• Redaksi
  • Iklan
  • JarMed
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
Advertisement
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim
No Result
View All Result
Pwmu.co | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Masjid dan Objektivitas Covid-19

Minggu 14 Juni 2020 | 12:47
in Kolom
0
647
SHARES
660
VIEWS
Masjid itu tempat suci, tidak mungkin terpapar Covid-19. Itulah salah satu alasan mereka yang membuka masjid di masa pandemi.
Mohammad Nurfatoni penulis Masjid dan Objektivitas Covid-19. (Sketsa ulang foto oleh Atho’ Khoironi)

Masjid dan Objektivitas Covid-19 ditulis oleh Mohammad Nurfatoni, Pemimpin Redaksi PWMU.CO, alumnus FPMIPA IKIP Surabaya.

PWMU.CO – Masjid itu tempat suci, tidak mungkin terpapar Covid-19. Itulah salah satu alasan mereka yang membuka masjid di masa pandemi.

Berita detik.com, Sabtu 13 Juni 2020, menjawabnya. Pemkot Surabaya meminta 16 masjid dan 4 gereja ditutup. Alasannya, ada jamaah yang positif Covid-19.

Penutupan itu tepat. Kalau tidak ditutup, maka rumah ibadah tersebut akan menjadi sarana penularan Covid-19 yang lebih massif—sesuai sifat virus Corona yang menular dari orang ke orang dalam jarak dekat.

Dan jamaah masjid—namanya juga jamaah, berarti berkumpulnya dua atau lebih orang—adalah bagian dari keramaian yang berpotensi besar menularkan Covid-19. Seperti juga ‘jamaah’ pasar, mall, atau pabrik.

Objektivitas Alam

Jika asumsinya masjid tempat suci yang dijamin Tuhan bebas dari Covid-19 maka seharusnya masjid tak perlu ditutup. Tapi kenapa harus ditutup? Juga kenapa dua masjid di Tanah Suci, al-haramain: Masjid al-Haram dan Masjid Nabawi sempat ditutup saat pandemi masih berbahaya di sana?

Bagamana menjawabnya? Virus Corona—seperti juga fenomena alam lainnya—memiliki sifat objektif. Yakni bersikap sama pada semua, tidak membeda-bedakan perlakuan.

Petir misalnya jika menyambar orang, tidak menanyakan apa agamanya. Dia tak peduli calon korbannya, apakah beragama Islam, Protestan, atau Hindu.

Nah, ada satu pertanyaan menarik berkaitan dengan itu dalam kajian tentang Tuhan, alam, dan manusia yang populer di tahun 80/90-an “Jika ada dua tempat ibadah: masjid dan gereja, manakah yang selamat dari sambaran petir. Jika masjid tidak memasang penangkal petir sementara gereja memasangnya?”

Dalam kajian itu, dijelaskan jika yang akan tersambar petir adalah masjid. Sebab petir bersikap objektif. Sementara gereja aman sebab memasang penangkal sebagai bagian pemahaman tentang sifat petir yang bisa dijinakkan dengan sistem tertentu.

Mungkin Anda yang beragama Islam tidak terima dengan contoh kasus itu. Karena merasa masjid sebagai rumah Tuhan dari agama yang benar, tapi justru tidak ditolong.

Baca Juga:  Khatib Tunjuk Anu Jamaah

Petunjuk dan Takdir Tuhan pada Alam

Tapi jangan salah, objektivitas alam yang ditunjukkan oleh petir—atau konteks kini Covid-19—yang ‘menyerang’ masjid adalah bagian petunjuk atau hukum Tuhan yang diturunkan pada alam semesta.

Seperti dalam surat Thaha 50, Musa berkata: “Tuhan kami ialah (Tuhan) yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu (makhluk) bentuk kejadiannya, kemudian memberinya petunjuk.”

Ibarat mobil, produsennya selalu memberi buku petunjuk sesuai dengan perilaku sistem mobil itu. Demikian juga alam semesta, Tuhan telah memberikan petunjuk bagaimana ciptaan-Nya menjalani kehidupan di dunia. Dan buku petunjuknya ada yang tercetak (ayat qauliyah, al-Quran) dan tidak tercetak (ayat kauniyah, hamparan jagat raya).

