PWMU.CO-Kisah Amru bin Ash masuk Islam terjadi usai perang Khandaq tahun 627 M. Dia galau melihat kekuatan kaum muslim yang terus mendesak pengaruh Quraisy Mekkah.
Dia lantas menemui beberapa orang Quraisy mendiskusikan masalah itu. ”Menurutku, masalah Muhammad makin serius dan sulit dilawan. Aku punya pemikiran sebaiknya kita pergi ke negeri Najasyi. Jika Muhammad mampu mengalahkan kita maka kita menetap di sana. Kita lebih senang dikuasai Najasyi daripada dikuasai Muhammad. Kalau kaum kita bisa mengalahkan Muhammad, maka kita telah dikenal di negeri itu, jadi hanya kebaikan kita yang mereka sebut,” kata Amru bin Ash.
Teman-temannya sepakat dengan pemikiran itu. Maka mereka berangkat ke Abesinia Afrika sambil membawa hadiah-hadiah terutama kulit binatang yang disukai Najasyi yang bernama Ashama bin Abjar.
Tiba di ibukota Axum, Amru bin Ash dan teman-temannya melihat Amr bin Umayah ad Damiri, utusan Nabi Muhammad sudah diterima raja di istana.
Amru bin Ash berbisik kepada teman-temannya, ”Dia Amr bin Umayah. Jika aku dapat menemui Najasyi, aku pasti memintanya memberikan dia kepadaku kemudian aku penggal kepalanya. Jika itu telah aku lakukan, orang-orang Quraisy tahu bahwa aku telah mewakilinya ketika aku membunuh utusan Muhammad.”
Dipukul Najasyi
Giliran Amru bin Ash dipanggil masuk ke ruang, Najasyi menyambutnya dan berkata, ”Selamat datang sahabatku. Apa hadiah untukku dari negerimu?”
”Ya Paduka Raja, aku hadiahkan kulit yang banyak,” jawab Amru bin Ash sambil mendekatkan kulit binatang yang indah ke hadapan Najasyi. Raja sangat senang melihat kulit-kulit binatang itu.
Kemudian Amru bin Ash berkata,”Paduka Raja, tadi kulihat seseorang di tempatmu dan dia adalah utusan dari musuh kami. Serahkan dia kepadaku untuk kami bunuh karena dia telah membunuh tokoh-tokoh pemimpin kami.”
Di luar dugaan ternyata Najasyi langsung marah mendengarnya. Dia pukul wajah Amru bin Ash sampai hidungnya berdarah. Amru bin Ash terkejut dan takut dengan kemarahan raja.
Amru bin Ash berusaha menghilangkan rasa takutnya dan berkata, ”Paduka Raja, demi Allah, kalau saja aku tahu tuan tidak menyukai permintaanku, pasti aku tidak mengajukan kepadamu.”
Najasyi menjawab,”Pantaskah kamu memintaku menyerahkan utusan orang yang didatangi malaikat Jibril seperti pernah datang kepada Musa untuk kamu bunuh?”
”Betulkah itu?” tanya Amru bin Ash.
”Celakalah kau. Hai Amr, turuti perkataanku ikutlah Muhammad. Demi Allah, dia berada di atas kebenaran dan pasti Allah memenangkannya atas siapa saja yang menentangnya seperti Allah memenangkan Musa atas Fir’aun dan tentaranya,” jawab Najasyi.
Najasyi Menghormati Ajaran Islam
Amru bin Ash tercengang dengan perkataan Najasyi. Dia tidak menduga Muhammad dan ajaran Islam mendapat penghargaan tinggi di mata Najasyi sehingga memberikan simpati yang besar. Padahal Najasyi orang seberang laut yang jauh dari Mekkah seakan-akan begitu akrab dan dekat dengan Muhammad. Sementara dia dan orang-orang Mekkah yang begitu dekat justru memusuhinya.
Dia lantas berdiskusi lama dengan Najasyi tentang Muhammad dan ajaran Islam yang dibawanya. Amru bin Ash berpikir, apa yang dijelaskan Najasyi ada benarnya.
Hati nuraninya mengakui, ajaran tauhid yang disampaikan Muhammad itu benar. Keberpihakannya terhadap orang Quraisy semata-mata karena dia lebih berat dengan status sosial dan kekerabatan para bangsawan bukan atas dasar kebenaran.
Setelah lama berpikir dalam kebimbangan lantas Amru bin Ash berkata kepada Najasyi dengan mantap,”Maukah tuan membaiatku masuk Islam mewakili Muhammad?”
”Ya.” Lalu Najasyi menjabat tangan Amru bin Ash yang berbaiat masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dadanya terasa lega dan longgar. Beban permusuhannya dengan kaum muslimin sudah menguap. Najasyi memberikan ucapan selamat dengan agama baru yang dia anut dan meyakinkan kebenaran pilihannya itu.
Setelah itu Amru keluar dari ruang Najasyi berkumpul dengan teman-temannya dengan pikiran yang sudah tidak tertarik lagi dengan rencana menetap di Abesinia. Amru bin Ash masih merahasiakan keislamannya.
Amru mengajak teman-temannya pulang ke Mekkah. Teman-temannya menjadi sangat heran dengan perubahan rencana itu. Teman-temannya pun mengecam. Sebab dia yang mengajak menetap ke Abesinia sambil melihat perkembangan gerakan Muhammad.
Amru bin Ash mengabaikan protes teman-temannya. Dia mengajak bergegas menuju pelabuhan mencari kapal untuk pulang.
Bersyahadat Lagi di Depan Nabi
Sesampai di Mekkah, ketika ada kesempatan, dia diam-diam pergi ke Madinah menemui Rasulullah. Ini terjadi menjelang penaklukan Mekkah.
Di perjalanan menuju Madinah, dia berjumpa dengan Khalid bin Walid yang ternyata juga mempunyai niat serupa. Begitu bertemu dengan Nabi, Amru bin Ash langsung menyatakan syahadat dan mengumumkan keislamannya secara terbuka.
Dalam perjalanan hidupnya menjadi muslim, Amru bin Ash ikut berperang bersama Nabi serta menyebarkan Islam. Dia yang menaklukan Mesir dan diangkat menjadi gubernur di wilayah itu pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab. Lantas dia dipindah ke Syam untuk mengatasi wabah thoun setelah meninggalnya dua gubernur sebelumnya Abu Ubaidah dan Muadz bin Jabal karena kena wabah. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto