Apa yang Kau Cari Muhammadiyah? Kolom oleh Biyanto, Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya dan Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
PWMU.CO – Sebagai insider terkadang saya berpikir, “Apa yang dicari Muhammadiyah?” Begitu banyak yang ingin dikerjakan. Layaknya sebuah negara, Muhammadiyah melakukan banyak kegiatan. Bahkan di hampir semua bidang kehidupan.
Pada awal berdirinya, kegiatan Muhammadiyah fokus ke tiga persoalan pokok. Yakni: pendidikan, kesehatan, dan pelayanan sosial.
Tiga kegiatan utama itu disebut “Trisula Abad Pertama.” Muhammadiyah bisa dibilang sangat sukses melampaui abad pertama dengan capaian membanggakan di tiga bidang tersebut.
Memasuki abad kedua, persyarikatan yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan ini ingin mengalihkan perhatian dengan menyasar tiga bidang.
Yaitu mobilisasi sumber daya umat melalui Lembaga Zakat Infak dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu), membantu korban bencana melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), dan memberdayakan masyarakat melalui Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM).
Tiga bidang ini dinamakan “Trisula Abad Kedua”. Sejauh ini bidang Lazismu dan MDMC, dalam tingkat tertentu telah menunjukkan kesuksesan. Tetapi, untuk bidang pemperdayaan masyarakat harus diakui belum begitu sukses.
Muhammadiyah dan Covid-19
Saat negeri tercinta dilanda wabah Covid-19 yang begitu dahsyat, Muhammadiyah juga ambil bagian. Tidak tanggung-tanggung, Muhammadiyah menyiapkankan 35 rumah sakit untuk menjadi rujukan penanganan kasus Covid-19.
Di Jawa Timur sendiri ada tiga rumah sakit Muhammadiyah sebagai rujukan. Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga membentuk Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC).
Dokter Corona Rintawan ditunjuk sebagai Ketua MCCC Pusat. Dokter Corona ditunjuk bukan semata karena namanya mirip Virus Corona, melainkan karena kapasitas dan rekam jejaknya selama mengabdi di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML).
Melalui jaringan Muhammadiyah, pembentukan MCCC pusat segera diikuti dengan pendirian MCCC provinsi dan kabupaten dan kota.
Sesuai namanya, MCCC bertujuan untuk menyatupadukan langkah dalam penanganan kasus Covid-19. MCCC bersifat lintas majelis dan lembaga.
Di dalam MCCC terkumpul beragam ahli atau profesional. Ada dokter, ekonom, psikolog, perawat, mubaligh, ahli tahjih (hukum Islam), ahli hukum, pekerja sosial, dan jurnalis. Semua potensi dimaksimalkan untuk mendukung program penanganan kasus Covid-19.
Untuk memahamkan masyarakat terhadap bahaya virus corona, MCCC menyiapkan panduan dan informasi penanganan dan pencegahan COVID-19 yang dipublikasikan melalui tautan: https://covid19.muhammadiyah.id/.
MCCC Jawa Timur
Di Jawa Timur juga dibentuk MCCC. Dalam waktu singkat juga terbentuk MCCC di seluruh kabupaten dan kota. Semua MCCC bertanggung jawab pada pimpinan Muhammadiyah sesuai tingkatan masing-masing.
Sejak dibentuk pada tanggal 3 April 2020 sudah banyak yang dikerjakan MCCC Jatim. Bantuan penyemprotan disinfektan di sejumlah kantor pelayanan publik dan tempat ibadah, pemberian hand sanitizer secara cuma-cuma pada warga, pengadaan masker, bantuan kebutuhan bahan pokok pada petugas medis dan karyawan amal usaha Muhammadiyah, dan kegiatan lain telah dilaksanakan.
MCCC juga sedang mewujudkan pembentukan Lumbung Muhammadiyah (Lumbung-MU) untuk mengantisipasi problem kebutuhan pokok masyarakat.
Selain itu MCCC juga sedang mendata guru-guru di sekolah berkategori menengah ke bawah yang terancam tidak menerima gaji selama musim pandemik Corona. Juga mubaligh yang selama ini menjadi ujung tombak penyiaran Islam. Mereka telah kehilangan penghasilan yang biasa diperoleh dari jasa menyampaikan dakwah Islam.
Hal itu karena hampir semua masjid lockdown, meniadakan kegiatan tabligh, ceramah agama, dan khutbah Jumat. Bahkan pada Ramadhan nanti, para mubaligh juga pasti tidak bisa memberi ceramah agama di sela-sela kegiatan teraweh dan shalat fardlu.
Kondisi itu pasti akan sangat berdampak pada kehidupan (ma’isyah) para mubaligh. MCCC tentu tidak ingin membiarkan ujung tombak penyiaran Islam mengalami kesulitan karena problem ekonomi.
Dari Mana Dana Itu?
Pertanyaannya, dari mana dana yang digunakan MCCC untuk melaksanakan kegiatan yang begitu berjubel?
Jika pemerintah pasti mudah. Tinggal mencairkan dana taktis atau merealokasi penggunaan anggaran dari satu kegiatan ke kegiatan lain.
Bagaimana dengan Muhammadiyah? Dengan semangat yang tertanam dalam ajaran teologi tolong-menolong (the theology of al-maunism), Muhammadiyah tetap terus bergerak.
Pada konteks ini, donasi dari AUM menjadi sumber utama untuk menggerakkan berbagai kegiatan. Sumber lainnya adalah donasi dari mitra, baik pemerintah atau swasta dari dalam dan luar negeri. Juga ada kegiatan kemitraan Muhammadiyah dengan produsen bahan pokok.
Yang patut disyukuri, sejauh ini kepercayaan publik pada Muhammadiyah terjaga dengan baik. Dengan trust publik itulah Muhammadiyah memperoleh banyak dukungan.
Bagi Muhammadiyah, kepercayaan umat adalah segala-galanya. Termasuk donasi umat selama masa pandemi Covid-19. Donasi dari AUM dan ummat benar-benar dimanfaatkan untuk menangani kasus Covid-19.
Penting ditegaskan bahwa melalui MCCC, Muhammadiyah tidak sedang membangun citra. Hal itu karena Muhammadiyah bukan pemerintah atau partai politik yang membutuhkan pencitraan. Semua itu karena budaya tolong-menolong seakan sudah menjadi karakter Muhammadiyah sejak awal.
Semua yang dilakukan Muhammadiyah selama pandemi Covid-19 murni membantu pemerintah. Pertanyaannya, apa yang diberikan pemerintah pada Muhammadiyah? Sejak semula Muhammadiyah tidak pernah berpikir dalam konteks balas budi atau hutang piutang dengan negara.
Bahkan saat Muhammadiyah mengalami kondisi layaknya “yatim piatu” di bidang politik dan kekuasaan, maka hal itu dijadikan sebagai spirit untuk mandiri.
Dengan cara itu, politik kepentingan benar-benar dapat dihindari sehingga Muhammadiyah dapat berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara.
Jadi jelas sudah jawaban dari pertanyaan, Apa yang Kau Cari Muhammadiyah? (*)
Editor Mohammad Nurfatoni.