PWMU.CO– AR Fachruddin adalah orang besar yang punya sikap sumeleh. Fasilitas sederhana yang diberikan kepadanya selalu diterima dengan rasa syukur. Menghormati orang yang memberi. Apalagi berasal dari kalangan rakyat jelata.
Suatu ketika Pak AR, demikian panggilan akrab AR Fachruddin, berkunjung ke sebuah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) di Puwodadi Jawa Tengah. Saat singgah, dijamu minuman teh oleh tuan rumah. Tapi teh itu kurang manis karena empunya rumah kehabisan gula.
Tuan rumah pun meminta maaf kepada Pak AR.
”Maaf Pak AR, air tehnya kurang manis.”
”Justru saya bersyukur air tehnya tidak terlalu manis. Karena kalau terlalu manis, kata dokter bisa mengakibatkan penyakit diabetes,” jawab Pak AR menenangkan tuan rumahnya.
Setelah itu Pak AR shalat Maghrib berjamaah di masjid. Pulang dari masjid, Pak AR diajak makan oleh tuan rumah. Kebetulan sayurnya kurang garam. Tuan rumah meminta maaf karena sayurnya terasa tawar.
”Tak apa-apa. Saya bersyukur sayurnya tidak terlalu asin. Kalau terlalu asin, kata dokter akan terkena darah tinggi,” ujar Pak AR.
Tidur di Tikar
Pengajian di PCM itu berlangsung sampai tengah malam. Saat kembali Pak AR capai dan ingin langsung tidur. Ternyata kamar tuan rumah tak punya tempat tidur. Hanya tikar yang digelar di atas lantai. Merasa kurang menghormati tamu yang Ketua (Umum) Pimpinan Pusat Muhammadiyah 1968-1990, tuan rumah minta maaf lagi.
”Terima kasih. Justru saya senang tidur di lantai. Kalau tidur di ranjang, tubuh yang gemuk ini bisa repot. Kalau jatuh bisa sakit. Tidur di lantai tidak mungkin jatuh,” kata Pak AR mengucapkan syukur dengan fasilitas seadanya itu.
Kamar yang ditempati Pak AR nyala listriknya redup. Tuan rumah juga minta maaf soal lampu yang cahayanya suram itu.
Pak AR langsung menjawab,”Justru lampu redup ini saya senang karena bisa cepat tidur. Terima kasih dengan memberikan lampu yang redup ini.”
Dengan tersipu tuan rumah meminta maaf dengan segala kekurangan jamuan dan fasilitas selama berkunjungan PCM ini. ”Saya malu karena Pak AR selalu bersyukur menerima semuanya ini,” ujar tuan rumah.
Kisah AR Fachruddin ini diambil dari buku Pak AR Sang Penyejuk karangan Syaefudin Simon. (*)
Editor Sugeng Purwanto