Petunjuk-petunjuk itu telah Tuhan tetapkan menjadi mekanisme alam semesta yang serba pasti, sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditakdirkan-Nya. “Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (al-Qamar 49).

Sebagai contoh, setiap benda yang ada di atas akan jatuh karena tertarik gravitasi bumi. Itulah kepastian atau takdir Tuhan yang diberlakukan. Apakah apel, juwet, atau durian, pasti akan jatuh ke tanah.

Tapi kenapa pesawat tidak jatuh dan malah bisa terbang? Jawabnya, karena penemunya belajar takdir Tuhan lainnya di alam semesta. Ada ilmu tentang gaya angkat (lift) dan gaya dorong (thrust) untuk melawan gaya gravitasi. Selain ada gaya hambat (drag) untuk menahan laju sehingga pesawat tetap bisa dikendalikan.

Baca Juga:  Muhammadiyah Jangan Abaikan 171 Juta Jamaah Internet

Alam Bersifat Pasti

Selain objektif, karakter alam semesta lainnya adalah pasti (exact), tidak berubah. Seperti peredaran matahari dan bulan. Petunjuk Tuhan itu Dia jelaskan dalam surat Yasin 38-39.

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.”

Dengan kepastian peredaran matahari, bumi, dan bulan, manusia bisa menentukan secara tepat kapan terjadinya gerhana matahari atau bulan: hari, jam, menit, dan detik bisa diprediksi dan terbukti tepat.

Manusia juga bisa menentukan kapan tanggal 1 Ramadhan, 1 Syawal, atau 1 Dzulhijah—tanggal-tanggal yang sangat penting bagi ibadah umat Islam, seperti yang dilakukan Muhammadiyah.

Dalam bahasa filosofis, dengan objektivitas dan kepastian itu sebenarnya alam semesta telah muslim, artinya pasrah dan tunduk kepada petunjuk dan takdir atau ketetapan Tuhan. Baca Ali Imran 83.

Ketundukan alam semesta itu dengan demikian memberi peluang bagi manusia untuk ‘menemukan’ ilmu pengetahuan. Seperti Isaac Newton yang ‘menemukan’ hukum gravitasi bumi dari jatuhnya apel atau Archimedes ‘menemukan’ ilmu setelah berendam di air.

Disebut ‘menemukan’—dengan tanda petik—karena sebenarnya sebelum Newton menemukan ilmu gravitasi, dari dulu apel kalau jatuh ya ke tanah, bukan ke langit. Demikian juga kalau kita nyemplung ke air maka akan ada gaya apung sebesar berat zat cair yang dipindahkannya, sebelum Archimedes merumuskan teorinya.

Ayat-ayat alam semesta telah dibeberkan oleh Tuhan sejak penciptaannya. Newton dan Archimedes hanyalah dua contoh orang yang berhasil memikirkan fenomena alam semesta (tafakur), sabagai salah satu ciri ulul albab.

Covid-19 Lahan Pengetahuan

Objektivitas dan kepastian alam semesta itu juga berlaku pada SARS-CoV-2—virus Corona terbaru penyebab Covid-19.

Secara objektif dia tidak hanya menyerang penduduk Wuhan yang komunis. Atau warga Brasil yang kafir. Tapi juga menyerang penduduk Muslim—termasuk Indonesa dan Arab Saudi—sebagai kaum beriman.

Covid-19 tidak hanya berpotensi menular pada ‘jamaah’ pasar dan mall, tapi juga bisa menjangkiti jamaah masjid atau gereja. Tidak hanya menyerang orang awam, tapi juga dokter dan tenaga kesehatan lainnya.

Kerena itu sebenarnya yang terpenting adalah mengkaji ‘petunjuk’ dan ‘takdir’ Tuhan yang ditetapkan pada virus ini. Sampai saat ini baru ilmu tentang bagaimana cara penularannya yang sudah ditemukan, meski belum seluruhnya terungkap.

