PWMU.CO – Jaga karakter anak dengan senyum jahe. Orangtua harus berikan senyuman terindah pada anak, tidak dengan amarah. Halini bisa membunuh karakter anak itu sendiri.
Inilah yang disampaikan nara sumber Agni S Mayangsari SS MPSDM, Sabtu (29/02/20) di Masjid Al-Falah Desa Golokan, Kecamatan Sidayu, Kabupaten Gresik, dalam acara Talk Show Smart Parenting.
Kegiatan Smart Parenthing yang digagas Pimpinan Ranting Pemuda Muhammadiyah (PRPM) Desa Golokan ini mengangkat tema Strategi Jitu Orangtua di Era Milenial.
Di hadapan wali santri TPA Al-Falah, TPA Aisiyah, dan TPA Al-Muhajirin, ahli hearty service trainer itu menyampaikan teori dan pengalaman bagaiaman mengasuh dan mendamping anak dengan apik.
Di awal materinya, Agni membuka dengan menunjukkan dua ciri orangtua yang sedang stres. Pertama, ketika di luar rumah berpenampilan cantik, pakaian rapi, dan wangi. Sedangkan saat di rumah apa adanya. Pakai daster sobek-sobek dan bau kurang sedap.
Kedua, lanjutnya, saat berbicara terkesan dengan suara yang nyaring (menjerit). Ciri tersebut langsung dilemparkan pada peserta dan sontak para peserta riuh. Mereka pun terlihat malu-malu.
Hindari Marah karena Bisa Membunuh Karakter
Agni mengungkapkan kebiasaan yang sering dilakukan orangtua dalam mendidik anak. Mulai dari memarahi, melarang, hingga menasihati dengan suara keras. Ternyata semua itu secara psikologis dapat membunuh karakter anak.
Dia menjelaskan, kebiasaan yang kelihatan lumrah itu bisa memberi dampak yang kurang baik terhadap tumbuh kembang anak. “Utamanya anak zaman milenial saat ini tidak bisa diperlakukan seperti anak zaman kolonial,” ungkapnya.
Menurutnya, cara mendidik anak harus paham fase-fasenya. Dalam hal ini Agni mengelompokkan menjadi tiga fase.
Fase pertama anak usia 0-7 tahun. “Didiklah dia seperti raja atau ratu,” pesannya. Fase kedua anak usia 7-14 tahun. Pada fase ini didiklah anak seperti tahanan. “Mendidik dengan mengajarkan anak tentang benar salah. Katakan benar, jangan tiap kemauan anak dituruti. Ketika anak menginginkan hal yang tidak baik, orangtua harus menolak dengan tegas,” tegasnya.
Fase ketiga anak usia 14 tahun ke atas. “Didiklah dia seperti teman,” ucapnya.
Senyuman Jahe
Agni memiliki cara jitu untuk mendidik anak di zaman milenial. Orangtua tidak boleh berkecil hati dan harus mampu mempraktikan. “Pakai senyuman jahe,” ujarnya.
Dijelaskan, hal yang paling utama yaitu memberikan senyuman pada anak. Senyuman jahe itu adalah senyuman lebih lebar dan terasa manis dipandang. Jangan memberikan anak tekanan, apalagi amarah.
Beri senyum yang paling indah. Senyuman itu adalah senyuman jahe. Sejurus kemudian, Agni mempraktikan dan diikuti semua peserta. Sontak, semua peserta yang hadir riuh bahagia.
Agni menganjurkan jurus ini harus diingat dan dipraktikan dalam pendampingan pada anak. Hal ini, lanjutnya, bisa membuat anak nyaman dan tenang. Yang pasti perkembangan anak jadi lebih baik.
Peserta sangat antusia saat menerima materi tentang cara mendidik anak di era milenial. Tak terkecuali Umaroh, salah satu wali santri yang hadir.
“Acaranya menarik dan penting bagi kami para orangtua, karena dapat membuka wawasan bagaimana mendidik anak agar tidak salah kaprah. Semoga acara seperti ini bisa diagendakan rutin tiap enam bulan sekali,” ujarnya. (*)
Penulis M Amri Mukhtarifin. Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni