PWMU.CO – Puasa mereset tubuh ke setelan ‘pabrik’, yakni standar penciptaan Allah pada manusia. Demikian kesimpulan dari kajian yang disampaikan dr Fitriana Putri—Kepala Klinik dr M Suherman Universitas Muhammadiyah (UM) Jember.
“Allah turunkan satu bulan dari 12 bulan untuk mereset (atur ulang) tubuh manusia.” katanya dalam Podcast Ramadhan di Channel YouTube UM Jember, Rabu (6/5/2020).
Bahkan, sambungnya, para ahli non-Muslim yang meneliti tentang puasa juga sepakat bahwa kegiatan berpuasa mampu menguras racun-racun di dalam tubuh bahkan racun di dalam fikiran. “Proses detoks selama berpuasa yang menyebabkan energi meningkat dan pikiran lebih jernih,” ungkapnya.
Lima Manfaat Puasa
Fitria menjelaskan, puasa adalah bentuk relaksasi tubuh untuk melakukan perbaikan kesehatan. “Ada lima manfaat utama yang didapat tubuh ketika berpuasa,” terangnya.
Pertama, mampu menghentikan proses penyerapan sisa-sisa makanan di usus. Kedua, menghancurkan zat reaktif terhadap oksigen atau radikal bebas seperti sinar ultraviolet, rokok, dan asap hasil pembakaran.
Ketiga, bisa meremajakan kembali vitalitas bermacam-macam sel jaringan di tubuh kita. Keempat, memperlancar proses pencernaan dan sari-sari makanan dalam tubuh kita. “Karena pada saat puasa, jam makan kita menjadi lebih terkontrol,” ujarnya.
Kelima, meringankan beban dalam sirkulasi pembuluh darah bahkan bisa menurunkan kadar lemak dan asam urat dalam darah.
“Sebenarnya, apakah yang terjadi pada tubuh ketika puasa?” tanyanya retoris. Saat puasa, jelas dia, tubuh akan menerima asupan energi dari gula yang tersimpan di hati dan otot. Zat gula inilah yang akan dimanfaatkan pada hari awal-awal puasa. Setelah itu, tubuh akan memanfaatkan simpanan zat lemak.
“Maka, tidak heran jika menerapkan dengan benar, pada tiga hari pertama berat badan akan sedikit turun.” ungkap Fitria. Tetapi, tegasnya, ketika cara berpuasa salah, lemak yang seharusnya bisa berkurang malah menumpuk.
“Karena apa?” tanyanya. Dia pun menjawab, karena buka buasa seringkali digunakan untuk ajang “balas dendam” setelah seharian tidak bisa mengonsumsi apapun.
Dia menjelaskan, kebiasaan mengonsumsi makanan manis dan gorengan pada saat berbuka puasa bisa menyebabkan kandungan gizi yang masuk ke dalam tubuh tidak seimbang.
Terlebih, sambungnya, Ramadhan kali ini kita dihadapkan dengan pandemi Covid-19, di mana kita dituntut untuk menjaga imunitas tubuh agar tetap kuat meskipun berpuasa.
Penguatan Imunitas Tubuh
Dokter Fitriana Putri menyampaikan, ada empat hal yang bisa dilakukan selama berpuasa untuk menjaga imun agar tetap kuat.
Pertama, menyeimbangkan konsumsi sayur dan buah-buahan untuk mencukupi gizi yang lengkap. Bisa didapat dari makanan yang mengandung karbohidrat, protein, mineral, dan air minum cukup. “Jangan kebanyakan minum kolak apalagi yang terlalu manis,” jelas dia sembari tersenyum.
Kedua, jaga pola tidur minimal enam jam per hari karena pada saat puasa ritme tidur akan berubah. Dengan tidur tepat waktu, pada saat bangun sahur tubuh akan kembali bugar. “Kalau tidur terlalu malam bisa ditambah dengan tidur siang,” ujarnya.
Ketiga, olahraga yang cukup untuk mempertahankan fisik. Pada saat puasa, olahraga ringan dengan durasi 20-30 menit sudah cukup untuk menjaga kebugaran.
Keempat, menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan cara mencuci tangan dengan sabun sesering mungkin setelah memegang sesuatu. Aktivitas di luar rumah atau aktivitas yang melibatkan orang banyak sebaiknya juga dihindari.
“Yang biasanya ngabuburit, tidak usah dulu. Bisa diganti dengan kegiatan bermanfaat lain yang bisa dilakukan di rumah seperti belajar memasak atau perbanyak ibadah,” pesannya. “Kita harus turut berkontribusi untuk menekan penyebaran Covid-19 di Indonesia.”
Penulis Disa Yulistian. Editor Mohammad Nurfatoni.