PWMU.CO – Jihad digital. Itulah istilah yang sangat kontekstual belakangan ini. Maksudnya adalah memanfaatkan aneka situs jejaring sosial, utamanya Facebook dan Twitter, sebagai sarana dakwah, jalan jihad atau berjuang di jalan agama.
Jihad digital, utamanya, dapat dilakukan dengan menulis. Sudah jamak kita saksikan berbagai tulisan yang diunggah di sosmed. Mulai dari yang bermuatan hikmah hingga yang berbau sampah. Jihad digital berarti menyediakan tulisan-tulisan yang mencerahkan dan mencerdaskan.
(Baca: Muhammadiyah Jatim Lahirkan Mujahid Digital dan Mencerdaskan Masyarakat Melalui Jihad Digital)
Namun, jika berat untuk menulis, jihad digital bisa pula dilakukan dengan mengunggah gambar atau video. Suara dan meme juga boleh. Asalkan berisi ajakan atau dorongan untuk berbuat baik. Jihad digital, dengan demikian, bermakna pula menyajikan postingan-postingan bermutu dan bermanfaat bagi netizen.
Di era sekarang, jihad digital adalah keniscayaan. Siapa menolak, segera akan tergilas roda zaman. Kini, lahan jihad semakin luas. Bukan lagi sebatas pergi berperang. Apalagi menebar teror sana-sini atau menghancurkan tempat-tempat yang dipandang maksiat. Dua yang disebut terakhir itu bukan jihad.
(Baca juga: Ternyata, Menulis Berita Butuh Rukun Iman)
Jihad digital haruslah menebarkan kebaikan sebanyak mungkin. Melalui teknologi canggih. Istilah ini bukan untuk gagah-gagahan, melainkan alternatif dakwah masa kini. Nah, sekarang yuk menjadi mujahid digital. Selain keren, mujahid digital juga dikenal berwawasan luas, karena gemar membaca dan menulis. (*)
Catatan M Husnaini, penulis buku inspiratif yang tinggal di Solokuro, Lamongan