Pemburu Hadiah Mengejar Nabi satu fragmen perjalanan hijrah ke Madinah dihadang orang yang ingin menangkapnya.
PWMU.CO-Orang-orang Quraisy gusar ketika kehilangan jejak Rasulullah saw yang telah lolos keluar dari kota Mekkah. Untuk mencegat perjalanan hijrah ke Madinah, orang Quraisy mengumumkan sayembara siapa yang bisa menangkap Nabi disediakan hadiah seratus ekor unta.
Buku Kisah Dramatik Hijrah menerangkan, pengumuman sayembara itu tersebar ke pelosok jazirah sejak Rasulullah dan Abu Bakar menginap di gua Tsur selama tiga hari. Hadiah sebesar itu menarik minat banyak orang. Tak pelak beberapa pemburu hadiah mencari-cari informasi ke tempat-tempat persinggahan dan menghadang Nabi di jalur perjalanan menuju ke Yatsrib.
Sejauh itu rombongan hijrah Nabi saw lolos dari para pemburu hadiah dengan mengambil jalur yang jarang dilewati kafilah dengan panduan Abdullah bin Uraiqith.
Dari gua Tsur, pemandu jalan Abdullah bin Uraiqith langsung melintasi Mekkah Bawah menuju pesisir hingga sampai di Usfan Bawah. Dari situ mengambil jalur ke Amaj Bawah terus melewati Qudaid, Al Kharar, Tsaniyatul Marrah dan sampai ke Liqf.
Ketika melintasi daerah bernama Hay Madzlaj, seorang penduduk setempat melaporkan kepada kaumnya yang sedang berkumpul bahwa dia melihat bayangan orang yang jauh melewati jalur pantai. ”Saya kira itu Muhammad dan temannya,” katanya.
Seorang warga bernama Suraqah bin Malik mendengar laporan itu mencoba mengalihkan perhatian agar orang banyak tak tertarik membahasnya. ”Bukan. Mereka mungkin orang dari bani si fulan mencari barangnya yang hilang,” ujar Suraqah.
Orang yang melapor tadi mengiyakan. ”Mungkin saja begitu,” katanya.
Terjatuh Dua Kali
Namun Suraqah bin Malik diam-diam pulang. Dia menyuruh keluarganya menyiapkan kuda dan senjata di suatu tempat yang tak menarik perhatian orang. Kemudian dia pakai baju besinya dan mendatangi kudanya. Suraqah ternyata ingin menangkap sendiri Nabi Muhammad dan tergiur dengan hadiahnya.
Maka dipacu kudanya cepat-cepat menyusuri jalur pantai seperti dikatakan orang tadi. Di saat kudanya berlari kencang tiba-tiba dia tergelincir dari pelana dan jatuh. Dengan kesakitan dia bangkit dan naik kembali ke kudanya menyusuri jejak. Hadiah seratus unta telah membakar tekadnya mengabaikan rasa sakit habis terjatuh.
Usahanya tidak sia-sia. Tak seberapa jauh dia melihat sosok dua orang naik unta dengan pemandunya berjalan kaki. ”Tidak salah lagi pasti itu Muhammad dan temannya,” pikirnya.
Dipacunya kuda untuk mengejar. Ketika jaraknya sudah begitu dekat, tiba-tiba saja, kaki kudanya terperosok pasir kemudian menggelimpang. Suraqah sendiri jatuh terpelanting dan kesakitan.
Di saat tubuhnya tersungkur di tanah, dia berpikir, kenapa terjadi dua kali kesialan. ”Apa arti semua ini? Mungkinkah ada sesuatu kekuatan yang mencegahku menangkap mereka?”
Suraqah pasrah. Dia tidak teruskan niatnya. Kemudian dia berteriak memanggil orang di depannya. ”Aku Suraqah bin Malik bin Ju’syum. Tunggulah, aku ingin bicara.”
Orang-orang di depannya berhenti. Suraqah mendekati. Ternyata benar. Dia mengenali ciri orang yang dicarinya adalah Nabi Muhammad, Abu Bakar dan pemandunya. Suraqah bersumpah tidak akan mencelakai.
Rasulullah berkata kepada Abu Bakar, ”Tanyakan apa keperluannya.”
”Tulislah untukku yang menjadi bukti antara aku denganmu,” pinta Suraqah.
”Tulislah sesuatu untuknya,” perintah Rasulullah kepada Abu Bakar.
Abu Bakar menuliskan sesuatu di atas potongan tulang. Lantas dia lemparkan kepada Suraqah yang langsung menangkap tulang bertulis itu dan menaruhnya di busur panahnya. Kemudian mereka berpisah meneruskan perjalanan masing-masing.
Masuk Islam
Gagallah harapan Suraqah mendapat hadiah seratus ekor unta. Tapi sebagai gantinya dia mendapatkan tulang bertulis dari Nabi. Dia biarkan buruannya lepas menuju Madinah.
Beberapa tahun telah lewat sampai Rasulullah menaklukkan Mekkah, lalu terjadi perang Hunain dan perang Thaif. Saat selesai perang Thaif, Suraqah keluar mencari Rasulullah dengan membawa tulang bertulis. Dia menemukan Rasulullah di Ji’ranah sedang dalam perjalanan pulang dengan pasukannya.
Langsung saja dia masuk ke pasukan berkuda kaum anshar berusaha mendekati Rasulullah. Tentu saja Suraqah dihadang dengan tombak dan diusir.
Suraqah tidak patah arang. Dia melihat Rasulullah naik unta di depan barisan. Dia ambil tulang bertulis dan diangkatnya tinggi-tinggi dengan tangannya seolah ingin menunjukkan kepada Rasulullah sambil berteriak,”Wahai Rasulullah, inilah tulisanmu kepadaku. Aku Suraqah bin Ju’syum.”
Rasulullah menoleh. ”Dekatkan dia kepadaku,” perintahnya. Pasukan berkuda memberi jalan. Bukan main gembiranya hati Suraqah mendapat perhatian Rasulullah.
Setelah dekat, dia tunjukkan tulang bertulis. Melihat benda itu, Rasulullah teringat peristiwa seorang pemburu hadiah yang pernah mengejarnya saat hijrah dulu. Orang itu kini berada di depannya lagi. Rasulullah menanyakan apa keperluannya.
Tidak perlu menunggu lama, Suraqah langsung menyatakan masuk Islam. Dia pun bersyahadat disaksikan seluruh pasukan. Sejak itu dia pun bergabung dengan pasukan Nabi berjihad untuk menegakkan Islam. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto