• Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
Senin, Juni 27, 2022
  • Login
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu
No Result
View All Result
PWMU.CO | Portal Berkemajuan
No Result
View All Result

Merebut Tafsir Pancasila Dimainkan PDIP lewat RUU HIP

Jumat 26 Juni 2020 | 07:29
4 min read
11.5k
SHARES
35.9k
VIEWS
Chusnul Mariyah. Merebut tafsir Pancasila lewat RUU HIP. (foto dokumentasi pwmu.co)
Chusnul Mariyah. Merebut tafsir Pancasila lewat RUU HIP. (foto dokumentasi pwmu.co)

PWMU.CO-Merebut tafsir Pancasila sedang dimainkan PDI Perjuangan dengan menyodorkan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) ke DPR. Tafsir Pancasila menurut pikiran Soekarno.

Hal itu disampaikan Prof Dr Chusnul Mariyah, dosen FISIP Universitas Indonesia, dalam diskusi virtual Menakar Urgensi Rancangan Undang-Undang RUU Haluan Ideologi Pancasila (RUU HIP) di Jakarta, Sabtu (20/6/2020).

Acara ini diadakan oleh Aliansi Perempuan Peduli Indonesia, Advokat Konstitusi dan Asosiasi Dosen Indonesia. Pembicara lainnya antara lain Dr Refly Harun (pakar hukum tata negara), Dr Abdurrakhman (Ketua Departemen Sejarah Universitas Indonesia), Dr Muhammad Hidayat Nur Wahid  (Wakil Ketua MPR RI), dan Dr Fadli Zon (DPR).

Chusnul Mariyah mengatakan, dulu Orde Baru mendominasi tafsir Pancasila, sekarang the ruling party, PDIP, apalagi ayahnya dari ketua partai yang berkuasa, maka direbut kembali tafsir Pancasila ini.

Itu tampak dari Pancasila bisa diperas menjadi Trisila yaitu sosio-demokrasi, sosio-nasionalisme, dan ketuhanan yang berkebudayaan. Ini masih bisa  diperas lagi menjadi satu kata Ekasila yaitu gotong royong. Ini pikiran Bung Karno saat pidato di BPUPKI. ”Kalau hanya gotong royong lalu tuhannya ditaruh di mana. Tafsir ini yang sedang diangkat kembali,” katanya.

Menurut Chusnul, dalam proses politik RUU HIP ini yang berkepentingan adalah rezim yang berkuasa hari ini, kemudian BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) yang juga bentukan dari rezim,  lalu juga presiden sendiri. Tiga oligarki politik ini yang menguasai proses RUU.

Low Trust Politic

Lahirnya RUU ini, sambung dia, tak lepas dari konteks politik global tentang isu terorisme, deradikalisasi, islamofobia yang diserap jadi konteks politik domestik. Di Indonesia muncul tuduhan intoleransi, radikal, sektarian, anti bhinneka, anti Pancasila. Dulu muncul jargon: ”Saya Pancasila” langsung diucapkan presiden. 

”Kalau Anda melawan rezim maka Anda dianggap melawan Pancasila. Dalam kondisi low trust politic seperti ini, diam-diam membuat satu kesepakatan RUU HIP padahal tidak ada urgensi, tidak ada konsultasi publik, tidak ada konsultasi akademik mendalam, karena kita semua sedang melawan covid-19,” ujarnya.

Dia mempertanyakan, apakah ini suatu politik balas dendam karena sebentar lagi tidak boleh lagi ikut Pemilihan Presiden. ”Kalau kita kembali lagi ke dalam bangunan politik, jangan-jangan kembali lagi sosialisasi pemikiran Soekarno, dengan mengabaikan sejarah Piagam Jakarta. Referensinya hanya tulisan Soekarno tentang Revolusi Sosialisme Pimpinan,” tuturnya.

Dia mengatakan, pembuat draft RUU ini sama sekali ahistoris. Sebagai dasar negara, Pancasila itu posisinya adalah menjadi hukum tertinggi.  Tempatnya dalam Pembukaan UUD 1945. Kalau dibuat UU maka hiraki hukum jadi berantakan.

Lantas kenapa suara paling keras menentang RUU HIP datang dari kelompok Islam? Menurut dia, karena RUU ini mengabaikan sejarah lahirnya Piagam Jakarta. Apalagi selama rezim ini berkuasa kekuatan politik Islam didholimi, ulamanya dipersekusi, dipidanakan, kemudian mengkritisi rezim ditangkap.

”Saya sarankan kepada pejuang Islam, Anda tidak perlu bikin negara baru negara Islam, khilafah, tapi rebut tafsir Pancasila sebagai tafsir negara Islam, seperti tafsir negara Perjanjian Madinah di era politik modern,” tandasnya.

