PWMU.CO – Pandangan Ir Soekarno tentang Kemerdekaan Republik Indonesia ternyata sangat religius. Soekarno, yang lebih dikenal sebagai sosok nasionalis itu, ternyata berkali-kali mengatakan bahwa kemerdekaan ini adalah berkat rahmat Allah.
“Saya terharu sekali bahwa pada hari ini dapat merayakan hari ulang tahun Republik kita yang pertama. Saya ingat kepada Tuhan yang Mahakuasa, mengucapkan syukur alhamdulillah, sebab usia Republik kita yang satu tahun itu, tak lain tak bukan ialah berkat dan rahmat Tuhan yang Mahakuasa,” demikian pidato Soekarno dalam perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-1, 17 Agustus 1946.
Seperti dikutip oleh Bandung Mawardi dalam kolom Bahasa pada majalah Tempo Edisi Hari Kemerdekaan (15-21/8/2016), Soekarno biasanya menggunakan kata “berkat” yang mengarah ke Tuhan dalam setiap pidato-pidato peringatan Hari Kemerdekaan.
Pada tahun 1947, Soekarno kembali mengungkapkan peran Tuhan dalam kemerdekaan. “Buat ketiga kalinya kita sekarang, berkat karunia Allah subhanahu wa ta’ala, mengalami 17 Agustus yang beriwayat.”
Demikian pula pada tahun 1960, pada peringatan Proklamasi 17 Agustus 1945, Soekarno kembali menyatakan sikap religiusnya itu, “Pada hari 17 Agustus kita menundukkan kepala memohon berkat rahmat Tuhan bagi pahlawan-pahlawan kita yang telah gugur.”
Menurut Bandung Mawardi, pengelola Jagat Abjad Solo, Soekarno selalau berdoa dalam 20 pidato mengingat peristiwa 17 Agustus 1945. “Barangkali Soekarno ingin memahamkan ke orang-orang bahwa Tuhan itu penentu kemerdekaan. Indonesia selamat dan mulia direstuai oleh Tuhan,” tulisnya.
Pernyataan-pernyataan Soekarno itu sejalan dengan ‘islaminya’ Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yang secara tersurat menyebutkan bahwa kemerdekaan adalah berkat rahmat Allah. “Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.”
Dosen Universitas Ibn Khaldun Bogor Dr Adian Husaini, dalam diskusi peluncuran bukunya, Mewujudkan Indonesia Adil dan Beradab, beberapa waktu lalu di Yayasan Bina Qalam Indonesia, Surabaya, mengatakan bahwa Pembukaan UUD 45 itu luar biasa. “Dulu saya termasuk berpikir bahwa setelah hilang tujuh kata ‘Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya’, Pembukaan UUD 45 itu kurang Islami-nya. Tapi setelah saya teliti lagi, saya lihat dengan konsep world view Islam, itu luar biasa,” ujarnya.
Adian mengatakan bahwa para founding father yang membuat konsep Pembukaan UUD itu luar biasa, bukan orang sembarangan. “Ini konsep Ahlusunnah. Ini mengkritisi Jabbariyah sekaligus mengkritisi Mu’tazilah. Bagaimana memadukan antara konsep hasil usaha dan kasb. Itu tercermin dalam kata-kata yang indah, ‘Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur’,” katanya. Peneliti INSISTS ini menjelaskan bahwa kata ‘Allah’ sudah disepakati sebagai ‘Illah’, pada 18 Agustus 1945. (Nurfatoni)