H Kemas Aman wafat tinggalkan teladan bagi anak-anaknya. Juga bagi masyarakat Bawean dan warga Muhammadiyah.
PWMU.CO – Innalilahi wainna ilaihi rajiun. Tokoh Muhammadiyah Pulau Bawean H Kemas Aman wafat di usia 75 tahun tepat di HUT Ke-75 Republik Indonesia, Senin 17 Agustus 2020.
Sebelum tutup usia, Kemas Aman menjalani perawatan selamat tiga hari di RSUD Umar Mas’ud Bawean dan delapan hari di RSUD Ibnu Sina Gresik.
Menurut Kemas Saiful Rizal, anak keduanya, Kemas Aman menderita penyakit kencing manis sejak tahun 1992. “Ayah mengalami kondisi kesehatan yang menurun sejak Januari 2020,” ujarnya pada PWMU.CO, Selasa (18/8/2020).
“Puncaknya sejak dua pekan terakhir ayah mengalami stroke yang menyerang saraf menelannya, sehingga tidak bisa makan atau minum sedikit pun. Kalau ada cairan (air minum) sedikit pasti tersedak. Tidak bisa masuk, apalagi makanan,” ungkapnya.
Perintis Kapal Gresik-Bawean
Kemas Aman muda juga dikenal sebagai pengusaha kapal. Pada tahun 1970, saat berusia 25 tahun, dia menjadi perintis kapal mesin penyeberangan Bawean-Gresik dengan mengoperasikan Perahu Layar Motor (PLM) Harapan Bhakti.
Sebelum itu penyeberangan Bawean-Gresik hanya dilayani perahu layar (tanpa mesin) yang membutuhkan waktu 1-2 hari/malam. Itupun tergantung arah dan kecepatan angin. Jadwal pelayaran pun belum tentu ada setiap pekan.
“Sejak ayah mengoperasikan PLM Harapan Bhakti penyeberangan Bawean Gresik bisa terjadwal sepekan sekali. Berangkat dari Bawean pukul 4 sore sampai di Gresik pukul 7 pagi. Demikian pula sebaliknya,” terang ASN di Bappeda Kabupaten Gresik itu.
Sukses dengan PLM Harapan Bhakti, Kemas Aman membuat kapal kedua PLM Tirta Bhakti. Jalur yang dilayani bukan hanya Bawean-Gresik tetapi juga Bawean-Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Juga Pulau Bangka dan Belitung.
Tidak hanya mengangkut penumpang. PLM Tirta Bhakti juga membawa ternak sapi dari Pulau Bawean untuk diperdagangkan di Tanjungpinang atau Pulau Bangka dan Belitung.
“Cerita ini sudah saya dengar sejak kecil dan diperkuat lagi cerita ibu kepada saya beberapa hari sebelum ayah meninggal,” kata Kemas Saiful Rizal.
Aktivis Muhammadiyah
Kemas Aman lahir di Pulau Bawean, Gresik 21 Oktober 1945. Dia wafat meninggalkan seorang istri, H. Kamariyah (63) dan empat orang anak. Yaitu Nyimas Muthmainnah AMd (46), Kemas Saiful Rizal, SE (44), Nyimas Indah Amilah SSi Apt (41), dan Kemas Husnul Yakin (40). Dari empat anaknya itu, dia dikaruniai delapan cucu.
Sejak muda dia menjadi aktivis Muhammadiyah. Lulus dari Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, tahun 1966 dia lalu meneruskan pendidikan di FIAD Universitas Muhammadiyah Surabaya selama satu tahun. “Ayah juga pernah ambil kursus pelayaran,” kata Saiful Rizal.
Di Muhammadiyah Kemas Aman aktif sebagai mubaligh. Pada tahun 1995-2000 dia menjabat Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Sangkapura.
Setelah tidak lagi menjadi Ketua PCM Sangkapura, Kemas Aman dipercaya sebagai Ketua Baitul Maal Muhammadiyah Sangkapura yang bertugas menyokong kelangsungan pendidikan Muhammadiyah di Sangkapura.
Kemas Aman juga tercatat sebagai ketua panitia pembangunan berbagai proyek amal. Seperti pembangunan sekolah dan masjid di lingkungan Muhammadiyah. Juga pembangunan mushala milik kampung.
Tak hanya itu, Kemas Aman juga pernah meminjamkan rumah miliknya yang baru dibangun untuk dipakai Balai Kesehatan Islam (Bakis) yang didirikan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sangkapura.
Rumah itu dipinjamkan selama sembilan tahun yaitu sejak tahun 1987 hingga 1996 ketika Bakis sudah punya gedung sendiri. Saat rumahnya dipakai Bakis, keluarganya tetap tinggal di rumah lama, peninggalan kakek dari ibu yang berlokasi di sebelah rumah baru itu.
Menurut Saiful Rizal, peminjaman rumah itu menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi anak-anak Kemas Aman.
Teladan Perjuangan Terbaik
Kegetolan Kemas Aman dalam berjuang menjadi teladan bagi anak-anaknya. “Ayah merupakan orang yang banyak memberi teladan, khususnya dalam berjuang di Muhammadiyah. Teladan utama dari ayah adalah mudahnya beliau dalam berinfak dan berzakat,” kata Siaful Rizal.
Keteladanan Kemas Aman itu pula yang membentuk kepribadian anak-anaknya. Mereka berhasil mewarisi etos perjuangan ayahnya: menjadi aktivis Muhammadiyah.
Nyimas Muthmainnah misalnya. Dia adalah Ketua Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah Sangkapura. Kemas Husnul Yakin menjadi Ketua Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah Sangkapura.
Sedang Kemas Saiful Rizal adalah Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Gresik periode 2010-2014. Kini—sejak tahun 2010—dia sebagai Sekretaris Lazismu Gresik.
“Mungkin berkah atas jiwa berinfak ayah, kami anak-anaknya diber kemudahan hidup,” kata Saiful Rizal. Dia mencontohkan, anak pertama, kedua, dan ketiga yang dengan mudah diterima menjadi aparatur sipil negara (ASN) secara berturut-turut tahun 2005, 2006 dan 2007.
Maka jangan heran jaka setiap tamu-tamu penting Muhammadiyah yang berkunjung ke Pulau Bawean sering diinapkan di rumah anak-anak H Kemas Aman. (*)
Penulis/Editor Mohammad Nurfatoni.