Sayangnya, pengetahuan tentang itu masih banyak diabaikan, karena menganggap orang-orang beriman dan tempat-tempat suci tak akan tercemar olehnya. Bahkan masker dan jaga jarak dianggap sebagai bagian konspirasi.

Yang masih kita tunggu adalah penemuan-penemuan berkaitan dengan vaksin dan metode penyembuhan penyakit ini. Dari sebagian yang kita baca, usaha itu sudah dilakukan dan akan terus dilakukan, baik oleh ilmuan dalam negeri maupun luar negeri.

Usaha-usaha seperti itu akan melahirkan para peneliti virus Corona sebagai Newton dan Archimedes baru. Sebab tidak semua yang kejatuhan durian akan berpikir seperti Newton. Artinya tidak semua orang yang hidup di masa pandemi Covid-19 ini mendapat manfaat atau hikmah, apalagi menemukan ilmu baru.

Itulah mereka yang berpikir konspiratif: menghembuskan isu jika Covid-19 ini adalah rekayasa, dibesar-besarkan, dan lahan bisnis dunia kesehatan dan media. Sikap seperti ini akan menjadikan umat Islam selalu tertinggal. Mudah-mudahan kita tidak termasuk!

Semoga tulisan Masjid dan Objektivitas Covid-19 ini bermanfaat! (*)

Baca Juga:  Penanggalan Ibadah yang Kalah Populer
Tags: Mohammad Nurfatoni
Share259SendTweet162

Related Posts

Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual
Kolom

Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual

Minggu 17 Januari 2021 | 07:26
1.8k
Headline

Ini Kebijakan Muhammadiyah saat PPKM dan Fatwa Tarjih Vaksinasi Covid-19

Kamis 14 Januari 2021 | 14:26
1.2k
Sikap Resmi Muhammadiyah tentang Vaksinasi Covid-19
Kabar

Sikap Resmi Muhammadiyah tentang Vaksinasi Covid-19

Kamis 14 Januari 2021 | 11:44
1.1k
Jokowi Divaksin atau di Vaksin?
Kolom

Jokowi Divaksin atau di Vaksin?

Rabu 13 Januari 2021 | 14:02
1.1k
Kabar

Gap Berlapis dan Ketuarentaan Dini Lembaga Pendidikan

Rabu 16 Desember 2020 | 11:04
283
DNA Muhammadiyah, Bisakah Direkayasa Genetika?
Kolom

DNA Muhammadiyah, Bisakah Direkayasa Genetika?

Jumat 6 November 2020 | 16:02
253
Next Post
Benteng Khaibar tempat Rasulullah bertemu Shafiyah.

Shafiyah, Istri Nabi dari Kaum Yahudi

UM Jember Gelar Webinar Penguatan Emosi Positif

UM Jember Gelar Webinar Penguatan Emosi Positif

Syahadah Tahfidh SD Muga tanpa Wisuda

Syahadah Tahfidh SD Muga tanpa Wisuda

Kuliah hidup. Ali Murtadlo.

Mulailah dari Diri Kita untuk Berbuat Baik

Ilustrasi Dakwah Muhammadiyah ala Pak Panijo.

Dakwah Muhammadiyah Model Panijo

Discussion about this post

Ngaji Hadist

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu
Ngaji Hadits

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu

Jumat 15 Januari 2021 | 11:14
658

Wafatnya Ulama, Cara Allah Mencabut Ilmu. Syekh Ali Jaber salah satu ulama Indonesia yang telah wafat (Foto detik.com) Wafatnya Ulama,...

Read more
Semua Penyakit Ada Obatnya
Ngaji Hadits

Semua Penyakit Ada Obatnya

Jumat 8 Januari 2021 | 09:43
199

Semua Penyakit Ada Obatnya (ilustras freepik.com) Semua Penyakit Ada Obatnya ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more
Larangan Mencela Waktu
Ngaji Hadits

Larangan Mencela Waktu

Jumat 1 Januari 2021 | 09:43
371

Larangan Mencela Waktu (ilustrasi ilounge.com) Larangan Mencela Waktu ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami (Yamais), Masjid...