Kontestasi tafsir ini selalu bersinggungan dengan kontestasi politik. Tak masalah dengan munculnya identitas agama, identitas budaya, etnik. Dalam ilmu politik itu biasa. ”Paling ada yang mengatakan itu primordial, mundur. Kata siapa? Anda cek di Amerika ada kekuatan politik kelompok Yahudi, Katolik, Nasrani. Model demokrasi ala Amerika sama saja,” paparnya.

Politik Balas Dendam

Komentar Sekjen PDIP yang mau menerima Tap MPRS No. XXV/1966 menjadi konsideran RUU tapi ada transaksinya, dia masukkan dilarang berbicara khilafahisme, kata Chusnul, makin jelas sasaran RUU seperti upaya balas dendam.

”Apa itu khilafah? Yang sekarang kita praktikkan di Indonesia ini model khilafah mana? Kalau Anda melarang agama dipisahkan dengan negara, agama dipisahkan dengan politik itu namanya Khilafah Kristen Protestan, cara berpikir negara Barat. Weberian. Tapi Katolik Vatikan tidak memisahkan. Anda kalau Katolik, Anda lahir, Anda dibaptis, otomatis menjadi warga negara Vatikan juga. Jadi dobel warga negara,” terang dia.  

Diterangkan, khilafah itu masalah kepemimpinan, khilafah itu sistem pemerintahan. Kenapa ada usulan dilarang bicara khilafah. Padahal Russeau yang ahli pemerintahan dari Barat, Katolik, yang terkenal dengan teori Kontrak Sosial berpendapat bahwa pemerintahan yang terbaik dipraktikkan adalah di Madinah oleh Nabi Muhammad.

Tap MPRS No. XXV itu tentang pembubaran PKI dan larangan menyebarkan paham komunisme. ”Siapa yang diuntungkan kalau tidak masuk di RUU? Apakah ada kekhawatiran pemikiran-pemikiran Soekarno yang bersinggungan dengan komunisme seperti Marhaenisme itu,” katanya.

Dia juga mempertanyakan, apakah RUU ini tes untuk umat Islam. ”Hari ini kalau masjid dikuasai, pesantren diawasi, ulama dipersekusi, sampai Ketuhanan Yang Mahaesa pun diganti dari Pancasila ke Ekasila, tindakan apalagi yang kita lakukan, hanya satu kata lawan,” selorohnya.

Maksudnya, dia menambahkan, anda harus rebut diskursus Pancasila itu. Anda harus merebut tafsir Pancasila itu sesuai dengan bagaimana para tokoh Islam memperjuangkan Ketuhanan Yang Mahaesa, Piagam Jakarta, Pancasila yang disahkan 18 Agustus 1945. (*)

Penulis Qosdus Sabil Editor Sugeng Purwanto

Tags: BPUPKIChusnul MariyahKHILAFAHPancasilaPDIPPolitik balas dendamQosdus SabilRUU HIPTafsir PancasilaTrisila
SendShare4595Tweet2872Share

Related Posts

Piagam Jakarta Sumber Pancasila

Rabu 22 Juni 2022 | 09:07
5.3k

M Rizal Fadillah Piagam Jakarta Sumber Pancasila oleh M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan....

Menteri Zulkifli Hasan dan Nasib PAN

Selasa 21 Juni 2022 | 15:53
839

Zulkifli Hasan Menteri Zulkifli Hasan dan Nasib PAN oleh Qosdus Sabil, Analis  Kebijakan Publik Indostrategi...

Bukti Pancasila Sudah Dipraktikkan di Pesantren

Jumat 3 Juni 2022 | 22:48
31

Qais Zauqi menyampaikan amanah pada upacara peringatan Hari Lahir Pancasila. Bukti Pancasila Sudah Dipraktikkan di...

Farid Fathoni AF Kader Autentik, Anggun Moral Unggul Intelektual

Minggu 8 Mei 2022 | 19:49
650

Farid Fathoni AF (kedua dari kiri) bersama Yahya Muhaimin (ketika dari kiri) dalam Musyda XIV...

Cha Guan Sekul

Senin 25 April 2022 | 13:39
91

Daniel Mohammad Rosyid Cha Guan Sekul oleh Daniel Mohammad Rosyid, guru besar ITS dan Ketua...

Keakraban yang Hilang karena Buzzer

Jumat 26 November 2021 | 07:57
227

Daniel Mohammad Rosyid Keakraban yang Hilang karena Buzzer oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS...

Tantangan Dakwah Muhammadiyah Era Digital di Usia 109 Tahun

Sabtu 13 November 2021 | 07:59
413

Aji Damanuri Tantangan Dakwah Muhammadiyah Era Digital di Usia 109 Tahun oleh Aji Damanuri, dosen...

