Saad Ibrahim serukan gerakan menanam tanaman. Tujuannya untuk membangun mindset kemandirian di tengah pandemi Covid-19.
PWMU.CO – Di masa pandemi Covid-19, berkebun di rumah menemukan relevansinya. Di samping untuk mengisi waktu karena ada anjuran di rumah saja, hasil berkebun bisa memperkuat ketahanan pangan keluarga.
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr HM Saad Ibrahim MA menyampaikan hal itu dalam perbincangan dengan PWMU.CO, melalui sambungan telepon, Sabtu (2/5/2020) sore.
Filososi Menanam
Bagi Saad Ibrahim, aktivitas menanam atau berkebun mempunyai filosofi yang mendalam. “(Berkebun ini) Penting karena ada hubungan simbiosis antara tanaman dan manusia itu. Jadi terkait dengan kehidupan manusia,” ujarnya bersemangat.
Saad menjelaskan, secara filosofi manusia sebagai khalifatul fil ardh mendapat amanah untuk mengurus bumi. “Sehingga harus dijaga seperti itu (dengan menanam),” katanya.
Dia mengungkapkan, pentingnya menanam pohon juga disampaikan Nabi Muhammad SAW. “Andaikata kita tahu bahwa besok adalah hari kiamat dan hari ini apabila ada biji maka tanamlah,” katanya mengitip sebuah hadits. Jadi, sambungnya, dengan kata lain, menanam tanaman itu tidak ada batasannya.
Ajaran Islam seperti itu tidak sekadar diomongkan oleh Saad Ibrahim. Dia mengaku sejak kecil sudah melakukannya. Dan terus melakukannya hingga kini dan pada masa mendatang.
Buktikan Gerakan Menanam
Bagi pria kelahiran Mojekerto, 17 November 1951 ini soal tanam-menanam sudah digelutnya sejak kecil. “Ngurus pertanian, bertanam, nyemprot, macul, bermalam-malam ke sawah dan sebagainya, bahkan ke hutan (sudah biasa). Itu darah saya. Ya darah petani,” ungkap Saad yang waktu kecil hingga tahun 1974 tinggal di Pacet, Mojokerto.
“Karena itu mindset saya kalau kaitanannya dengan tanam-menanam gitu ya saya masih hobi,” ujarnya. “Sehingga menanam ini ada kepuasan sendiri. Beda antara memanen sendiri dengan beli buah.”
Hobi menanamnya itu kini dilakukan di rumahnya di Villa Bukit Sengkaling AF13 Landungsari Dau Malang. Lahan di depan dan samping rumah penuh dengan tanaman.
Ada sekitar 20 tanaman buah yang ditanam Saad Ibrahim di rumahnya yang dia bangun di atas lahan seluas 222 meter persegi. Sementara bagunan rumahnya sekitar 150 meter persegi.
Berbagai jenis tanaman ada di rumahnya. Seperti alpukat, durian, coklat, anggur, kelengkeng, sirsak, atau pepaya. Bukan hanya buah, jenis sayuran juga ditanamnya. Tak ketinggalan bunga-bunga pun dia tanam.
“Saya itu dapat pojok dan di depan itu ada rumah tapi gak kesentuh. Jadi saya tanami juga dan (buahnya) saya sharing-sharing ke tetangga juga,” ungkap dia.
Menurut dia memberi tetangga buah-buahan hasil tanaman sendiri itu lebih menyenangkan. “Tapi kalau dirupiahkan kan sungkan ngasih. Dan mungkin gak diterima, Jadi ini bentuk kita saling merasa dekat satu sama lain dengan cara seperti itu,” ujarnya.
Bahkan durian yang ditanam Saad Ibrahim tahun 2006, lezat buahnya sudah dirasakan koleganya di Kantor PWM Jatim di Surabaya. “Kemarin yang paling banyak (berbuah) itu ada durian sekitar 50-an. Itu dari satu pohon. Satunya masih kecil,” ujarnya. Dia juga mengungkapkan jika sirsak yang ditanamnya berbuah sepanjang tahun.
Serukan Gerakan Menanam
Menurut Saad Ibrahim, berkebun seperti yang dia lakukan menjadi bagaian penting yang bisa dilakukan dalam kontek di rumah saja. “Walau tidak memberikan bagian yang ideal untuk memenuhi (kebutuhan) makanan, tapi hal tersebut memberikan kepuasan tersendiri untuk menanam dan sebagainya,” ujarnya.
“Sehingga saya serukan saja untuk warga Muhammadiyah apabila ada waktu dan lahan yang bisa ditanami, tanamilah! Ya bisa juga dalam pot atau polybag,” kata Saad Ibrahim yang mengaku di masa stay at home ini dia menambah lagi kolekasi tanamannya.
Saad Ibrahim menjelaskan, gerakan menanam ini bukan sekadar menanam. Tapi sebuah kultur atau mindset untuk membangun kemandirian. Lebih-lebih di tengah pandemi Covid-19 yang belum jelas kapan berakhirnya ini. Menurut dia, ketahanan pangan menjadi sesuatu yang penting untuk diperhatikan.
“Ada orang kan yang berpikir ‘Wes gak usah sulit-sulit nanam. Enak beli saja.’ Padahal kan juga setiap orang akan mengurus dirinya sendiri,” terang dia.
Kepedulian Muhammadiyah
Makanya, lanjut dia, saya imbau PWMU.CO untuk mengedukasi masyarakat. “Walau tidak bisa langsung terbentuknya, tapi kalau perlahan-lahan mungkin bisa saja terbentuk mindset yang seperti itu. Dan saya kira momennya ini tepat sekali untuk mengedukasi,” pesannya.
Saad Ibrahim juga menekankan pentingnya membangun kreativitas. “Kalau jangka panjang yang terpenting soal makan. Tapi sekali lagi kita sekarang hidup itu zaman kreativitas. Kan di zaman saya kecil itu gak ada orang ngolah bonggol pisang. Tapi sekarang bisa diolah,” jelasnya.
Dia berharap pandemi Covid-19 ini segera berlalu. “Insyaallah kalua lihat dari negara-negara lain Covid-1 ini akan segera selesai,” harapnya.
Dalam masa wabah ini Muhammadiyah sudah berkomitmen untuk membantu masyarakat dan negara. “Tentu sepanjang bantuan itu ada. Bisa dari kita sendiri, bisa dari orang lain yang bisa tersalurkan,” kata dia.
Saad menjelaskan, kita punya masalah yang kompleks. Tidak hanya masalah ekonomi tapi seluruh dimensi kehidupan manusia. Lalu kita juga punya bagian yang spesial.
“Itukan bagian dari sifat Muhammadiyah termasuk mengedukasi untuk tanam-menanam. Saya kira itu komimen kita untuk membantu bangsa,” ujarnya. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.