PWMU.CO– Pasien Covid-19 yang tak jujur menyebabkan 15 tenaga RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri harus isolasi diri. Akibatnya rumah sakit ini kekurangan tenaga.
Hal itu disampaikan Ketua Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC) Jatim Ir Tamhid Masyhudi dihubungi Selasa (14/4/2020). Dia menyatakan itu merujuk laporan Direktur RSM Ahmad Dahlan dr Zainul Arifin MKes.
”Masyarakat harus jujur ketika memeriksakan diri ke rumah sakit. Kejujuran itu bisa mencegah penularan. Tenaga medis sebagai garda terdepan terbatas jumlahnya, karena itu masyarakat harus membantu agar mereka tak tertular saat wabah Corona ini,” tandas Tamhid yang juga sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.
Berdasar laporan RS Muhammadiyah Ahmad Dahlan Kota Kediri, sekitar 11 hari lalu, ada pasien datang mengeluhkan batuk, pilek, sesak nafas. Tapi pasien saat ditanya pernah pergi kemana saja dan kontak dengan siapa saja tidak jujur mengatakan semuanya. Pasien ini kemudian rawat inap dengan status Pasien dalam Pemantauan.
Setelah keluar hasil tes swab, sambung dia, ternyata pasien tadi positif Covid-19. Maka SOP protokol kesehatan langsung diberlakukan untuk pasien ini. ”Semua orang yang pernah kontak erat keluarga dan tenaga medis yang memeriksa dan merawat harus isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Mereka semua ikuti tes swab,” ujarnya.
Hingga kini isolasi diri sudah berjalan lima hari dengan memberikan obat, vitamin, dan makanan agar bisa menangkal kemungkinan virus Corona yang masuk. ”Kita berdoa semoga 15 tenaga medis di RS Muhammadiyah Kediri ini sehat wal afiat tidak tertular virus dan segera bisa bertugas kembali,” tandasnya.
Pasien Covid-19 Tak Jujur di Grobokan
Kejadian pasien tidak jujur juga terjadi di beberapa kota. Seperti di RSUD dr Soedjati Soemodiardjo, Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah. Akibat sejumlah 76 orang terdiri keluarga, teman, dan tenaga medis RS seperti petugas pendaftaran, IGD, dokter, perawat, hingga tenaga kebersihan harus isolasi diri.
Wakil Direktur RSUD dr Soedjati Soemodiardjo Purwodadi, Titik Wahyuningsih, menceritakan, pasien asal Desa Bangsri saat ditanya mengaku tidak pernah pergi ke luar negeri maupun ke daerah yang statusnya zona merah wabah Corona.
Selama dirawat, pasien berusia 47 tahun itu ditangani dokter spesialis penyakit dalam. Kondisinya diobservasi juga oleh dokter spesialis paru. Dari pemeriksaan dokter spesialis ini, kondisi pasien ada pneumonia. Dicurigai terkena Covid-19.
“Setelah didesak dia mengaku baru pulang dari Hongkong dan sempat main ke Yogya. Setelah menyampaikan keterangan itu, pasien kemudian dipindahkan ke ruang isolasi. Setelah sehat, pasien itu diperbolehkan pulang pada 2 April dan diminta isolasi mandiri di rumah,” ungkap Titik.
Pasien ini ikuti tes swab dengan diambil sampel lendirnya untuk diuji di laboratorium di Yogyakarta. Hasil uji swab menyatakan pasien itu positif Covid-19. Sebanyak 76 orang yang pernah kontak juga ikuti tes.
Pasien Covid-19 Tak Jujur di Pekalongan
Peristiwa lainnya di sebuah RS Pekalongan, Jawa Tengah yang diceritakan Dokter Hayati Salma. Ada pasien kecelakaan patah tulang kaki dirujuk ke rumah sakitnya. Keluarganya saat ditanya riwayat mengatakan pasien sehat saja tak pernah kontak dengan orang yang potensial Covid-19.
Ketika dievaluasi kondisi parunya dicurigai pneumonia. Kemudian dites swab ternyata hasilnya positif. Tak pelak semua dokter, perawat, dan petugas yang pernah bersentuhan dengan isolasi diri di mess rumah sakit. Sebab pasien ini saat di IGD banyak meludah dan darahnya berceceran sehingga potensi menyebarkan virus.
“Terpukul, stress, depresi, marah campur aduk jadi satu. Inilah jalan yang harus ditempuh. Mau tidak mau, Allah telah memilih kami menjadi salah satu dari pejuang melawan corona,” ungkap Hayati.
Hari kelima masa karantina, seorang dokter anestesi mengeluh demam, batuk, dan sesak napas. Dokter ini paling tua. Apalagi punya penyakit diabetes menjadikan dia yang paling rentan.
“Dokter A diperiksa dan di-swab, dirawat di ruang isolasi. Keadaannya memburuk. Begitu yang kudengar. Keadaan ini tentu saja membuat kami bertambah stress, menangis, bahkan ada yang tidak mau makan dan mengurung diri di kamar,” tulis Hayati.
Penulis/Editor Sugeng Purwanto