Read more
Keutamaan Amalan Nabi Daud
Ngaji Hadits

Keutamaan Amalan Nabi Daud

Jumat 25 Desember 2020 | 06:26
455

Keutamaan Amalan Nabi Daud (Ilustrasi freepik.com) Keutamaan Amalan Nabi Daud ditulis oleh Ustadz Muhammad Hidayatulloh, Pengasuh Kajian Tafsir al-Quran Yayasan Ma’had Islami...

Read more

Berita Terkini

Dua Catatan Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah atas Laporan Komnas HAM

Dua Catatan Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah atas Laporan Komnas HAM

Senin 18 Januari 2021 | 21:47
Guru besar UMY

Guru Besar UMY Jadi Ketua KY, Ini Pesan Haedar Nashir

Senin 18 Januari 2021 | 20:15
Ramanda Tauhid Wafat, HW Jatim Kembali Kehilangan Tokohnya

Ramanda Tauhid Wafat, HW Jatim Kembali Kehilangan Tokohnya

Senin 18 Januari 2021 | 19:57
Kritik Pemerintah, Busyro Muqqodas: Muhammadiyah Jangan Dianggap Musuh

Kritik Pemerintah, Busyro Muqqodas: Muhammadiyah Jangan Dianggap Musuh

Senin 18 Januari 2021 | 16:51
Dua Arus Pemikiran di Muhammadiyah

Dua Arus Pemikiran di Muhammadiyah

Senin 18 Januari 2021 | 15:40
Lomba Resensi E-book Smamsatu, Ini Pemenangnya

Lomba Resensi E-book Smamsatu, Ini Pemenangnya

Senin 18 Januari 2021 | 14:34
Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

Senin 18 Januari 2021 | 14:16
Dr Adriani Kadir

Dr Adriani Kadir, Pimpinan Aisyiyah Itu Wafat saat Gempa Mamuju Mengguncang

Senin 18 Januari 2021 | 10:30
Muhammadiyah Kirim Tim Medis ke Mamuju

Muhammadiyah Kirim Tim Medis ke Mamuju

Senin 18 Januari 2021 | 10:29
Risma lagi

Risma Lagi, Gaduh Lagi

Senin 18 Januari 2021 | 08:18

Berita Populer Hari Ini

  • Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    Haedar Nashir Ajak Belajar Ijtihad Politik Kasman Singodimedjo

    430809 shares
    Share 172324 Tweet 107702
  • Tiga Peristiwa Ini Tunjukkan Siapa Sebenarnya Syekh Ali Jaber

    21600 shares
    Share 8640 Tweet 5400
  • Kritik Pemerintah, Busyro Muqqodas: Muhammadiyah Jangan Dianggap Musuh

    3517 shares
    Share 1407 Tweet 879
  • Bantuan Gempa Mamuju Berdatangan

    3557 shares
    Share 1423 Tweet 889
  • Dr Adriani Kadir, Pimpinan Aisyiyah Itu Wafat saat Gempa Mamuju Mengguncang

    3016 shares
    Share 1206 Tweet 754
  • Tanggapan Muhammadiyah atas Hasil Investigasi Komnas HAM tentang Tewasnya Anggota FPI

    2979 shares
    Share 1192 Tweet 745
  • Muhammadiyah Bantu Banjir Kalimantan Selatan

    2873 shares
    Share 1149 Tweet 718
  • Risma Lagi, Gaduh Lagi

    1757 shares
    Share 703 Tweet 439
  • Guru Besar UMY Jadi Ketua KY, Ini Pesan Haedar Nashir

    1618 shares
    Share 647 Tweet 405
  • Bencana Bertubi-tubi dan Lima Kesadaran Spiritual

    1800 shares
    Share 720 Tweet 450
Pwmu.co | Portal Berkemajuan

pwmu.co Portal Berita dakwah berkemajuan di bawah naungan PT. Surya Kreatindo Mediatama.

Hubungi Kami

WA : 081233867797
Email :pwmujatim@gmail.com

Follow Us

  • Dewan Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • Info Iklan

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Featured
  • Khutbah
  • Musafir
  • Canda
  • Index
  • MCCC Jatim

© Pwmu.co - PT. Surya Kreatindo Mediatama