Arah Baru Gerakan Pemuda Muhammadiyah tulisan opini oleh M. Ibnu Rizal, Wakil Sekretaris Bidang Media dan Informasi PDPM Kabupaten Malang.
PWMU.CO– Perjalanan panjang Pemuda Muhammadiyah 88 tahun mengarungi negeri banyak mewarnai sejarah. Lahir pada 2 Mei 1932, Pemuda Muhammadiyah bergerak melintasi zaman.
Tulisan ini hendak merefleksikan kembali tema milad Pemuda Muhammadiyah ke-88 yang bertajuk Meneguhkan Solidaritas, Menebar Kebaikan, Mencerahkan Semesta.
Tema itu sangat relevan dengan situasi mutakhir bangsa hari ini yang menghadapi badai pandemi Corona. Ditambah keringnya literasi keagamaan yang membuat kebanyakan orang merasa benar sendiri.
Hari Jumat (15/05/20) Pemuda Muhammadiyah mengadakan diskusi daring terkait gerakan sosial di masa pandemi. Diskusi tersebut sangat mengalir dan dialogis membawa pada kesimpulan akhir bahwa Pemuda Muhammadiyah terus konsisten dalam bergerak di ranah kemanusiaan.
Bentuknya mulai dari sinergi gerakan, hingga upaya mengawal kebijakan pemerintah dalam menyalurkan bantuan sosial sampai tataran akar rumput.
Pemuda Muhammadiyah sangat berkontribusi besar dalam mengatasi krisis pangan dan sosial di masa pandemi Covid-19. Hampir di setiap daerah, para relawannya bekerja sama memutus rantai krisis pangan. Gerakan sosial adalah ruh bagi setiap kader.
Spirit al-Maun
Gerakan sosial Pemuda Muhammadiyah adalah langkah tepat mengingat jumlah pengangguran yang kian meningkat tajam. Data yang dirilis oleh Organisasi Buruh Dunia (ILO) menyebutkan, sekitar 2,7 miliar pekerja di seluruh dunia tak lagi bekerja akibat Covid-19.
Bahkan menurut Wakil Ketua Umum Kadin bidang UMKM, Suryani Motik (1/5/20) menyebut warga yang terkena PHK akibat Covid-19 mencapai 15 juta jiwa.
Sebab itu Pemuda Muhammadiyah terus menggalakkan gerakan sosial-kemanusiaan sebagai upaya merespon situasi dan kondisi bangsa hari ini. Solidaritas dan saling gotong-royong adalah kunci utama dalam bergerak dan menebar kebaikan.
Sebagai bagian dari civil society, Pemuda Muhammadiyah terus merawat dan meruwat gerakan kedermawananya. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini nilai altruisme terus dikedepankan, mengingat fastabiqul khairat adalah spirit juangnya.
Milad kali ini adalah momentum untuk melahirkan kembali Dahlan-Dahlan muda yang mampu melakukan transformasi sosial dari spirit al-Maun.
Pengamat asing seperti Shane Preuss menulis artikel berjudul Indonesia and Covid-19: What the World is Missing. Dalam tulisannya Shane menyatakan, ketika pemerintah Indonesia terseok (stumbled), masyarakat sipil bangkit menyelamatkan. (The Diplomat, April 24, 2020).
Mencerahkan Semesta
Di masa pandemi seperti ini, umat Islam khususnya warga Muhammadiyah, dilanda kebingungan. Masih ada warga tetap menggelar shalat berjamaah di masjid padahal Fatwa Tarjih menyerukan shalat di rumah.
Menurut Ketua Umum Muhammadiyah Haedar Nashir, inilah saat-saat kemuhammadiyahan kita sedang diuji. Apakah menerima atau menolak.
Dalam ranah sosial-keagamaan, gerakan populisme Islam lambat laun kian populer di kalangan anak muda. Mereka bergerak massif mulai dari dunia maya hingga dunia nyata. Bahkan ada yang terjebak merasa paling benar bahkan mudah mengafirkan (takfiri) orang yang tidak sepemahaman dengannya.
Permasalahan tadi timbul lantaran minimnya literasi keagamaan. Runyamnya media sosial menjadi rujukan pendapatnya. Maka penting bagi Pemuda Muhammadiyah melahirkan ulama-ulama yang mencerahkan. Menjadi pengawal ideologi persyarikatan.
Dalam kajian online Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Malang dengan Dr Pradana Boy ZTF (2/05/20), menyarankan Pemuda Muhammadiyah mampu menjadi agen literasi keagamaan. Ruang media sosial mesti diisi dengan narasi keagamaan yang mencerahkan. Bisa menyaring masuknya ideologi lain.
Saatnya Pemuda Muhammadiyah meneguhkan solidaritas sosial kemanusiaan. Menebarkan kebaikan tanpa memandang golongan. Mencerahkan semesta dengan wajah Islam yang membawa rahmat. Inilah arah baru gerakan Pemuda Muhammadiyah. (*)
Editor Sugeng Purwanto