PWMU.CO – Keshalihan pasangan suami-istri merupakan sebuah bangunan kokoh untuk mewujudkan rumah tangga sakinah mawadah warahmah (samawa).
Hal itu disampaikan oleh Bagian Dakwah Ponpes Al-Ishlah Bondowoso Ustadz Drs Danok S pada Pengajian Ahad Pagi yang digelar oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Situbondo.
Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid al-Jihad Kompleks Pusat Dakwah Muhammadiyah Situbondo Jalan Basuki Rahmat 221 Situbondo, Ahad (8/3/2020).
Ustadz Danok menambahkan samawa bisa terwujud dengan cara shalat tahajud dan tilawatil Quran. “Tentu diawali dengan memilih pasangan yang baik dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diperintahkan Allah swt,” ujarnya.
Dia menyatakan, dirinya sebagai pengganti penceramah aslinya yakni Pengasuh Ponpes Al-Ishlah Bondowoso KH Thoha Yusuf Zakariya.
“Semalam usai pengajian di pondok yang diisi oleh Ustadz Felix Siauw, saya mendapat kabar dari istri Abi Thoha bahwa Abi Thoha agak terganggu kesehatannya. Dan saya diutus untuk mengisi Pengajian Ahad Pagi di Situbondo,” ungkapnya.
Bagi Ustadz Danok ini adalah amanah yang berat tetapi harus diterima. “Beratnya ketika saya mengisi pengajian kalau hanya ingin mendapat sanjungan dari bapak-ibu di sini. Sementara saya tidak populer di langit atau di hadapan Allah SWT,” imbuhnya.
Memilih Jodoh yang Baik
Dia menambahkan istrinya 24 karat asli produk Muhammadiyah. Istrinya hafidh Quran. Dan yang memilihkan sebagai jodoh adalah almarhum KH Maksum saat istri wisuda tahfidh di salah satu pondok di Jateng.
“Dipilihkan oleh orang baik-baik, di tempat yang baik dan dipilihkan calon istri hafidh Quran. Maka saya tidak berpikir macam-macam, langsung saya terima,” kenangnya.
Dalam perjalanan tahun 1994 sampai saat ini, lanjutnya, secara umum kami menjalani sangat baik. Dimana sisi baiknya yaitu ketika Allah cerita tentang ahlul jannah dan baiti jannati.
Tahajud dan Tilawatil Quran
Menurut Danok seharusnya kita sangat khawatir jika di sepertiga malam terakhir itu tidak bangun untuk sholat tahajud.
“Sejak menikah kami melakukan itu. Kami sedih kalau kehilangan satu hari saja tidak sholat tahajud. Bukankah ini yang memperkokoh rumah tangga,” paparnya.
Selanjutnya untuk menuju keluarga samarah adalah dengan tilawatil Quran. “Bagaimana mungkin kita bisa kokoh membangun rumah tangga ketika guidennya tidak kuat atau tidak kokoh juga,” tanyanya.
“Maka tidak ada kata-kata lain untuk mempertahankan rumah tangga itu harus kembali kepada al-Quran atau memiliki hubungan yang kuat dengan al-Quran,” tegasnya.
Apalagi sekarang, sambungnya, dengan teknologi yang semakin canggih. “Seharusnya kamar itu sebelum jam 02.30 atau 03.00 sudah diputar al-Quran,” sambungnya.
Mewujudkan rumah tangga yang kokoh, menurutnya, maka dalam hubungan rumah tangga antara ayah-ibu, pasangan suami-istri harus menjadi teladan bagi anak-anak. “Ini sangat penting agar anak-anak tidak mengambil teladan dari luar,” terangnya.
Keshalihan Pasangan Suami-istri
Belum lagi sekarang persoalan kejiwaan dan dinamika antara suami-istri. “Sebagai laki-laki yang gagah pasti urusannya dengan wanita. Tetapi kenapa bisa keluar rumah dan tidak bermaksiat kepada Allah, itu karena kokohnya hubungan istri kepada Allah swt,” jelasnya.
“Secara kwantitas isteri saya bangun rata-rata jam 01.00 dinihari. Sholat tahajud serta baca Al-Quran. Sering kali saya membuka mata dan istri saya sedang sujud atau bahkan sedang membaca al-Quran,” ungkapnya.
Wanita atau ibu sholihah itu, lanjutnya, memiliki kepekaan yang luar biasa beberapa tingkat diatas suaminya. “Setiap saya bermaksiat kepada Allah, istri itu pandangannya berbeda,” ujarnya.
Maka hubungan istri kepada Allah itu, menurutnya, harus jauh diatas rata-rata dalam rangka meyelamatkan biduk rumah tangganya. “Menyelamatkan kokohnya hubungan pasangan suami-istri dan menjadikan sebab kuatnya kita mempertahankan rumah tangga itu karena kesholihan istri,” tuturnya.
Ayo jaga keshalihan pasangan demi terwujudnya keluarga samawa. (*)
Penulis Pandu Anom Nayaka. Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.