PWMU.CO– Masjid Nabawi di Madinah ternyata pernah dipakai tempat shalat kaum Kristen Najran ketika rombongan ini terdiri 14 orang mengunjungi Nabi Muhammad saw.
Ibnu Ishaq dan Sirahnya menceritakan, delegasi Najran tiba di tempat Rasulullah saw diterima di Masjid Nabawi usai waktu Ashar. Mereka mengenakan pakaian bergaris-garis, dan berwarna-warni indah seperti yang biasa dikenakan orang-orang Bani Al-Harits bin Ka’ab.
Sampai-sampai ada sahabat yang melihat mereka berkomentar, ”Kami belum pernah melihat delegasi seperti mereka sebelum ini.”
Nama-nama delegasi Kristen Najran adalah Al-Aqib Abdul Masih, As-Sayyid Al-Aiham, Abu Haritsah bin Alqamah, Aus, Al-Harits, Zaid, Qais, Yazid, Nabaih, Khuwailid, Amr, Khalid, Abdullah, dan Johannes.
Ketika waktu shalat mereka telah tiba, mereka langsung berdiri di masjid kemudian shalat Kristen. Mereka shalat menghadap ke timur. Rasulullah berkata, ”Biarkan mereka shalat.”
Sayangnya, riwayat ini tidak menjelaskan secara rinci tata cara shalat Kristen Najran di zaman itu. Tapi merujuk penjelasan Alkitab, tata cara shalatnya berdiri, rukuk, dan sujud disertai pujian-pujian.
Tentang mizrah atau kiblat shalat, awal mulanya mereka menghadap arah ke Baitul Maqdis di Yerusalem mengikuti orang-orang Yahudi. Tapi sejak Palestina dikuasai bangsa Rumawi tahun 70 M, Baitul Maqdis dihancurkan. Sejak itu orang-orang Kristen membuat kiblat sendiri dan memilih kiblat ke arah timur berdasarkan Yehezkiel 43: 2-4, Yehezkiel 44: 1, Kejadian 2: 8.
Kiblat dan shalat ini dipertahankan oleh penganut Kristen Ortodok, Koptik, dan sebagian kecil Nestorian. Penganut Kristen Katolik, Protestan, dan gereja dari Eropa meninggalkan ajaran ini dan menciptakan ibadah baru.
Dialog Ketuhanan Isa
Usai shalat, orang Najran menunjuk rahib Abu Haritsah bin Alqamah, Al-Aqib Abdul Masih, dan As-Sayyid-Aiham sebagai juru bicara. Mereka mengajak dialog ketuhanan Isa adalah Allah. Mereka juga berkata, Isa adalah salah satu dari tiga tuhan.
Rahib-rahid itu berhujjah bahwa Isa bisa menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, menjelaskan hal-hal yang gaib, dan menciptakan burung dari tanah kemudian meniupnya hingga menjadi burung. ”Itu semua adalah tugas Allah dan Allah menjadikannya sebagai bukti kekuasaanNya bagi manusia,” kata orang Najran.
Mereka juga berdalil, Isa tidak mempunyai ayah. Hujjah lainnya dengan firman Allah, Kami berbuat, Kami memerintahkan, Kami mencip takan, dan Kami memutuskan.
Mereka menambahkan, jika Allah itu satu. ”Aku berbuat, Aku memerintahkan, dan Aku mencip-takan. Namun tuhan itu adalah Dia sendiri, Isa, dan Maryam.”
Nabi Muhammad menjawab mereka dengan wahyu yang diturunkan dalam surat Ali Imron ayat 1-80. Surat ini menjelaskan tentang siapa diri Tuhan, kitab yang diturunkan, Islam sebagai agama pilihan, juga kisah tentang keluarga Imron, Nabi Zakariya, Maryam, dan kelahiran Isa.
Setelah menjelaskan itu kemudian Nabi mengajak mereka masuk Islam. Mereka menjawab, ”Kami telah masuk Islam.”
Rasulullah berkata, ”Kalian berdua belum masuk Islam.”
Mereka menjawab lagi,”Sungguh kami telah masuk Islam sebelum kamu.”
Rasulullah berkata,”Kalian berkata dusta. Kalian terhalang masuk Islam karena mengatakan bahwa Allah mempunyai anak, karena kalian berdua menyembah salib, dan karena kalian berdua memakan babi.”
Rahib itu berkata,”Kalau begitu siapa ayah Isa, wahai Muhammad?” Rasulullah diam tidak menjawab pertanyaan rahib tersebut.
Diajak Mubahalah
Pembicaraan terhenti karena orang Najran tetap dengan pendapatnya. Nabi juga dengan pendapatnya. Kemudian Nabi mengajak mubahalah jika benar pendapat mereka. Orang-orang Kristen Najran meminta waktu untuk membicarakan.
”Hai Abu Al-Qasim, berilah kami waktu untuk memikirkan urusan kami. Setelah itu, kami akan datang kepadamu dengan membawa jawaban atas ajakanmu kepada kami.”
Setelah itu, mereka keluar menemui Al-Aqib, salah seorang tokoh berpengaruh mereka. Mereka berkata kepada Al-Aqib, ”Wahai Abdul Masih, bagaimana pendapatmu?”
Al-Aqib menjawab,”Hai orang-orang Kristen, sungguh kalian telah mengetahui bahwa Muhammad adalah nabi yang diutus, dan sungguh ia telah datang kepada kalian dengan membawa jawaban final tentang nabi kalian. Kalian telah mengetahui jika salah satu kaum mengadakan adu laknat dengan nabi, semua orang dewasa mereka mati, dan anak-anak mereka tidak lahir. Sesungguhnya adu laknat itu akan menghabiskan kalian, jika kalian melakukannya. Jika kalian ingin bertahan memeluk agama kalian, dan mempertahankan pendapat kalian tentang nabi kalian, berdamailah dengan orang tersebut. Setelah itu, pulanglah kalian ke negeri kalian.”
Mereka menghadap Rasulullah lagi. ”Hai Abu Al-Qasim, kami memutuskan tidak mengadakan adu laknat denganmu. Membiarkanmu memeluk agamamu, dan kami tetap memeluk agama kami. Namun kirimkan kepada kami salah seorang dari sahabat-sahabatmu yang engkau ridhai untuk kami agar ia memutuskan seluruh perkara kekayaan kami. Sesungguhnya kalian diterima di sisi kami.”
Rasulullah meminta mereka menemuinya lagi sore dan berjanji kirim orang kuat dan tepercaya bersamanya. Usai shalat Duhur, Rasulullah menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah. ”Hai Abu Ubaidah, pergilah kamu bersama orang-orang Kristen, kemudian putuskan dengan benar apa saja yang mereka perselisihkan.”
Membaca urutan waktu dalam kisah ini sepertinya dialog berjalan mulai Ashar hingga malam. Ada diceritakan ada waktu Duhur, berarti esoknya. Dan Nabi meminta kepada orang Najran agar datang lagi sore hari untuk memberitahu orang yang dikirim untuk hakim di antara mereka. (*)
Editor Sugeng Purwanto