Jadi Katedral Masjid Cordoba Tak Seberuntung Hagia Sophia, kolom oleh Prima Mari Kristanto. warga Muhammadiyah, tinggal di Kota Lamongan.
PWMU.CO – Ahmad Mahmud Himayah dalam kitab Al-Andalus Hal Ta’udu—Kebangkitan Islam di Andalusia—mengisahkan bahwa tepat pada gerbang Masjid Raya Cordoba tertulis bait berbahasa Arab. Berisi kaligrafi model Kufi. Yang artinya “Cordova Medan Tempur dan Perjuangan, Sumber Hikmah Murni dan Ilmu Pengetahuan”.
Bait yang tertulis pada perisai tersebut sekaligus sebagai visi peradaban yang hendak dibangun dan diperjuangkan penguasa baru Andalusia. Setelah 45 tahun masuknya Thariq bin Ziyad,Tharif bin Malik dan Musa bin Nushair pada tahun 711 Masehi.
Masjid Raya Cordoba sebagai gagasan Abdurrahman bin Muawiyah yang bergelar “Ad Dakhil”. Pangeran Daulah Umaiyah yang memasuki Andalusia tahun 756 setelah mengembara selama 6 tahun dari pusat istana di Damascus. Sebatang kara meninggalkan istana di Damascus pada usia 19 tahun, dia berhasil memimpin Andalusia pada usia 25 tahun.
Masjid Rintisan
Sebagaimana tertulis dalam sirah, Rasulullah SAW dan sahabat bergegas mendirikan masjid ketika tiba di Madinah. Masjid Rasulullah yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi menjadi simbol dan pusat membangun peradaban. Adapun peradaban Islam di Andalusia baru menemui titik terang bersamaan dengan rintisan pendirian Masjid Raya Cordoba pada tahun 756 Masehi.
Awal pendirian Masjid Raya Cordoba disebut masjid rintisan karena dibangun secara bertahap berdampingan dengan gereja San Vicente dengan membeli sebagian lahan gereja.
Hingga 30 tahun kemudian pada tahun 786 Masjid Raya Cordoba dibangun secara besar-besaran setelah pihak gereja merelakan puing-puingnya dibeli oleh amir Andalusia. Uang dinar emas sebesar 100.000 sebagai harga yang disepakati oleh Amir Andalusia dengan pihak eks.gereja San Vicente.
Masjid Raya Cordoba bukan sekedar tempat ibadah, melainkan pusat peradaban “baru” untuk memperbaiki tanah air bangsa Vandal yang masih terbelakang. Islam bisa diterima bahkan mengakar di Andalusia karena menyajikan alternatif yang lebih sehat pada masyarakat yang terjebak dalam sistem sosial yang koruptif serta mengalami dekadensi moral.
Cordoba sebagai pusat perjuangan berusaha mempertahankan wilayahnya dari gangguan pihak luar. Sebagai sumber hikmah murni dan ilmu pengetahuan. Cordoba berusaha sekuat tenaga menjadikan masyarakat Andalusia bebas dari buta huruf.
Jose McCabe dalam bukunya The Moorish Civilization in Spain menuliskan, sebuah aib jika ada petani Muslim tidak bisa membaca dan menulis. Sementara di zaman yang sama, raja-raja Eropa tidak mampu menulis nama mereka sendiri.
Lahirnya Ilmuan Muslim
Selanjutnya bukan sekadar kemampuan membaca dan menulis yang dihasilkan masyarakat Andalusia, melainkan ilmu-ilmu pengetahuan modern.
Ilmu kedokteran, astronomi, teknologi, pertanian dan lain-lain sebagai hasil silaturahmi dengan peradaban Islam lainnya di Baghdad atau dengan peradaban Kristen Katolik di Yunani dan Romawi.
Ilmu-ilmu pengetahuan dari Yunani dan Romawi yang masih berupa filosofi atau pengetahuan dasar disempurnakan oleh imuwan-ilmuwan muslim baik di Baghdad maupun Cordoba.
Ilmuwan-ilmuwan Muslim ternama Andalusia antara lain Abu Qasim al-Zahrawi bidang kedokteran bedah, Abbas bin Firnas bidang teknologi penerbangan. Ada Abu Marwan bin Zuhr bidang ilmu penyakit, asy-Syarif al-Idrisi ilmuwan bidang geografi, Ibnu Rusyd bidang filsafat dan masih banyak lagi.
Selain ilmu pengetahuan alam dan sosial serta filsafat, tidak ketinggalan ilmu-ilmu al-Quran dan Hadits juga berkembang di Andalusia. Ulama ternama Andalusia antara lain Abu Al-Walid al-Baji bidang hadits, Ahmad bin Abdullah bin Dzakwan, dan lain-lain.
Kejayaan Islam yang melahirkan ilmu pengetahuan modern mendorong orang-orang dari negara lain di Eropa datang ke Andalusia. Tidak hanya Cordoba, pusat ilmu pengetahuan lainnya berkembang di Toledo dan Sevilla.
Selain datang untuk belajar, para pendatang juga menterjemahkan kitab-kitab penting bidang teknologi dan sosial yang semuanya tertulis dalam bahasa dan huruf Arab. Periode yang panjang bagi bangsa-bangsa Eropa untuk mentransfer ilmu pengetahuan dari Muslim Andalusia pada masa sebelum dan sesudah kejayaan ilmu pengetahuan abad ke-10 sampai abad ke-13.
Dampak Perpecahan
Sungguh disayangkan ketika tiba masa melemahnya generasi penerus di Andalusia. Perpecahan dan pertikaian memperebutkan kekuasaan sangat memudahkan pihak-pihak yang tertarik dengan kemajuan Andalusia untuk menguasai.
Termasuk yang kemudian dialami Masjid Raya Cordoba harus menerima nasib diubah menjadi Katedral La Mezquita pada tahun 1236 sampai hari ini. Perpecahan dan pertikaian internal terus berlanjut hingga menyisakan satu wilayah saja yaitu Granada yang ikut dikuasai Spanyol tahun 1492.
Masjid Raya Cordoba dan masjid-masjid lain di Spanyol belum seberuntung Masjid Hagia Sophia di Istanbul Turki yang kembali difungsikan sebagai masjid setelah dijadikan museum. Masjid Raya Cordoba peninggalan masa kejayaan Islam di wilayah Maditerania meliputi Portugal, Spanyol, dan sebagian Perancis.
Andalusia dalam naungan Islam diyakini sebagai peradaban Islam dan peradaban dunia terbaik setelah peradaban yang dibangun Rasulullah SAW bersama sahabat di Madinah.
Kembalinya Hagia Sophia menjadi masjid semoga menjadi simbol bangkitnya peradaban Islam secara lebih luas. Bukan sekadar simbol penaklukan Islam pada pihak lawan dengan jalan perang.
Peradaban Islam bisa bangkit di mana saja. Tergantung visi umat Islamnya dalam mengusahakan terwujudnya umat Islam berkemajuan secara sungguh-sungguh. Dengan izin Allah SWT kejayaan peradaban Islam bisa tumbuh kembali di Turki bahkan di Indonesia. Wallahu’alam bi ash shawab.
Editor Mohammad Nurfatoni.