PWMU.CO – Temu alumni Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep berlangsung meriah. Walau hanya melalui layar laptop dan gawai, seluruh peserta sudah siap dan mengantre.
Maklum saja, inilah silaturahim alumni Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep yang bertahun-tahun jadi wacana dan baru bisa terwujud, Ahad (31/5/20). Pandemi Covid-19 boleh saja menghalangi raga untuk bertemu, tapi membuat hati tetap menyatu.
Pengasuh Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep Wagiman menjadi orang yang paling bersyukur. “Alhamdulillah, hari ini kita bisa bertemu walau jarak berjauhan,” tuturnya saat memberi sambutan. Dia merasa bahagia sebab doa dan cita-citanya telah dikabulkan Allah SWT.
Wagiman menuturkan, para perintis panti asuhan pasti merasa senang saat melihat alumninya sudah ‘menjadi orang’. “Almarhum Pak Abdur Rofik, Pak Ruspanca, juga saya, melihat anak-anak seluruhnya sukses dan ‘jadi orang’ pasti senang,” ujar pria kelahiran Yogyakarta ini.
Dia lalu menceritakan, sejak awal panti berdiri dirinya langsung ditunjuk jadi pengasuh. Setiap bulan mengirimkan surat pada para donatur. Saat menerima surat tersebut ada yang optimis, ada yang merendahkan. “Semua dilakukan supaya anak-anak bisa duduk sejajar bahkan melebihi orang-orang. Alhamdulillah semua jadi kenyataan,” ujar mantan Kepala SMA Muhammadiyah 1 Sumenep ini berkaca-kaca.
Dia juga menyatakan, sejatinya memang setiap orang tak boleh dipandang rendah, karena nasib di tangan Allah. “Kalian bisa sejajar dengan orang-orang lainnya, bahkan lebih. Maka, syukuri apa yang kalian dapat sekarang,” pesannya menutup sambutan.
Antusias peserta sudah terasa sejak masih rasan-rasan dan guyonan di grup WhatsApp (WA) sebelum penyelenggarakan silaturahim virtual ini. Karena keterbatasan sinyal yang tak bersahabat di kepulauan, dari 50 peserta yang mendaftar mulai dari angkatan 1994 hingga sekarang, yang bisa bergabung hanya 35 orang.
Pesan Cak Nanto
Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Sunanto turut hadir dan menjadi pemantik diskusi alumni. “Saya selalu ingat pesan Bapak (Wagiman). Kita ini sama-sama makan nasi, kenapa harus rendah diri,” ungkap Cak Nanto mengawali diskusi.
Cak Nanto lalu melanjutkan, orang yang mencela itu merupakan sesuatu yang biasa, tak perlu terlalu dihiraukan. “Karena siapa yang serius, dia yang akan sukses. Generasi selanjutnya harus lebih maju karena sudah ada gambaran suksesnya,” pesannya. Dulu, lanjut dia, belum ada contoh karena masih sama-sama mengawali, sekarang sudah ada bukti.
Menurut Cak Nanto, metode pendidikan panti perlu terus dipertahankan dan ditingkatkan. Agar ke depan kehidupan panti lebih baik dan alumninya siap menyongsong tantangan hidup. Bukan masalah jadi apa nanti, tapi harus terus saling dukung antara alumni dan panti.
“Saya tidak malu mengakui sebagai alumni panti asuhan. Spirit pasca lulus dari panti tidak boleh berhenti, harus terus dikembangkan. Tidak boleh berhenti untuk mengembangkan pendidikan, karena itu jalan mengubah nasib,” paparnya.
Temu alumni panti virtual yang dijadwalkan sejak pukul 09.00 hingga 12.00 itu ternyata berlanjut hingga pukul 13.00. Beberapa rekomendasi dihasilkan, seperti harus ada data base alumni sehingga mempermudah silaturahim dan hubungan lainnya.
Kedua, pengembangan jejaring, baik untuk studi lanjut, profesi, usaha, ataupun karir. Ketiga, membentuk Ikatan Keluarga Alumni Panti Asuhan Yatim Muhammadiyah (Ika Paymuh) Sumenep. Yang bertujuan, sebagai wadah pemikiran para alumni setelah lulus dari panti.
Pertemuan empat jam yang dipandu Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya Ahmad Hidayatullah, yang merupakan alumnus panti itu berjalan penuh canda dan nasehat.
Alumni Panti Asuhan Muhammadiyah Sumenep banyak tersebar di berbagai daerah seperti Jakarta, Malang, Sidoarjo, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Bali, hingga Lombok. (*)
Penulis Ernam. Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.