Efektivitas hand sanitizer dan masker menurut ahli mikrobiologi klinis dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt.
PWMU.CO – Semakin meningkatnya penderita Covid-19, baik di dunia maupun di Indonesia, membuat masyarakat ikut berusaha menghentikan penyebarannya.
Salah satunya tercermin dari kebutuhan hand sanitizer yang melonjak tajam. Tidak saja terjadi di Indonesia tapi juga terjadi di beberapa negara lainnya.
Di Inggris, misalnya beberapa supermarket sudah kehabisan stok dan menjatah pembeliannya hanya dua botol per pelanggannya.
Bahkan di beberapa negara, termasuk Indonesia, masyarakat berusaha untuk membuat sendiri hand sanitizer.
Tidak hanya hand sanitizer, yang uga langka dan harganya melonjak adalah masker. Juga alat perlindugan diri lainnya.
Terkait hal ini, Prof Dr Maksum Radji M Biomed Apt, seorang ahli mikrobiologi klinis di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia (UI) memberikan penjelasan pada PWMU.CO, Sabtu (28/3/20).
Berikut penjelasan Pembina Pondok Babussalam Socah, Bangkalan, Madura, tentang hand sanitizer dan masker.
Apakah hand sanitizer benar-benar efektif melawan Virus Corona?
Sebagaimana dilansir oleh theguardian.com, sejarah hand sanitizer bermula ketika pada tahun 1966, Lupe Hernandez, seorang mahasiswa keperawatan dari Bakersfield, California, telah mematenkan penemuannya tentang gel hand sanitizer berbasis alkohol untuk membersihkan tangan. Tanpa perlu mencuci tangan manakala tidak tersedia fasilitas cuci tangan.
Namun, penggunaan hand sanitizer ini tidak populer, sampai adanya pandemi flu babi H1N1 pada tahun 2009. Sejak saat itu hand sanitizer mulai digunakan. Pada 2010, botol-botol kecil ada di mana-mana.
Para peniti sepakat bahwa untuk membunuh sebagian besar bakteri dan virus, pembersih tangan memerlukan minimal mengandung 60-70 persen alkohol.
Namun bagi orang yang memiliki kulit sensitif terhadap alkohol, kini tersedia beberapa opsi hand sanitizer yang tidak mengandung alkohol. Salah satunya adalah triclosan, yang telah digunakan selama beberapa dekade.
Namun, berdasarkan beberapa penelitian telah diketahui bahwa triclosan dapat merusak sistem endokrin, sehingga Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat melarang penggunaannya dalam produk-produk kebersihan pada akhir 2017.
Sally Bloomfield, seorang profesor di London School of Hygiene dan Tropical Medicine, mengatakan virus jauh lebih tahan terhadap disinfektan daripada bakteri. Namun, Virus Corona adalah virus yang bersimpai, yang memiliki lapisan luar, yang dapat dirusak oleh alkohol, sehingga hanya dapat menghilangkan virus yang bersimpai.
Jadi sebetulnya membuat sendiri hand sanitizer tanpa mengikuti anjuran regulator yang berwenang dalam menilai efektivitas sebaiknya dihindari.
Di samping itu Covid-19 adalah penyakit baru. Jadi belum diketahui secara pasti bagaimana hand sanitizer mampu membunuh virus penyebab Covid-19.
Oleh sebab itu untuk menghadapi virus Covid-19 ini yang utama adalah dianjurkan untuk sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama minimal 20 detik.
Hand sanitizer baru digunakan jika tidak ditemukan fasilitas cuci tangan dengan sabun. Tapi ketika kita sudah tiba di rumah, kita dianjurkan untuk segera mencuci tangan dengan sabun
Seberapa Berguna Penggunaan Masker dalam Menghindari Covid-19
Untuk masker terutama yang digunakan oleh orang yang sakit atau orang dalam status pengawasan Covid-19, sebaiknya tidak sembarangan.
Karena setiap jenis masker harus diketahui daya saringnya terhadap mikroorganisme stay partikel. Jadi harus jelas dan dipastikan berapa persen efektivitas penyaringannya.
Setiap alat kesehatan termasuk masker yang digunakan harus melalui uji efektivitas saringnya terlebih dahulu.
Paling tidak ada dua jenis masker yang biasanya dianjurkan karena efektivitas-nya diakui dalam mengurangi penyebaran Virus Corona peyebab Covid-19:
- Masker Bedah
Masker bedah ini adalah masker yang digunakan oleh para tenaga medis ketika sedang menjalankan tugasnya. Misalnya pada saat melakukan tindakan bedah.
Namun, masker ini sekarang juga digunakan oleh masyarakat, terutama sejak wabah Covid-19.
Masker ini dapat mencegah Virus Corona karena memiliki bahan dan lapisan yang cukup untuk menangkal percikan air liur (droplet) saat seseorang sedang batuk atau bersin.
Masker bedah terdiri dari tiga lapisan.
1). Lapisan luar, memiliki sifat anti-air,
2). Lapisan tengah, berfungsi untuk menyaring partikel-partikel kecil.
3). Lapisan dalam, berfungsi untuk menyerap droplet yang keluar saat pengguna bersin atau batuk.
Masker bedah ini tidak dapat 100 persen menyaring partikel. Masker ini hanya dianjurkan untuk digunakan oleh orang yang sakit. - Masker N95
Masker N95 tidak hanya berfungsi untuk menghalau percikan air liur namun juga partikel-partikel kecil lainnya yang menyebar di udara, yang mana partikel-partikel tersebut mungkin saja mengandung virus.
Masker ini mampu menyaring partikel sebesar 95 persen dan dirancang tidak ada celah yang memungkinkan partikel kecil untuk masuk. Namun, jika masker N95 digunakan terus-menerus akan menyebabkan penggunanya sulit untuk bernapas. (*)
Kontributor Isrotul Sukma. Editor Mohammad Nurfatoni.