Mendompleng Hari Pahlawan

Minggu 7 November 2021 | 18:36
180

Daniel Mohammad Rosyid Mendompleng Hari Pahlawan oleh Daniel Mohammad Rosyid, Guru Besar ITS dan Ketua...

Patung Soekarno Bisa Jadi Bumerang

Jumat 29 Oktober 2021 | 10:27
4.4k

Patung Soekarno berdoa di Bandar Lampung. (foto lampost) Patung Soekarno Bisa Jadi Bumerang oleh M...

Merebut Tafsir Pancasila Diluncurkan Dosen UMM

Selasa 26 Oktober 2021 | 11:08
604

Nurbani Yusuf bersama buku Merebut Tafsir Pancasila. PWMU.CO- Merebut Tafsir Pancasila buku baru yang diluncurkan...

Discussion about this post

Populer Hari Ini

  • Mengenal Lebih Dekat Pasangan

    24403 shares
    Share 9761 Tweet 6101
  • Letkol HS Prodjokusumo sang Pendiri Kokam, Ini Lima Idenya untuk Muhammadiyah

    3377 shares
    Share 1351 Tweet 844
  • Sekolah Hafidh Wisuda Lulusan, Ada Rekomendasi ke Sini

    1448 shares
    Share 579 Tweet 362
  • Belajar IKM di Smamsatu Gresik, Smansa Bojonegoro Kagum Ini

    992 shares
    Share 397 Tweet 248
  • Narkoba Bentuk Baru, Waspada!

    631 shares
    Share 252 Tweet 158
  • Anak Panti Ini Diterima di Teknik Kimia UPN, Orangtuanya Sujud Syukur

    432 shares
    Share 173 Tweet 108
  • Anies Baswedan pada Wisudawan Spemdalas: Mau Jadi Permata atau Batu Bara

    204 shares
    Share 82 Tweet 51
  • Naik Drastis, 29 Siswa Smamsatu Lolos SBMPTN 2022

    12832 shares
    Share 5133 Tweet 3208
  • Kepala SD Muhita Jadi Doktor, Begini Disertasinya

    136 shares
    Share 54 Tweet 34
  • Belajar Sekolah Adiwiyata, SD Muhita Kunjungi SD Muhasa

    702 shares
    Share 281 Tweet 176

Berita Terkini

  • Sekolah Hafidh
    Sekolah Hafidh Wisuda Lulusan, Ada Rekomendasi ke SiniMinggu 26 Juni 2022 | 21:16
  • Famgath
    Famgath Always Together sampai AkhiratMinggu 26 Juni 2022 | 20:00
  • Kisah Aulia Rahma, hafidha yang membuat ketua PDM ini menangis. Liputan Muhammad Syaifudin Zuhri, kontributor PWMU.CO Surabaya.
    Kisah Aulia Rahma, Hafalan Al-Qurannya Bikin Ketua PDM Ini MenangisMinggu 26 Juni 2022 | 19:56
  • MIM Perante Boyong Empat Juara Tapak Suci di MadiunMinggu 26 Juni 2022 | 19:55
  • Dongeng Spesial Belajar dari Semut yang SombongMinggu 26 Juni 2022 | 19:48
  • Narkoba bentuk baru
    Narkoba Bentuk Baru, Waspada!Minggu 26 Juni 2022 | 18:40
  • Liburan Sekolah, Anak-Anak Kramat Menghafal Al-QuranMinggu 26 Juni 2022 | 18:34
  • Gebyar MOC 2022 SMP Musasi, salah satu tampilannya atraksi yoyo. Liputan Callysta Nafa A-Adistya Marella K, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
    Gebyar MOC di SMP Musasi, Ada Atraksi YoyoMinggu 26 Juni 2022 | 18:27
  • TK Aisyiyah Kuniran
    TK Aisyiyah Kuniran Buka Pentas dengan Jaran KepangMinggu 26 Juni 2022 | 17:03
  • Kepala Dinas KBPPA Gresik: Pendidikan Karakter Spemdalas, Lanjutkan!Minggu 26 Juni 2022 | 15:22

Hubungi Kami

WA : 0858-5961-4001
Email :pwmujatim@gmail.com
  • Dewan Redaksi dan Alamat
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

No Result
View All Result
  • Home
  • Kabar
  • Kajian
  • Kolom
  • Feature
  • Musafir
  • Khutbah
  • Canda
  • Ngaji Hadits
  • Kajian Ramadhan
  • Index
  • Mediamu

© 2021 pwmu.co - PT Surya Kreatindo Mediatama.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In