuh, serta Sentra Bilingual. Sekolah yang berlokasi di Jalan Sawit PPI itu mempunyai program Bilingual Class (go to ICP Class).
Dr Sri Rachmajanti Dip TESL MPd mengatakan, ada empat poin dari Kurikulum 2013 yang harus diingat oleh guru. Yaitu faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif.
Menurutnya, pembelajaran di Sentra Bilingual sudah bagus. Ia menyampaikan, pembelajaran yang terjadi sudah ada prosedurnya. “Setelah itu mewarna dan mengerjakan soal latihan, baru free play. Ada proseduralnya, anak menyelesaikan tanggung jawab nya dulu baru main, dari dependent menjadi independent,” jelasnya.
Pentingnya Refleksi Pembelajaran
Ia menyarankan, guru sentra harus mengaplikasikan teori dan ilmu yang didapat kepada anak-anak. “Jangan as you like, kadang guru seperti itu,” ujarnya.
Dicontohkan, saat akan pulang sekolah, guru diharapkan tidak hanya menanyakan belajar apa, karena itu hanya menyimpulkan. Sri Rachmajanti menegaskan, harus ada refleksi.
“Anak-anak waktu belajar sama Bu Guru tadi seneng nggak. Kalau dia bilang senang, tanya kenapa senang,” paparnya kepada Endang Khusniati SE dan Aini Vitanofa SPd. Baginya, hal itu penting supaya anak-anak bisa belajar memberikan pendapat.
Ayu Alif Nur Maharani Akbar SPd juga mengapresiasi pembelajaran di Sentra Musik dan Olah Tubuh yang sudah menggunakan media dengan baik. Ke depan, ia menyarankan media yang dipakai lebih besar lagi.
Penanganan Siswa Aktif
Untuk menghadapi siswa yang aktif, ia menekankan di awal bernyanyi, anak-anak bisa diajak dancing (menari). “Jadi tenaganya dikurangi dulu di awal, setelah mereka tenang, kita memberikan penjelasan,” ujarnya kepada Anik Nur Asiyah ST, guru sentra.
Ayu Alif Nur Maharani Akbar juga memberikan apresiasi karena bahasa Inggris guru sentra Musim dan Olah Tubuh sudah bagus. “Untuk games-nya bagus, tapi supaya yang lain tidak lama menunggu antrian bisa dibagi menjadi dua aktivitas,” sarannya.
Dr Sri Rachmajanti Dip TESL MPd menambahkan, melodi boleh dari lagu Indonesia, namun kata-katanya diganti bahasa Inggris. “Tapi kata yang harusnya tidak panjang, jangan dipanjangkan. Misalnya waaaater, kecuali dipanjangkan saat di akhir kata, waterrrrr,” tegasnya.
Nur Latifah SPd, guru Sentra Main Peran memberikan penjelasan kembali rencana pembelajaran yang bertema Air. “Pertama kita memberikan pengenalan tentang air dengan gambar yang ada, menjelaskan kegunaan air, kemudian bermain peran praktik mencuci piring,” terangnya.
Yuvita Aris Andriani SSi SPd menyarankan, disediakan lebih banyak gambar lagi. Karena siswanya juga termasuk siswa yang aktif, kata dia, media bisa ditambahkan lagi.
Guru Tak Boleh Malu Berbahasa Inggris
Kepada keempat guru yang disupervisi ini, Sri Rachmajanti mengatakan, guru harus terbiasa berbicara bahasa Inggris di depan anak-anak. “Lama-lama anak juga akan terbiasa mendengarkan dan akan bisa juga,” ungkapnya.
Selain itu, lanjutnya, penggunaan Flash Card tidak perlu diterjemahkan ke bahasa Indonesia. “Jangan banyak menerjemahkan, anak cepat paham asalkan ada faktualnya,” tuturnya tegas.
Ia juga menambahkan, mengajar itu tidak bisa meniru cara orang lain, karena setiap guru punya seni masing-masing. “Teaching is art”, tegasnya.
Sementara itu Kepala TK Aisyiyah 36 PPI Rehayuni SAg menyambut baik monev ini. Menurutnya, kegiatan monev bilingual ini dapat melihat perkembangan yang ada. Baik kemampuan guru, pembelajaran, atau pun materi di Bilingual Class.
“Bisa dilihat apakah yang kita lakukan sudah sesuai dengan rencana. Jika ada yang kurang, dievaluasi dan diberikan masukan-masukan sehingga proses ke depannya dapat terlaksana dengan lebih baik lagi,” ujarnya.
Rehayuni juga mengingat nasihat Sri Rachmajanti, belajar bahasa Inggris tidak boleh malu. “Dari situlah kami selalu berusaha untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, baik di kalangan ustadzah sendiri maupun untuk anak-anak,” ungkapnya. (*)
Penulis Anik Nur Asia Mas’ud. Co-Editor Ria Pusvita Sari. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post